12Apa Clara terlibat?

1K 62 2
                                    


"Bagaimana perkembangannya, sudah ditemukan pelakunya?" Suara seseorang di seberang telepon terdengar.

Rayan sedang duduk di kursi, berbicara melalui telepon dengan Abu. Abu terus menanyakan tentang kasus yang telah dibuka kembali setelah seratus hari dibiarkan, berpikir itu hanya kecelakaan.

Namun, setelah kedatangan Naura, adiknya, ke tubuh seorang gadis di acara seratus hari, seluruh keluarga merasa gelisah dan tak tenang. Mereka pun menyuruh Rayan ke Jakarta, kota yang membuat Naura meregang nyawa.

"Masih sama, belum ada titik terang," jawabnya.

Di seberang telepon, terdengar helaan nafas panjang. "Abu tau ini tidak mudah, kasusnya juga sudah lama. Tapi abu percayakan semuanya pada Aa, berikan keadilan pada almarhum adikmu."

"Abu, yang tenang, doakan Aa agar segera menemukan informasi. Abu fokus saja dengan pesantren, maaf Aa tidak bisa bantu mengajar setelah pulang dari Madinah."

Rayan Azka Ghaisan, pemuda 26 tahun, anak dari Abu Khasan dan Nyai Laila, anak tertua dari tiga bersaudara, memutuskan untuk berkuliah di Madinah. Cukup lama dia di sana, sembilan tahun lamanya dia tidak pernah pulang ke tanah airnya, Indonesia.

Empat bulan lalu, dia mendapat kabar bahwa Naura, adik perempuannya, meninggal karena kecelakaan. Dia tetap tidak bisa pulang dan hanya bisa datang ke acara seratus hari beberapa minggu lalu. Dan satu minggu yang lalu, dia pergi ke Jakarta, tepat esok hari setelah acara seratus hari selesai, untuk menuntaskan semuanya, agar adiknya bisa tenang dan mendapatkan keadilan.

"Doa dari Abu dan Amah selalu menyertai Aa, Abu masih sehat dan mampu mengajar di pesantren. Banyak ustadz dan ustazah di sini. Kami semua menantikan kabar terbaru dari Aa."

"Syukur... Aa berencana untuk mengunjungi rumah Ustaz Kaisar, beliau mengatakan ingin membantu menyelesaikan kasus ini," jelas Rayan. Memang, dia bertemu dengan Kaisar secara tidak sengaja kemarin dan pria itu menawarkan bantuannya.

"Ustaz Kaisar Aqil Firdaus? Yang diundang ke acara seratus hari Naura waktu itu?"

"Iya kemarin, secara tidak sengaja, aku bertemu beliau di toko buku dan kami sempat mengobrol. Beliau menawarkan diri untuk membantu dalam kasus Naura dan menyampaikan bahwa ada hal penting yang harus kita bicarakan."

Setelah sambungan telepon terputus, Rayan menaruh ponselnya di atas meja. Dia beranjak, berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap.

Setelah merasa segar, Rayan kembali ke ruang tamu dan melihat jam di dinding. Waktu menunjukkan bahwa Dzuhur segera tiba. Dia berencana untuk melaksanakan sholat Dzuhur sebelum berangkat.

Setelah sholat Dzuhur, dia merapikan barang-barangnya dan memeriksa alamat yang diberikan Kaisar sekali lagi.

Berharap semoga hari ini dia bisa menemukan petunjuk atau informasi yang bisa membantunya menyelesaikan kasus ini. Berdoa sejenak, memohon petunjuk dan keberanian, sebelum akhirnya berangkat menuju alamat tersebut.

***


"Kayaknya mereka serius dengan tawaran untuk damai, ketuanya juga sudah bukan Rio lagi!" Clara sengaja mengeraskan suaranya.

"Gue juga yakin! Jadi, kita terima atau tidak tawaran mereka?!" Zidan ikut mengeraskan suaranya.

"Gimana, Za, Dav, kalian semua setuju?"

"Setuju dong!" Seru semua anggota geng Glastar.

"Kita berdua juga setuju, Queen. Kalo lo setuju, kami juga setuju!"

Clara differentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang