7

5K 516 56
                                    

Sesudah mengantarkan Feni ke depan Gracia kembali dengan wajah gembiranya, ia menghampiri Zee yang masih duduk di sofa.

"Zee" panggil Gracia

"Iya ci?"

"Kamu kenapa mau sama cici? Maksudnya kenapa kamu sepercaya itu tinggal bareng sama cici, kalo ternyata cici ini orang jahat gimana?" tanya Gracia, ia memang penasaran soal ini.

"Ngga, cici aku kan baik" jawab Zee tersenyum.

"Makasih ya udah percaya sama cici" ucap Gracia terharu.

"Makasih juga udah mau nerima aku ya ci" balas Zee dan Gracia mengangguk senang.

"Ci, aku mau nanya sesuatu, boleh?" Zee serius mengarah ke Gracia.

"Boleh dong, tanya aja" sahut Gracia cepat, tersenyum tipis.

"Apa Cici percaya sama reinkarnasi?" Pertanyaan itu langsung membuat Gracia terdiam. Alisnya mengerut bingung. Mengapa Zee bertanya seperti ini? Apa maksudnya? pikirnya.

"Cici, ayo dong jawab" desak Zee, suaranya terdengar sedikit memohon.

"Kenapa nanya kayak gitu sih, Zee? Cici nggak tahu jawabannya. Soalnya, itu susah banget buat dipercaya" jawab Gracia jujur. Jawaban itu membuat mata Zee berkaca-kaca. Pikirannya kacau. Jika ia bilang yang sebenarnya, apakah Gracia akan percaya?

"Cici, tolong jawab. Percaya atau enggak aja, nggak usah panjang-panjang" paksa Zee lagi, nadanya terdengar penuh harap.

Gracia mendesah pelan, merasa semakin bingung. "Ya... percaya. Tapi..."

"Tapi apa, Ci?" potong Zee, suaranya mulai bergetar.

"Kalo Cici liat sendiri, misalnya ada orang yang bener-bener ngalamin hidup kedua" jawab Gracia ragu.

"Ada! Dan itu aku!" balas Zee cepat tanpa pikir panjang.

Deg.

Gracia menatap Zee dengan wajah tertegun. "M-maksudnya apa?" tanyanya, masih belum menangkap maksud Zee.

"Aku Zee. Adik Cici" lirih Zee pelan, tapi jelas.

Gracia terdiam sesaat, lalu terkekeh kecil, nadanya terdengar remeh. "Jangan ngada-ngada ya. Gue nggak suka dibohongin" ujarnya dengan dingin, lalu berbalik menuju kamarnya tanpa melihat Zee lagi.

"Cici, aku nggak bohong!" Zee sedikit berteriak, tapi Gracia tetap berjalan menjauh, tak menggubrisnya.

Saat pintu kamar Gracia tertutup, tangis Zee pecah. "Hiks... tuh kan, bener. Cici pasti nggak bakal percaya sama aku" gumamnya lirih sambil memeluk lututnya.

Sekitar 10 menit kemudian, Gracia yang berada di dalam kamar menerutuki kebodohannya sendiri. Mengapa ia tega meninggalkan Zee sendirian di ruang depan, dengan cepat ia pun beranjak keluar kamar dan Gracia merasakan sakit di hatinya ketika  melihat Zee masih menangis sesegukan sambil memeluk tas gendongnya.

"Gracia bodoh, kenapa sih gue suka bodoh di waktu yang ga tepat" batin Gracia.

Gracia berjalan cepat menghampiri Zee dan langsung duduk di samping Zee, tangan Gracia terangkat ingin menghapus jejak air mata Zee namun di tepis oleh Zee membuat Gracia semakin merasa bersalah.

"Maaf" lirih Gracia, ia tidak bisa menyangkal bahwa lagi-lagi hatinya sakit saat tangannya di tepis oleh Zee.

"Maafin cici Zee, cici tadi masih kaget sayang"

"Cici percaya" lanjut Gracia pelan membuat Zee langsung menyimpan asal tasnya dan beralih memeluk Gracia erat.

"Hiks cici harus percaya sama aku hiks, aku cuma berani bilang ini sama cici hiks aku takut ci aku takut"  tangis Zee.

"Zee menjalani kehidupan kedua? Tuhan, ini mimpi ngga sih" lirih Gracia di dalam hatinya.

Gracia memeluk Zee tak kalah eratnya. "Percaya, cici percaya. Udah ya jangan nangis lagi" ucap Gracia sambil kini melepaskan pelukannya dan menghapus air mata zee.

"Aku takut ci, aku mau sama cici" ucap Zee di sela sela sesegukannya.

"Kamu akan selalu sama cici. Jadi gausah takut ya" balas Gracia membuat Zee merasa lega.

"Janji ya cici ga akan ninggalin aku"

"Iya janji" balas Gracia dengan suara bergetarnya.

Gracia mengusap lembut pipi Zee dengan mata berkaca-kacanya. "Ternyata tuhan itu baik, tuhan ngasih kamu kehidupan kedua bahkan dengan wujud yang mirip banget sama kamu zee. Dari pertama kali kita ketemu cici emang bener bener langsung ngerasa nyaman sama kamu dan itu juga yang membuat cici yakin percaya sama kamu. hiks... jangan pergi lagi please, cici ga bisa sayang cici ngerasa hancur banget ga ada kamu disini. Cukup satu bulan itu aja cici merasa terpuruk, sekarang kita mulai dari awal lagi ya, kita buat lebih banyak momen lagi untuk kedepannya" ucap Gracia lembut dengan tangisannya.

Zee mengangguk antusias. "Aku kangen banget banget banget sama cici" ucap Zee cemberut.

"Cici juga ih, sini coba" Gracia menarik Zee agar berada di pangkuannya dan memeluk satu sama lain.

Gracia mengusap ngusap Zee hingga kini gracia merasakan tangan dingin Zee. "Dingin ya? Ganti baju yuk" ajak Gracia namun di gelengi Zee.

"Kenapa? Biar parfum cici yang nempel di baju kamu ga ilang?" goda Gracia membuat Zee menggerutu.

Gracia hanya terkekeh.

"Cici aku ngantuk" rengek Zee.

"Turun dulu coba" ucap Gracia dan Zee langsung turun dan duduk sambil bersandar di lengan kiri Gracia.

Gracia mengambil tas Zee dan membukanya mencari cari sesuatu tapi tidak ketemu.

"Kamu ga bawa stok susu?" tanya Gracia

"Engga" jawab Zee seadanya.

Gracia terdiam sesaat lalu menatap Zee, "Kamu bobo dulu aja ya, sambil nunggu cici konsul sama dokter"

"Ih cici jangan tinggalin aku ah lagian cici mau konsul apaan sih"

"Program ASI sayang, cici harus mulai dari awal lagi" ya, Gracia harus konsultasi kembali dengan dokter karena sejak kepergian Zee waktu itu Gracia sudah tidak memikirkan perihal ASI.

"Cici ga boleh pergi"

"Iya ngga, nanti cici telpon dokternya suruh dateng kesini"

"Maafin aku ya ci"

"Ngapain minta maaf, udah ah yuk istirahat dulu" Gracia menarik Zee dan tak lupa pula ia membawa tas Zee.

Zee sudah berganti baju dan kini sudah membaringkan tubuhnya di kasur. "Cici sini"

"Ngga ah gerah, ini masih siang masa bobo" tolak Gracia

"Ih cici mah gitu" Zee menunjukkan wajah cemberutnya.

"Aishh iya iya, cici tuh mau cepet-cepet konsul Zee biar kamu cepet minum susunya juga. Kamu udah lemes banget itu ih kebanyakan nangis juga sih dari tadi ah" omel Gracia membuat Zee malas untuk mendengarkannya jadi ia memejamkan matanya saja pergi ke alam mimpi.

"Ih tumben ga ngerengek lagi, biasanya juga maksa" batin Gracia heran menatap Zee yang memejamkan mata.

"Terlalu capek nangis kayaknya, maaf ya sayang" Gracia mengecup singkat pipi Zee lalu mengambil handphonenya yang berada di atas nakas untuk menghubungi dokter yang biasa membantu dirinya.

Selesai dengan acara menelponnya Gracia kembali mendekat pada Zee, ia duduk tepat di samping Zee yang sudah terlelap, tangan Gracia aktif mengusap lembut surai Zee.

"Entah ini keajaiban Tuhan atau takdir yang Tuhan kasih buat gue, intinya sekarang sebisa mungkin gue akan menjadi cici yang lebih baik lagi buat Zee" gumam Gracia sambil mengecup lama dahi Zee.

"Beribu-ribu terimakasih untukmu, Tuhan." batin Gracia sambil meneteskan air matanya.
















TBC.

dih dih baca doang tapi ga vote:v

bye, see u kapan kapan

MY CICI 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang