11

5.2K 440 63
                                    

Tidak sampai 5 menit Gracia membuka kembali pintu kamarnya, Gracia juga sangat tidak tega meninggalkan Zee sendirian di luar kamar apalagi membuat Zee sampai teriak seperti tadi, Gracia hanya membuka saja setelah itu Gracia langsung menyibukkan dirinya dengan berjalan ke arah lemari untuk mencari baju ganti untuknya dan Zee.

Zee yang melihat pintu terbuka sedikit langsung saja ia masuk dan pandangannya melihat punggung Gracia yang sedikit bergetar, Zee mengira Gracia pasti masih menangis, sungguh Gracia sangat sensitif sekali saat ini.

"Cici?" panggil Zee pelan.

Gracia menghapus air matanya sekejap lalu menoleh ke arah Zee dengan senyumannya. "Hm? Maaf ya tadi di kunci sebentar" sahut Gracia.

Zee menghampiri Gracia dan memeluknya. "Cici jangan nangis terus, nanti sakit. Aku gamau ya cici sakit" ucap Zee.

"Cici nggak nangis, ganti baju dulu gih" elak Gracia sambil memberikan baju santai pada Zee yang telah di ambilnya tadi.

Zee menurut dan langsung mengambil baju itu, setelah berganti baju ia duduk di tepi kasur dan menatap malas Gracia, mengapa Gracia selalu sok kuat di depannya padahal Zee juga tau jika Gracia sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Cici sini" Panggil Zee, Gracia menengok dan langsung saja menghampiri Zee.

"Kenapa? Mau makan? Atau mau sus—"

"Engga" potong Zee cepat seraya menggeleng.

Gracia lantas mengerutkan keningnya. "Terus?" tanyanya bingung.

"Cici aku ini kenapa hm?" tanya Zee lembut menatap Gracia.

Gracia menunduk menggigit bibir bawahnya menahan tangis, apakah ia akan menangis lagi di hadapan Zee?

Gracia hanya terus terdiam membuat Zee menghela nafasnya.

"Ci, cici ngga harus selalu terlihat kuat di depan aku, makannya waktu itu aku selalu nanya tentang cici nikah karena aku pengen cici punya someone to talk untuk luapin apa yang lagi cici rasain" ucap Zee membuat Gracia langsung menatapnya dan memeluk Zee.

"Engga, cici cuma mau kamu" balas Gracia lirih.

Zee mengusap punggung gracia. "Oke, ayo luapin apa yang cici rasain ke aku ci"

"Takut..." cicit Gracia pelan.

"Apa yang cici takutin?" tanya Zee dengan tangannya yang terus aktif mengusap punggung Gracia.

"Kehilangan. Kehilangan kamu lagi hiks" tangis Gracia sudah pecah sekarang, ia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Zee memejamkan matanya menahan sesak di dadanya karena mendengar tangisan Gracia yang sungguh menyayat hati. "Ssstt cici gausah takut, aku ga akan kemana-mana. Aku cuma mau sama cici"

"Ngga bisa, rasa takut itu selalu ada Zee"

"Ci, soal Azeera mungkin dia emang punya kerabat deket tapi cici jangan berpikir kalo ada orang asing yang ngira aku si Azeera terus aku bakal pergi sama orang itu, pokoknya cici gausah takut ya karena aku ini Zee adiknya ci Gre jadi sampai kapan pun aku ga akan pergi kecuali Tuhan yang ambil aku... lagi" jelas Zee, Gracia seperti ini pasti karena kejadian tadi di rumah sakit yang membuat Gracia overthinking seperti ini.

Gracia semakin memeluk Zee erat. "Cici gamau rasain itu lagi, sakit banget rasanya, disini sakit banget Zee" Gracia menunjuk dadanya.

"Rasanya udah cape banget ngerasain sakit hati, kamu tau ngga? Oma sama opa belum balik ke Singapura karena terlalu khawatir sama cici yang hampir gila ini" ucap Gracia terkekeh hambar di sela ucapan dan tangisannya.

MY CICI 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang