"Rasanya masih sama, sesakit ini kalo cici dateng kesini Zee" ucap Gracia sambil mengusap nisan Zee.
"Cici seneng kamu selalu dateng ke mimpi cici, tapi kenapa kamu selalu bilang kangen sama cici sih? kan cici hampir tiap hari nemuin kamu disini" bingung Gracia.
"Cici aku kangen"
"Cici kapan samperin aku? Kenapa lama banget cici ga nyamperin aku?"
"Aku mau cici"
Gracia menatap lekat makam sang adik, ia sedang di landa bingung mengapa jika Zee masuk ke dalam mimpinya selalu berkata seperti itu. 5 hari yang lalu setelah Gracia mengatakan ikhlas atas kepergian Zee entah mengapa hatinya masih merasa ada yang mengganjal.
Padahal di mimpinya waktu itu sudah jelas sekali bukan bahwa Zee memintanya untuk mengikhlaskan kepergiannya tapi mengapa mimpinya akhir-akhir ini suka membuatnya di landa kebingungan.
Gracia selalu menyempatkan diri menemui sang adik serta kedua orang tuanya di setiap paginya sebelum ia berangkat kerja, namun mengapa Zee selalu mengatakan tiga kalimat di atas itu, atau itu hanya sekedar mimpi saja yang tidak harus di permasalahkan? Jawabannya adalah mungkin saja.
Pandangan Gracia kini beralih pada jam tangannya. "Cici pergi dulu ya sayang, maaf gabisa lama disini soalnya ada meeting" Gracia terkekeh hambar sejenak lalu melanjutkan ucapannya.
"Kalo aja kamu masih ada disini Zee, cici bakal lebih pilih kamu dari pada meeting di kantor yang ngebosenin"
"Sekarang cici nyari uang cape-cape buat apa Zee? Dari dulu cici tuh suka ngebayangin pengen ngabisin uang yang cici punya buat seneng seneng bareng sama kamu eh tapi ternyata takdir berkata lain" bulir air mata lolos dari mata indah Gracia.
"Maaf ya walaupun cici udah ikhlasin kamu tapi cici masih selalu berharap kalo kamu itu masih hidup Zee" Gracia memukul dada yang terasa sakit itu guna mengurangkan rasa sesak yang sedang di rasakannya.
"Yaudah semuanya, aku pamit yaa" pamit Gracia langsung beranjak dan pergi dari pemakaman.
Setelah berjam-jam Gracia berkutat di kantornya, akhirnya pada jam 14.00 WIB ini ia sudah sampai di rumahnya dan langsung masuk kamar tak lupa ia mengunci pintunya juga.
Keynal dan Ve masih ada di rumah Gracia, mereka masih terlalu khawatir jika Gracia melakukan hal yang tidak-tidak. Mereka berdua sangat sedih melihat Gracia yang sekarang, aura Gracia yang sekarang dengan yang dulu itu sangat berbeda sekali.
Kembali lagi pada Gracia, kini gracia sedang memandang kamarnya yang tidak banyak berubah walaupun sudah di renovasi kembali dan kini ia melihat seluruh isi kamarnya dan matanya tertuju pada alat pompa yang masih tersimpan rapi di atas meja, ia berjalan pelan menghampiri meja itu dan mengambil alat pompa itu.
Gracia memeluk alat pompa yang sudah lama sekali tidak ia gunakan. "Hiks maaf cici gabisa nahan nangis kalo inget tentang kamu tuh Zee" Gracia menyimpan kembali alat pompa itu lalu menghapus cepat air matanya.
Kini Gracia mengambil koper yang ada di atas lemari lalu mengemas sebagian pakaian serta barang-barang yang menurutnya penting itu.
Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Gracia keluar dari kamarnya dengan tangan yang menarik kopernya.
Sesampainya di bawah Gracia di tatap heran oleh Oma Ve yang sedang duduk di ruang tamu itu.
"Loh gre, kamu mau kemana?" Tanya ve sambil menghampiri Gracia.
"Aku mau tinggal di apartemen aja oma, aku ga kuat lama-lama disini malah ngebuat aku sedih terus" jawab Gracia apa adanya.
Ve menghela nafasnya. "Oma ngerti gre, tapi dengan kamu tinggal disana oma sama opa ngga bisa merhatiin kamu nak" ucap ve sambil mengusap lembut surai Gracia.
"Oma sama Opa gausah khawatir ya, aku ga bakal apa-apa kok tinggal di sana" balas Gracia dengan senyumannya.
Ve menggeleng pelan dan menatap sedih Gracia, ia masih tidak setuju dengan keputusan Gracia yang ingin tinggal di apartemennya itu.
"Udah ya oma gausah sedih gitu, oma sama opa kalo masih mau tinggal disini juga gapapa itu malah bagus"
"Yasudah jika itu mau kamu gre, tapi oma mohon jangan melakukan hal yang tidak-tidak ya" pinta ve karena masih parno dengan sikap Gracia yang menurutnya belum normal seperti dahulu.
Gracia terkekeh kecil. "Ya ngga bakal lah oma, yaudah aku pamit dulu. Oma sehat sehat disini dan titip salam buat opa" pamit Gracia menyalimi tangan ve dan memeluknya juga.
Gracia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, saat melewati sekolah Zee matanya tak sengaja menangkap Shani yang sedang menjemput Christy membuatnya lagi-lagi bersedih.
"GUE JUGA MAU KAYAK GITU ARGHHH" teriak gracia sambil memukul stir mobilnya.
Gracia menancap gas nya lebih cepat agar ia cepat cepat sampai ke apartemennya.
Beberapa menit kemudian akhirnya Gracia sampai dan menepikan mobilnya di parkiran yang tersedia lalu turun tak lupa juga ia membawa kopernya.
"Gre!"
Gracia menoleh ke asal suara dan ternyata itu anin yang memanggil. "Eh udah selesai semua?" tanya gracia, karena tadi kerjaan di kantor lumayan banyak.
"Udah beres semua, Lo beneran jadi tinggal di apart gre?" tanya Anin sambil menelisik Gracia yang ada di depannya ini.
"Hmm, e-em nin?"
"Kenapa hm? lo butuh sesuatu?" tanya Anin peka, melihat raut wajah gracia yang seperti menginginkan sesuatu.
Gracia mengangguk pelan dan langsung pergi meninggalkan Anin membuat anin mengikutinya saja.
Anin sedikit kewalahan mengejar gracia yang berjalan cepat sekali, saat sampai di depan pintu anin di buat geleng-geleng kepala karena gracia membuka pintu apart sangat lebar namun Anin tak melihat batang hidung pemilik apartemen ini.
"Di kamar kali ya," gumam anin sambil menutup kembali pintunya lalu melangkah menuju kamar gracia.
Pandangan saat pertama kali anin membuka pintu kamar gracia terlihat gracia sedang gelisah menggigit kukunya serta mata yang berkaca-kaca sedang menatapnya lucu sekali seperti anak kecil.
"Gre? sini gue peluk" kini anin sudah duduk di samping gracia dan merentangkan tangannya.
Gracia memang butuh anin, orang untuk di peluknya ia sedang ingin menumpahkan air matanya saat ini, tanpa berlama-lama lagi gracia langsung menghamburkan dirinya ke pelukan anin dan langsung menangis sejadi jadinya.
"Hiks kangen, gue kangen banget sama zee nin hiks" ucap Gracia terbata di sela tangisannya.
"Ssstt nangis dulu aja gre" ucap Anin sambil terus mengusap punggung gracia.
"Gracia emang kuat, tapi gracia lemah banget kalo soal zee" batin Anin sedih melihat Gracia menangis.
TBC.
xixixi tadinya mau up besok besok tapi mending sekarang sekarang aja deh😎
eh btw di part sebelumnya ga ada yg bisa nebak kah, sepasang suami istri dan anak perempuannya itu siapa wkwk.
vote dan komennya sygkuu jgn jadi pembaca gelap ya aku takuttt
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CICI 2 [END]
RandomKeajaiban atau takdir tuhan? agar tidak bingung dengan alurnya baca dulu my cici yang pertama yaa