14Banjir

980 63 3
                                    

Di pagi buta para tanaman sudah di mandikan, sambil di keringkan oleh sinar matahari. Rere sedang menyirami tanaman yang berada di halaman rumah, gadis itu memegang selang sambil berbicara sendiri pada bunga-bunga. Katanya di rawat seperti anak sendiri.

Bukan hanya tanaman yang di mandikan tapi seluruh halaman gadis itu mandikan, tanah yang terbaluri rumput di atasnya itu sudah becek menjadi tanah basah. Bahkan baju Rere juga sama basah kuyup.

Rere meloncat-loncat sambil memainkan selang air, tidak ada yang melarangnya karena memang tidak ada siapa-siapa di sana. Sebenarnya tadi Nasya yang ingin menyiram tanaman namun Rere juga ingin, jadilah dia yang mengerjakan sedangkan Nasya memasak di dapur.

"Dinginn...."Rere malah memancarkan air ke tubuhnya.

Rere tertawa merasa senang dengan hal baru yang baru dia cobanya, baju gamis yang dia kenakan sudah basah kecampur tanah agak kotor. Bahkan anak rambutnya keluar dari kerudung.

Rere memang memakai pakaian muslimah karna itu yang di belikan oleh kaisar, dia sendiri tidak menolaknya malahan merasa senang. Perlahan Rere belajar agama islam, dan mulai mengaji saat malam hari, atau paginya dia akan mengaji dengan kaisar sebagai gurunya. Lelaki itu tidak keberatan karna memang seharusnya ilmu itu di amalkan.

Kaisar yang baru membuka gerbang rumah habis pulang dari masjid sholat subuh, lelaki itu membelakan matanya saat melihat keadaan halaman rumah sudah banjir. Kaisar melihat ke arah Rere yang sedang mengaduk air dengan tanah.

"Rere kamu sedang apa? astagfirullah,"Panggil Kaisar masih di tempatnya.

Rere membalikkan badannya membuat selang air itu ikut mengguyur tubuh kaisar, lelaki itu menatap bajunya yang ikutan basah.

"Maaf bang, Rere gak sengaja,"Rere mendekat masih membawa selangnya dan airnya menyebur kemana-mana sekarang bukan hanya baju kaisar yang basah namun rambutnya juga kena.

Kaisar memejamkan matanya pagi-pagi begini harus mandi dua kali, lelaki itu melihat ke arah Rere yang cengengesan bahkan baju dan keadaan gadis itu lebih parah darinya.

"Ma-af bang airnya gak bisa diem,"Rere cengengesan.

Ingin marah tak tega, Kaisar memaklumi apa yang Rere lakukan memang wajar dengan keadaannya sekarang, kembali seperti anak kecil. Perkataan dokter waktu itu masih teringat jelas di kepalanya.

"Berikan kepada saya,"Kaisar berjalan mendekat ingin mengambil selang,"Kamu cepat mandi bajumu sudah kotor,"

Bukannya memberikan Rere malah memeluk selang itu erat-erat sambil menggeleng,"Gak biar Rere aja, kata Abang kan berani berbuat maka berani bertanggung jawab. Biar Rere yang beresin ini semua,"

"Berikan Re,"Bukan apa-apa Kaisar berpikir jika Rere yang membereskan semuanya bukannya bersih, malah makin ambyar.

"Gakmauuu,"Gadis itu berlari menjauh.

"Kenapa sihhh,"Clara muncul dengan wajah bantalnya dari balik pintu gadis itu masih mengusap matanya mengusap belek yang masih menempel.

Gadis itu malah tertawa melihat pemandangan di depannya, ngajak sendiri jarang-jarang sekali dia melihat abangnya seperti orang jalanan seperti itu. Kucell!.

Bukannya menolong Abangnya yang sedang mengejar Rere, Clara malah ikut berlari ikut-ikutan main Air. Mumpung dia belum mandi jadi sekalian mandi di sini.

"Ikut donggg!,"Serunya sambil meloncati genangan air yang terpenuhi oleh lumpuh.

Rere dan Kaisar memejamkan matanya saat merasa wajah mereka terkena oleh lumpuh bahkan sampai masuk ke mulut, sedangkan sang ulah memasang wajah tak berdosa nya.

"Sorry gak sengaja,"Clara mengacungkan kedua jarinya membentuk V.

Kaisar mengusap wajahnya, yang sudah terkenal oleh lumpur untung tidak mengenai matanya. Kaisar langsung memejamkan matanya lagi, saat Rere malah kemabali menyemprotkan air ke wajahnya.

"Biar bersih, wajah Abang kotor soalnya,"Dengan polosnya Rere menunjuk wajah kaisar, tidak sadar diri dengan wajahnya sendiri yang juga tak kalah kotor.

Wajah Kaisar memerah kesal, ingin rasanya dia menyemplungkan kedua gadis di depannya ke sungai Amazon.

"Awass Kalian,"Kaisar sudah mengambil ancang-ancang mengejar kedua gadis di depannya.

"Kaburrr!,"

Srettttt.

BRAKK.

Mereka bertiga ambruk karena menginjak tanah basah yang licin, bajunya sudah penuh dengan lumpuh. Clara dan Kaisar berpandangan saat melihat wajah Rere yang hampir menangis, bibirnya maju matanya berkaca-kaca.

Ali menutup gerbang rumah dia baru saja pulang setelah mengobrol di masjid dengan para bapak-bapak yang meminta wejangan, nasehat.

"Astagfirullah hal'azim. Apa yang kalian bertiga lakukan!,"Ali berteriak saat melihat ketigak anaknya malah rebahan di atas lumpuh.

"MAMPUS!!,"

***


Plesatt

Ketiga orang yang sedang duduk di ruang tamu itu menunduk, sambil saling senggol. Clara di tengah-tengah Kaisar di sisi kiri Rere di sesi kanan. Gara-gara kejadian tadi mereka bertiga jadi di sidang.

Ali manatap ke tiga orang di depannya, lelaki setengah baya itu memengang gantungan di tangannya. Tak habis pikir padahal mereka sudah pada gede, tapi kelakuan masih kaya anak bocah.

"Siapa yang mau menjelaskan?,"Tatapan Ali terlihat dingin membuat nyali ketiganya seketika menciut.

"Jawab?!,"

Plesattt

Mereka saling senggol sambil lirik-lirikkan, tidak ada yang mau menjawab. Takut tereksekusi, bisa bahaya.

Clara mencubit pinggang Kaisar membuat lelaki itu meringis tertahan,"Jelasin bang. Bang Kaisar kan laki harus berani!,"Clara berbisik.

Kaisar menatap uminya yang menyajikan teh, Nasya hanya mengangkat kedua bahunya lalu kembali ngacir ke dapur. Wanita itu agak sedih karna tanaman yang dia rawat seperti anak sendiri harus lebur, namun ngakak melihat ketiga pelaku di sidang, tapi kasihan juga.

"Maaf Abi,"

"Maaf ustadz,"

Bukannya menjelaskan mereka malah meminta maaf sambil menunduk dengan wajah memelas.

"Kalian di hukum!,"

"Gak...gamauuuuu, kan kita udah minta maaf!"Clara memberengut kesal.

Plesatt

Ali kembali mengetukkan gantungan di tangannya, menaruh beberapa buku di atas meja,"Hapalkan beberapa hadits di sini setor ke Bang Kaisar, Kalau enggak tidak boleh ke luar rumah,"

"Pantau mereka itu hukuman kamu,"

Kaisar mengangguk mengiyakan merasa hukumannya sangatlah ringan, lelaki itu mengejek Clara yang membelakan matanya.

"Jangan seneng dulu,"Ali melempar kacang kearah Kaisar yang tersenyum puas,"Hukuman kamu belum selesai, gantiin Abi isi ceramah besok malam ke Jogja,"

Bahunya Kaisar melorot, membuat adiknya tersenyum puas. Sekalian modus minta ikut itung-itung jajan gratis.

"Asyikk bang gue ikut ya,"Clara mengedipkan matanya.

"Iyaa, tapi hapalkan dulu tuh,"Kaisar menunjuk beberapa buku hadist di meja membuat bahu adiknya melemas.

"Males,"

Berbeda dengan Clara yang ogah-ogahan Rere malah menyambar buku itu dengan antusias, dia suka membaca.

"Ayok Cla baca bareng,"Rere memberikan buku lain kearah Clara sambil tersenyum.

"Sinting..,"



Up lanjut ganih
Oh gak yah

Clara differentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang