21Kepikiran

943 65 11
                                    

Kaisar mendudukkan tubuhnya di atas kasur, memegangi jantungnya yang tiba-tiba berdebar tidak karuan. Wajahnya senyum senyum tak jelas, bahkan pikirannya sudah melayang ke mana-mana.

Sesekali menggelengkan kepalanya, merasa aneh dengan dirinya sendiri. Tapi masih melanjutkan menghayal, entah apa yang dia hanyalkan cukup Kaisar dan author yang tahu.

Clara melongokan kepalanya di pintu kamar Kaisar, dari tadi dia mengetuk pintu dan berteriak tak ada sahutan. Gadis itu terkikik geli melihat apa yang sedang Abangnya lakukan.

"Senyum-senyum terus!"Teriaknya sambil masuk dan menutup pintu kamar.

Kaisar terlonjak kaget, lelaki itu langsung mengambil ponselnya dan pura-pura memainkannya.

"Dih! Basi!"Clara langsung duduk di kasur di samping Kaisar.

"Kalo masuk itu ucap salam dulu, ini main masuk minimal ketuk pintu,"Tegur Kaisar sambil meletakkan ponselnya di naskas.

"Udah kali, situ aja yang gak denger. Senyum terusss, bucin terussss, kepikiran terusss. Lama-lama nikah!"Cibirinya.

Kaisar hanya memasang wajah datarnya,"Ada apa?,"Bertanya kenapa tumben sekali adiknya tiba-tiba masuk ke kamarnya.

"Tadi isi suratnya apa? Kepo gueh! Kasih tau donggg!"Sembari menggoyangkan lengan Kaisar.

"Kepo!"

"Dihh! Pelittt. Itu juga saran dari gue, ayolah bang apa?"

"Tidak perlu tau,"Kaisar berdiri mendorong tubuh Clara agar keluar dari kamarnya.

"Bang woyy gue belum selese!,"Menggedor-gedor pintu saat dengan sengaja Kaisar menutup pintu tepat di depan wajahnya.

***

Seorang wanita terkapar di atas rerumputan dengan berlumuran darah, seluruh tubuhnya sudah kotor. Bahkan bajunya sudah terlihat ada robekan.

Wanita itu meremas rerumputan, tubuhnya terasa begitu remuk tatapannya sayu. Dengan sisa-sisa tenaganya mencoba berdiri dengan berpegangan pada batang pohon di sampingnya.

Namun kekuatan yang sudah lemah, tak mampu menopang berat badannya lagi jadi tak seimbang. Tubuh rapuhnya kembali terkapar di atas rerumputan.

"Tolonggg!"

Darah segar terus mengucur di dahinya, membuat dia semakin merasakan pusing yang terus menyerang. Suaranya sudah hampir hilang tercekat, hari yang sudah mulai menggelap di tambah mata yang sudah berkunang-kunang hampir tak bisa melihat. Kesadarannya sudah di ambang batas.

"Ya Tuhan, kenapa susah sekali!"Lirihnya sambil terlentang matanya menatap langit yang sudah menggelap.

"Saya harap semuanya tidak terlamba-t. Ukhu ukhuu!"Wanita itu terbatuk-batuk.

"Tolongggg!"Teriaknya lagi namun tak ada seorangpun yang datang, karna tak bisa menahan semuanya lagi perlahan kesadarannya mulai hilang.

***

Hari sudah malam hari, Kaisar duduk di depan anak-anak yang biasanya belajar mengaji dengan nya. Banyak anak-anak yang berusia dari 4-8 tahun kebanyakan anak laki-laki dan hanya ada 3 anak perempuan.

Mereka belajar mengaji tidak langsung di masjid melainkan memang ada mushola kecil di samping masjid yang di sediakan untuk mereka, sebagian anak sudah selesai baca Al-Qur'an hanya tinggal sebagian lagi yang belum.

"Ustadz?"Semua anak kecil saling berpandangan saat melihat ustadznya yang biasa begitu pokus, tiba-tiba bengong.

"Kenapa yah?"Tanya mereka sambil berbisik-bisik, yang hanya di balas angkatan bahu oleh anak lainnya.

"Ustadz kenapa?!"

"Astagfirullah!"Kaisar terlonjak kaget saat semua anak berteriak dan mengejutkannya.

"Kenapa ustadz dari tadi bengong?"

"Hah, tidak"Kaisar membenarkan posisinya"Ayok bagian mana yang mau di baca,"

"Uctad ndk pokuc dali tadi,"Ujar anak kecil wanita berusia 4 tahun.

Tangan Kaisar terangkat mengusap kepala anak kecil itu,"Maafkan Ustadz sekarang tidak di ulangi lagi, janji,"Sambil tersenyum.

Anak lelaki yang sekiranya berusia 6 tahun itu celingukan,"Ustadz kenapa si teteh nya gak ada? Teh Rere gak datang ngaji?"Tanyanya membuat Kaisar jadi terdiam.

Jujur sedari tadi dia tak bisa pokus, karna terus memikirkan gadis itu. Entahlah sikap polos, bawal, dan banyak tanya Rere. Membuatnya jadi teringat terus dengan gadis itu, wallahi Kaisar benar-benar tidak berniat memikirkannya.

"Heem.. Onah jadi kecepian nda ada ci teteh Lele lagi, teteh Lele nya baik lucu gemecc pengen Onah cubit pipinah,"Bocak perempuan 4 tahun itu berbicara dengan cadel sambil mengangkat tangganya seperti ingin mencubit seseorang.

Kaisar tertawa mendengar celotehan anak kecil di sampingnya, dia jadi teringat masa-masa Rere selalu ikut belajar mengaji sehabis magrib bersama para bocah. Gadis itu sama sekali tidak malu belajar mengaji bergabung dengan para anak kecil, malah bilang 'Mereka lucu jadi pengen bawa pulang' Kaisar menggelengkan kepalanya saat teringat hal itu.

Ucok tertawa kencang meledek adiknya,"Dek Teteh Rere bukan Lele di kira ikan kali, Kakak juga suka sama Teteh Rere. Nanti kalo udah gede Kakak mau nikahin Teh Rere buat jadi istri, biar bisa kaya Ibu sama Ayah,"Sahut anak lelaki itu dengan bangga yang di hadiahi tepuk tangan dari adik kecilnya.

"Tidak bisa!"Ucap Kaisar membuat semua anak menatapnya, lelaki itu mengusap belakang telinganya saat sadar di perhatikan,"Kamu kan masih kecil, jangan bahas nikah-nikah dulu belajar yang benar. Kalau nunggu kamu besar Teh Rere nya juga udah nikah duluan, mungkin udah punya anak malah,"

Ucok mencebikan bibirnya,"Siapa yang bakal nikah sama Teteh Rere, kalo gitu Ucok nikah sama anaknya Teteh Rere aja nanti!"Sahutnya dengan bangga.

"Ya sudah, malah mengobrol ayok teruskan mengajinya. Giliran kamu kan,"



















Pendek aja soalnya Pote nya dikit.

Kalo banyak pratnya banyak juga.
Kasih pote sama komen

Clara differentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang