30

669 39 3
                                    

"Hap!

Menarik dengan secepat kilat, menggenggam erat, tubuh itu ambruk menubruk tubuh tinggi di depannya.

Rere menabrak tubuh Kaisar yang menariknya, tubuh kecil itu bergetar menangis tersudu. Seolah rasa haru nan lega menyuak ke hati, Sonia terjun ke jurang yang dalam sendirian.

Kaisar di mematung, kala merasakan tubuh bidangnya mendapat getaran dengan isakan. Jantungnya berdetak kencang.

"Sayangnya Bundaaa kamuuu gak papa kaann,"Bu Mirna menarik putrinya di pelukan Kaisar beralih ke pelukannya. Mengecup puncak kepalanya dengan sayang, mencurahkan kerinduan yang mendalam.

Kelegaan, rasa haru nan bahagia. Rere sudah kembali padanya putrinya telah di temukan, perjuangannya mencari Rere selama beberapa bulan ini tak sia-sia membuahkan hasil.

"B-und-a?"

"Iyaa ini Bunda Rere jangan takut, bunda ada di sini. Maafin Bunda,"

Rere menarik tubuhnya dari Mirna gadis itu memundurkan langkahnya, seraya menggeleng.

Mirna tak terkejut dia tau pasti hal ini akan terjadi, dia sadar selama ini sudah menjadi Bunda yang buruk bagi putrinya. Namun hatinya mencelos nyeri melihat Rere menatap dirinya dengan sorot ketakutan, kekecewaan, keraguan.

"Bunda kenapa baru datang sekarang? Kemana aja Bunda selama ini? Apa baru ingat kalo punya anak? Dimana Bunda saat Rere terpuruk sendirian, bahkan rasanya"Rere memegangi dadanya yang berdenyut nyeri saat mengingat masalalu," Rere punya orang tua lengkap, tapi... tak pernah merasakan kasih sayang sama sekali,"

Mirna, menangis wanita setengah baya itu mendekat namun Rere semakin memundurkan langkahnya,"Maaf Bunda sama Ayah terlalu sibuk akan pekerjaan, sampai tidak punya waktu mendengarkan keluh kesah kamu. Tapi Bunda sekarang sadar kalo semuanya tak melulu soal uang, pekerjaan. Ayok kita mulai semuanya dari awal maaf karna dulu udah biarin Rere hidup sendiri,"

"Bunda sadar kebahagiaan tak bisa di beli, beberapa bulan yang lalu saat denger kamu hilang hati bunda sakit, gelisah, marah, khawatir, semuanya jadi satu. Bunda kesana ke sini mencari kamu, mengharapkan putrinya akan kembali ke dalam pelukannya. Bunda memang bodoh mengharapkan kamu kembali, sedangkan Bunda sendiri tak mengurusmu,"

"Tapi kejadian ini buat Bunda sadar jika kekuasaan, uang, pekerjaan, yang selama ini Bunda utamakan dari pada kamu tak akan berguna, tak berarti apa-apa di banding kamu. Mungkin Bunda bisa kehilangan apapun itu tapi tidak dengan kamu Re, bunda sayang sama kamu. Maafkan Bunda mu yang bodoh ini,"Mirna menangis tergugu berlutut ingin meraih kaki Rere meminta maaf.

***

Dua pasang kaki melangkah di pagi hari Bahkan bulan baru berganti tugas dengan matahari. Mentari pagi begitu hangat, di sertai kicauan burung yang bersahutan, para katak mengeluarkan suara, suara berbagai hewan mengiringi pagi ini.

Yang awalnya, Dua pasang kaki yang berjalan sekarang menjadi satu pasang kaki yang berdiri tak melangkah. Kemana sepasang kaki lainnya?

"Tangkap Gus!"Clara melemparkan buah mangga yang di petiknya, kedua kakinya menginjak batang pohon mangga yang kokoh.

Rayan menangkap mangga yang di lempar Clara ke arahnya, menatap pohon yang begitu tinggi. Meringis pelan, bahkan pohon mangga ini lebih tinggi dari pada pohon rambutan yang di panjatnya kemarin malam.

"Yang ini manis kanya nya," Clara memetik satu buah mangga yang sudah matang terlihat sangat menggugah selera.

"Emhh Mauniss beunellrrr,"Berucap sambil mengunyah, rasa manis yang mangga itu ciptakan di indra pengecapnya.

Clara differentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang