20Salting🤸

1K 65 1
                                    

"Bang, kapan keluarga Rere datang?. Seperti apa mereka?,"Rere mempercepat langkahnya mengikuti langkah Kaisar di depannya.

Kaisar mendudukkan tubuhnya ke sofa, lelaki itu meminum teh yang baru saja di buatnya. Di lihatnya Rere yang duduk di seberang sofa tengah menatapnya antusias, sedari tadi gadis itu terus mengikutinya kemanapun. Menanyakan hal yang sama.

"Apakah kamu sudah tidak sabar bertemu mereka?,"Tanya Kaisar yang langsung di angguki Rere.

"Baiklah tunggu saja, hari ini keluarga kamu datang. Apakah kamu senang?"

"Senang! Rere sangat senang,"Serunya sambil melompat kegirangan.

Kaisar menggelengkan kepalanya, dia hanya berharap dengan bertemu keluarganya. Rere bisa mendapatkan ingatannya kembali, dengan adanya keluarga mereka bisa membantu Rere mengingat semuanya. Jujur dia penasarannya seperti apa sikap Rere yang dulu saat masih memiliki ingatannya. Apakah sama dengan sekarang, selalu riang gembira, banyak bertanya dan penuh kasih sayang?.

"Barang sudah kamu siapkan, untuk di bawa pulang?"

"Apakah itu perlu?, Kenapa harus menyiapkan barang? Apa Rere harus memasak sehingga bawa barang?"

"Itu bawanggg"gemas sendiri kalau saja Rere adiknya sudah dia sentil kepalanya,"Kalau ini barang, seperti benda yang kamu memiliki dan sayangi,"

"Paham?"Kaisar bertanya saat Rere hanya mengangguk-angguk.

Mengangkat tangganya ke depan, Rere sibuk menatap kedua tangannya dengan sesekali otaknya memutar ke mana-mana.

"Tangan Rere cuman ada dua, apa cukup untuk membawa batangnya?"Bertanya sambil memperlihatkan kedua telapak tangannya, sehingga membuat Kaisar memundurkan tubuhnya.

"Saya akan memberikan kamu koper,"

"Koper? Apakah itu benda putih untuk menulis seperti yang abang lakukan saat mengajar di masjid?,"

"Itu kapur,"Kaisar berdiri menuju kamarnya untuk mengambilkan koper.

Rere menggoyangkan kedua kakinya yang tak sampai menyentuh lantai, matanya sibuk melihat apa yang berada di depannya. Sungguh Rere merasa nyaman tinggal di sini, tenang dengan wajah penuh senyuman, orang-orang ramah dan baik. Entahlah dia sendiri tidak tahu kehidupan seperti apa yang dia jalani dulu, tapi rasanya suasana seperti terasa sangat dejavu rasa yang tak bisa di artikan.

"Kamu bisa menaruh semua barang yang di sayangi ke sini, dan membawanya,"Kaisar membawa koper di tangannya, menaruhnya di dekat meja lalu kembali duduk.

Rere langsung mengambil kopernya, gadis itu membulak-balikan dia baru tahu ada barang seperti ini. Bentuknya juga sangat besar.

"Semua yang Rere sayangi bisa di masukan ke sini?,"Tanyanya memastikan yang di jawab anggukan oleh Kaisar.

Seketika senyumnya langsung melebar,"Abang masuk sini!,"Rere membuka sleting kopernya.

Kaisar menautkan kedua alisnya bingung"Maksudnya?"

"Rere bakal masukin Abang ke dalem sini,"Menujuk koper"Kata abang kan Rere bisa membawa apa yang Rere sayangi ke dalam sini. Rere kan sayang sama Abang, jadi ayok!,"Serunya antusias susah di mengerti.

"Ekhemm!"Kaisar berdehem meskipun kosa kata yang di gunakan Rere tak rapih, tapi dia dapat mengerti apa yang di maksud gadis itu. Kaisar menunduk, pura-pura membenarkan sarungnya.

"Saya bukan barang, yang bisa di masukan ke dalam sana. Tidak akan muat,"Berucap sambil memutar mata ke sana kemari, tak sengaja matanya bertemu dengan mata Clara. Adiknya itu berdiri di ujung tangga sambil menatapnya dengan senyum aneh.

Clara differentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang