10

5.5K 472 123
                                    

"Z-zeera?"

Zee terus terdiam karena semakin bingung dengan perempuan di belakangnya yang mengetahui namanya eh ralat, bukan namanya melainkan nama si pemilik tubuh yang ia pakai ini.

"Ini kamu kan Zeera?" tanya perempuan itu tetapi Zee terus terdiam.

"Zeera, ini aku Jinan kok kamu diem aja?" ucap perempuan yang bernama Jinan itu, Jinan membalikkan tubuh Zee dan langsung memeluknya erat.

"Hiks... kamu kemana aja hiks aku nyariin kamu kemana mana tapi ga ketemu, maafin aku Zeera" tangis jinan tersedu sedu.

"K-kakak siapa?" Zee memberanikan diri membuka suaranya di tambah ia tidak tega juga melihat orang yang memeluknya ini menangis seperti itu.

Jinan sontak melepaskan pelukannya. "Kamu nggak kenal aku? Ini aku Jinan, kamu sering manggil aku kak Jinan. Kamu kenapa nggak ngenalin aku hiks" sahut Jinan menatap tak percaya Zee karena bisa bisanya orang di depannya ini tidak mengenalinya.

Zee hanya diam tak bersuara, otaknya berpikir bahwa ini pasti salah satu kerabat sosok azeera. Tapi ia harus bagaimana sekarang? Ia harus menjelaskan bagaimana kepada perempuan yang katanya bernama jinan ini.

"Kenapa diem terus? Maafin aku yang ceroboh ninggalin kamu sendirian waktu itu sampe sampe aku tiba-tiba dapet kabar katanya kamu ketabrak mobil dan meninggal, tapi aku ga percaya itu. Dan bener kan ternyata kamu memang nggak meninggal, Azeera adik kak jinan ini masih hidup tapi kenapa kamu ga kenal sama aku? Apa kamu lupa ingatan hm? Ayo jawab Ra" ujar Jinan panjang lebar mengingat kejadian lalu yang ia sedang berada di jepang dan mencari Azeera yang hilang bak di telan bumi karena sulit sekali untuk menemukannya.

"Zeera ayo ja—"

"Hey..." suara dingin nan datar itu muncul, siapa lagi kalau bukan Gracia.

"Lo siapa?" tanya Gracia sambil menarik Zee agar berada di belakangnya.

"Lo yang siapa, kenapa lo ngambil dia kayak gitu" Jinan berusaha mengambil alih Zee namun tangan Jinan di tepis oleh Gracia.

"Lo gausah macem macem ya! Adek gue ketakutan ini, lo ga liat?" ucap Gracia mulai sewot.

Jinan menggeleng keras lalu ia mengangkat handphone dan menunjukkan sebuah foto dirinya dengan orang yang memang mirip sekali dengan azeera. "Dia adek gue" ucapnya.

Gracia maupun zee membeku sesaat kala foto yang di tunjukkan oleh jinan emang benar benar mirip dengan sosok azeera.

"Zeera kamu liat kan? Ini kamu sama aku, ayo kita pulang jangan ngebuat aku semakin merasa bersalah lagi sama ayah bunda kamu" ucap jinan lembut menatap zee yang kini sedang menatapnya juga.

"Tapi ak-" ucapan zee terpotong saat gracia mengeluarkan suaranya.

"Dih salah orang kali lo, ini adek gue" ucap gracia tak terima, dan langsung menarik tangan zee pergi terburu buru dari toilet itu.

"Judes banget sih, apa cuma mirip ya? Tapi anak itu bener bener kayak azeera banget" gumam jinan menatap sendu punggung gracia dan zee yang perlahan menjauh.

"Om, Tante, maafin jinan yang udah gagal jagain anak kalian hiks" batin jinan menangis.

Jinan adalah salah satu suster di rumah sakit ini, ia masih sangat sedih kehilangan azeera sang sepupu yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri.

Kedua orang tua azeera sudah tiada, begitupun dengan kedua orang tua jinan jadi jinan sekarang benar-benar kehilangan semuanya, satu satunya keluarga yang ia punya yaitu azeera pun pergi meninggalkan dirinya karena kelalaiannya sendiri.

1 bulan yang lalu jinan mendapatkan tugas ke luar negeri yaitu Jepang, jinan memutuskan mengajak zeera karena kebetulan zeera juga sedang libur sekolah, jinan sangat menyesal karena ia meninggalkan zeera seorang diri di hotel yang di tempatinya jadi karena itulah kejadian mengenaskan terjadi membuatnya frustasi dan semua kegiatannya terbengkalai karena selalu tidak fokus.

Begitulah kehidupan jinan sekarang, dirinya sering murung dan melamun bahkan saat ini ia di pecat dari rumah sakit tempat ia bekerja ini.

"Kalo pun dia emang bukan zeera, tapi semoga suatu saat kita bisa ketemu lagi" batin jinan.

***

Gracia menyetir mobil dengan tatapan kosongnya di tambah ia menancap gas sangat kencang hingga tak sadar zee yang berada di sampingnya ketakutan, pikiran gracia sedang berkecamuk saat ini. Ia sangat takut jika kebahagiaannya hilang lagi.

Beberapa menit kemudian akhirnya mobil gracia sudah terparkir rapi di parkiran, dengan cepat zee membuka seatbeltnya dan langsung turun dari mobil dengan menutup pintunya cukup kencang dan itu membuat gracia terlonjak kaget.

"Astaga gue kenapa ga sadar kalo gue ga sendiri" gumam gracia menatap zee yang berlari itu.

Tanpa berlama-lama gracia pun turun dan mengejar zee hingga akhirnya ia sampai di dalam apartemen dan langsung saja memeluk zee dari belakang.

grepp

"Maaf sayang maafin cici" lirih Gracia sambil memeluk erat zee.

"Aku nggak suka ya cici kayak tadi, aku takut ci" balas Zee pelan membuat gracia merasa bersalah.

"Maaf, mana tadi tangannya? Sakit nggak?" Gracia buru-buru melepaskan pelukannya, lalu memeriksa pergelangan tangan Zee yang tadi ia tarik terlalu kencang.

Matanya membulat saat melihat ada memar kecil di sana. Meski tidak parah, rasa bersalah langsung menyelimuti dirinya.

"Hiks... maaf banget. Pukul Cici aja, cepat pukul" Gracia mengangkat tangan Zee, mengarahkannya ke pipinya sendiri. Namun, Zee dengan tegas menahannya.

"Nggak!" seru Zee sambil menarik tangannya dari cekalan Gracia.

"Lagian, cici kenapa sih? Kakak tadi itu lagi sedih, dia kehilangan adiknya" lanjut Zee, suaranya lembut namun tegas.

"Kenapa? Kamu tanya kenapa?" Gracia menatap Zee dengan mata berkaca-kaca. "Jelas aja dia orang nggak jelas, Zee. Ngaku-ngaku kamu adiknya dia"

Zee menghela napas, mencoba menenangkan Gracia yang tampak emosional. "Ci, aku nggak enak hati sama kakak itu. Kayaknya dia beneran kerabat dekatnya Azeera. Foto yang tadi dia tunjukin juga mirip banget sama aku"

"Iya, cici tau itu mirip banget sama kamu" balas Gracia, suaranya mulai gemetar. "Tapi Cici takut, Zee... Hiks. Cici takut kehilangan kamu lagi. Makanya tadi Cici buru-buru bawa kamu pergi dari sana"

Tangis Gracia pecah, air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.

Zee mendekat dan menatap Gracia dengan penuh kelembutan. "Aku juga nggak mau pisah lagi sama Cici. Tapi... apa kita nggak bisa omongin ini baik-baik sama kakak tadi? Aku ngerasa bersalah, Ci. Walaupun ini bukan keinginan aku untuk reinkarnasi, tapi dia tetap kerabatnya Azeera"

Gracia terkekeh hambar di sela tangisnya,  "Jadi kamu nggak seneng ngejalanin kehidupan kedua dan ketemu lagi sama cici?" nada suaranya terdengar getir.

Zee langsung gelagapan, tak menyangka Gracia akan salah paham. "Nggak gitu ci. Maksud ak—"

"Terserah!" potong Gracia dingin. "Kalau kamu mau nemuin orang itu lagi, terserah. Cici nggak bakal larang" Dengan ucapan itu, Gracia langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya keras-keras.

"Cici tunggu, aku nggak bermaksud begitu" Zee langsung mengejar, namun pintu kamar sudah terkunci. Ia mengetuk dengan panik, berusaha menjelaskan.

"Ci, aku seneng banget dikasih takdir buat ngejalanin kehidupan kedua ini! Aku seneng karena masih bisa bareng sama cici. Tapi aku cuma merasa nggak enak ci. Kerabat dekat pemilik tubuh ini belum tau kalo Azeera udah nggak ada. Aku nggak bisa cuek aja soal itu" teriak Zee dengan nada memohon.

Ia bersandar di depan pintu, berharap Gracia di dalam mendengar dan mengerti perasaannya. Tapi kamar itu tetap sunyi, hanya tangis Zee yang terdengar menggema di ruangan.























TBC.

kalo ga rame gamau lanjut🗿

MY CICI 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang