25

1K 53 7
                                    

Rayan mengusap batu nisan adiknya, lelaki itu menuangkan sebotol air putih ke tanah makam Naura. Setelahnya membacakan doa.

Kemarin dia pulang ke rumahnya, kemarin malam dia memimpikan Naura gadis itu datang ke mimpinya. Salah satu alasannya pulang.

Setelah selesai berdoa Kaisar tidak langsung pulang, lelaki itu memilih berdiam berjongkok sambil menatap gundukan tanah. Makam adiknya, rumah baru Naura.

Jujur dia masih tak percaya jika Naura akan pergi begitu cepat bahkan malah mendahuluinya yang merupakan seorang Kakak, adik kecilnya sekarang sudah pergi meninggalkan dia dan keluarganya.

Rayan merasa bersalah, kenapa dia tak bisa menjaga adiknya dari orang-orang jahat yang keji itu. Kenapa dia bisa terlambat pulang sehingga tak bisa menyelamatkan Naura, namun dia di sadarkan dengan takdir Allah. Dia sadar semua yang terjadi, adalah takdir yang terbaik.

Rayan mengambil ponselnya yang berdering, layar ponselnya menampilkan panggilan dari' ustadz Kaisar' dia langsung mengangkatnya.

"Assalamualaikum Ustadz, ada apa?"Tanya Rayan saat sambungan telpon sudah terhubung.

Wajahnya yang tadi biasa saja, berubah dengan raut yang susah di artikan. Wajahnya yang putih seketika memerah, Rayan langsung berdiri dan meninggalkan pemakaman.

Entah apa yang di sampaikan Kaisar padanya, tapi itu mampu membuat Rayan seperti ini.

"Saya akan segara datang,"Setelahnya sambungan terputus.

Rayan akan kembali ke Jakarta, tapi sebelum itu dia akan lebih dulu ke ndalem dan berpamitan pada kedua orang tuanya.

Lelaki itu berjalan cepat menuju area pesantren, Naura di makamkan di belakang sisi pesantren yang memang banyak makam yang di khususkan untuk para ulama, almarhum uyut buyut mereka.

Awalnya berjalan cepat tapi sekarang berlari, para santri santriwati bahkan sampai memperhatikannya yang berlari seperti itu. Namun tidak ada yang berani untuk bertanya, dan Rayan sendiri tak memperdulikannya. Yang terpenting sekarang adalah menemui kedua orang tuanya dan segara ke Jakarta.

"Assalamualaikum.... Abu, Amah!"Rayan membuka pintu rumah ndalem dengan tergesa.

Ternyata rumah kosong, Rayan berjalan ke dapur berpikir jika Uma nya ada di sana dan ternyata benar. Nyai Laila sedang masak bersama beberapa santriwati di sana yang merupakan abdi ndalem.

"Amah.."Rayan berdiri di ambang pintu, tak jadi masuk ke dapur saat melihat banyak santri di sana.

Bukan hanya Nyai Laila yang melihat ke arahnya, tapi semua santriwatinya juga. Nyai Laila mendekat, setelahnya membawa Rayan untuk ke ruangan tamu.

"Ada apa toh, Aa sampe teriak gitu?"

"Amah, mana Abu?"sedari tadi dia tak melihat Abunya.

"Abu ada di kamar lagi mandi kenapa Aa dari tadi kaya orang lagi khawatir?"

Nyai Laila mengajak Rayan duduk di sofa, mencoba menenangkan anaknya yang tampak tak tenang.

"Aa mau ke Jakarta lagi sekarang juga-

Rayan tak melanjutkan ucapannya saat suara Abunya lebih dulu menyahut.

"Kenapa? Baru saja kemarin kamu pulang, sekarang sudah pergi lagi. Apa Aa tidak betah tinggal di rumah orang tua, sehingga begitu terburu-buru?"Kyai Hasan mendekat sambil merapikan peci yang di kenakannya.

Rayan menggeleng, pertanda bahwa apa yang di ucapkan Abunya tidak benar.

"Iya, Aa bisa ke Jakarta Minggu depan atau paling tidak dua hari lagi. Amah sama Abu masih kangen. Aa kan baru pulang dari Madinah setelah beberapa tahun gak pulang,"sahut Nyai Laila membenarkan ucapan suaminya.

"Tidak bisa Abu, Amah. Tadi ustadz Kaisar telpon beliau dapat kabar tentang kasus Naura. Aa harus segara kesana sekarang juga, kasusnya harus segara terselesaikan agar Naura juga bisa tenang,"Jelasnya jujur dia juga masih ingin berada di rumah kedua orang tuanya, tapi ini lebih tak bisa di tinggalkan.

Sepasang suami istri itu terlihat sedih namun juga senang karna kasus kematian anaknya semakin berkembang, mereka berharap semoga semuanya segera terselesaikan.

Kyai Khasan menepuk pundak putra sulungnya,"Abu percaya sama kamu, pergilah berikan keadilan bagi adikmu. Di sini kita semua selalu mendoakan Aa, kita berdua menunggu kabar baiknya,"

Nyai Laila iku memegang tangan Rayan wanita itu tersenyum manis. Rayan mengangguk nyakin, dia tidak akan mengecewakan kedua orang tuanya. Entah mengapa pirasatnya mengatakan jika kepergiannya yang kali ini, akan mengungkapkan semuanya.

***

Kaisar mundar mandir di depan pintu ruangan wanita yang di tolonggnya tadi, sedari tadi dia mencoba menghubungi Clara namun tidak bisa.

Pasalnya sejak semalam adiknya itu tak pulang, gadis itu menghilang setelah makan malam itu yang di katakan kedua orang tuanya. Pasalnya dia juga harus membahas hal penting, Rayan sedang dalam perjalanan sedangkan Clara di hubungi saja tidak bisa.

Bisa-bisanya adiknya itu menghilang dalam situasi seperti ini, bikin khawatir saja. Sedari tadi Uminya terus menelpon menanyakan apakah dia sudah menemukan Clara atau tidak.

Sedangkan pencarian Clara jadi terhenti gara-gara kejadian ini, pasalnya nomor gadis itu tidak aktiv. Biasanya meskipun Clara menghilangkan ponselnya masih bisa di hubungi, ini sekarang tidak bisa.

Kaisar mengucap wajahnya gusar, duduk di kursi tunggu dan meletakkan pecinya di sana. Pusing sekali dengan keadaan seperti ini.

"Angkat Cla, kamu bikin Abang khawatir,"kembali menelpon namun tak mendapatkan jawaban, ingin menghubungi teman-teman Clara juga dia tak punya nomornya.

***

Beberapa motor melaju dengan sangat cepat, satu motor di depan dengan beberapa motor yang mengejarnya.

Clara semakin melajukan motornya, di liriknya kaca spion ternyata orang-orang itu masih mengejarnya.

Gadis itu menutup kaca helmnya semakin melaju kenceng, tak peduli jika kecepatannya itu membahayakannya. Yang terpenting sekarang adalah, dia harus segara menemui abangnya dan memberitahukan apa yang di dapatkannya.

Clara memelototkan matanya, saat tiba-tiba seorang anak kecil menyebrang begitu saja ke depan motornya.

Gadis itu langsung membanting setir mencoba menghindari agar anak itu tak tertabrak. Anak itu selamat tapi...

BRAKKK!

Tubuhnya terasa seperti melayang, motornya masuk jurang, Clara terbanting jauh sehingga tak terlihat lagi. Bersamaan dengan ledakan Api

Orang-orang yang mengejarnya tadi ikut memberhentikan motor, mereka semua lelaki. Turun dari motor mendekat melihat ke arah jurang yang cukup dalam.

"Hubungi bos, bilang jika semuanya beres gadis itu sudah mati,"seorang lelaki yang tadi ikut turun ke sisi jurang kembali lagi ke atas menyuruh temannya.

"Lo yakin, tapi jasatnya belum ketemu,"sahut lelaki lainnya.

"Jelas gak bakal ketemu, gadis tadi ke bakar gue yakin dia dah mati. Kasih tau bos buruan!"

Salah satu dari mereka menelpon seseorang, mengabarkan semuanya sudah beres.

"Gadis bodoh, anak kecil sok berani sekali. Sekarang berakhir jadi mayat...."suara sumbang begitu nyaring terdengar.

Clara differentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang