22

1.8K 218 3
                                    

Jaemin melihat kearah tempat tidurnya dimana renjun tertidur, dan diapun mendekat dengan kursi roda miliknya karena jika dia berjalan dan renjun tahu, rencananya bisa gagal untuk membuat Mark selaku Hyung tertuanya itu meminta maaf atas apa yang terjadi, dan apa yang membuatnya sampai melakukan hal seperti ini padanya.

Jaemin tersenyum kecil melihat renjun tertidur sangat nyenyak seperti bayi lalu diapun merapikan anakan rambut renjun dan mematri wajah cantik yang tengah tenang itu.

"Bagaimana mungkin ada pria secantik dirimu." Monolognya dan disaat bersamaan renjun membuka matanya secara perlahan dan diapun langsung duduk seketika.

"Apa aku tertidur cukup lama jaemin?" Kagetnya.

"Sekitar satu setengah jam." Ucap jaemin datar.

"Aduh, kenapa tak membangunkan ku dari tadi. Lagian aku harus melakukan terapi untukmu. Ayo kita mulai sekarang." Ucap renjun akan beranjak tapi jaemin menahannya membuat renjun menatapnya bingung.

"Kakimu akan semakin membengkak, anggap saja hari ini kau libur. Jadi, kita tunda."

"Tidak bisa jaemin, karena ini pekerjaanku. Bahkan kalaupun aku dalam keadaan diambang kematian aku harus menyelamatkan dan membantu orang lain." Ucap renjun. Jaemin hanya menatapnya, dia tidak suka dengan apa yang dikatakan renjun, kalaupun berada dalam situasi genting pria itu harus menyelamatkan dirinya sendiri bukan orang lain.

"Kita mulai seka—" ucapan renjun terhenti begitu saja karena jaemin mencium tepat di bibirnya. Membuat sang empu membulatkan matanya kaget sedang jaemin menikmati dan menutup matanya. Renjun hendak mendorong jaemin tapi jaemin lebih dulu menahan tangannya dan mulai melumat bibirnya membuat renjun menutup matanya seketika.











Sementara itu, Taeyong tengah menonton televisi dan dia merasa bosan lalu beranjak untuk melihat jaemin yang tengah berlatih jalan didalam kamar bersama dengan renjun, diapun menaiki tangga satu persatu hingga sampai di depan pintu kamar sang anak, lalu diapun mengetuk pintu tapi tak ada jawaban apapun, hingga dia membuka sedikit pintu kamar anaknya itu dan melihat anaknya tengah berciuman. Taeyong menutup mulutnya dengan senyuman lebar di wajahnya lalu diapun kembali menutup pelan pintu kamar jaemin dan diapun mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan pada suaminya sembari turun ke lantai satu dengan lift yang biasa digunakan oleh jaemin.

Peach.

Sayang sepertinya kita berhasil.

Maksudmu apa bubu?

Jaemin sepertinya menerima perjodohan nya dengan renjun.

Dia memberitahumu?

Anio, tapi aku memergoki mereka tengah berciuman bahkan keduanya tak menyadari kehadiran ku.

Kau serius? Ini benar-benar jaemin?

Hmm. Aku sangat senang.

Aku juga ikut senang, setidaknya ada satu orang yang membuat Jaemin akan kembali seperti dulu lagi.

Hmm.

Setelah selesai mengirimkan pesan dengan jaehyun, taeyong langsung mendeal nomor milik winwin.

"Winwin ayo bertemu di cafe biasa sekarang."

"...."

"Ada kabar gembira untukmu."

"..."

"Hmm aku juga otw. Nanti aku ceritakan semuanya. Kau pasti akan senang nantinya."

"...."

"Hmmm bye, sampai jumpa di sana."

Setelahnya taeyong pun langsung mengambil kunci mobil miliknya dari salah satu bodyguard dan diapun pergi menuju tempat janjian dengan winwin.






Kembali lagi ke kamar jaemin, renjun merasa membutuhkan pasokan udara lantas memukul dada jaemin hingga jaemin melepaskan ciuman itu. Bahkan keduanya saling bertatapan, jaemin masih dengan wajah datarnya sedangkan renjun sudah Semerah tomat saat ini.

"Akhirnya kau diam. Seharusnya kau menurut padaku bukan? Bukankah aku secara tak langsung adalah calon suamimu." Datar jaemin dan renjun hanya menganggukkan kepalanya.

"Sudahlah, sekarang kau istirahat saja. Kakimu akan semakin sakit jika kau tetap memaksa berjalan." Ucap jaemin datar dan renjun hanya mengangguk karena demi apapun dia masih sangat malu menatap jaemin setelah mereka ciuman beberapa saat yang lalu.

"Kau bisa istirahat disini, aku harus melihat pekerjaanku yang lainnya." Ucap jaemin lalu diapun kembali ke meja kerjanya sedangkan renjun hanya diam saja karena keadaan jadi sangat canggung sekali.








At. Kim hospital.

Haechan menghela nafas sejak tadi membuat Yangyang menatap bingung sahabatnya itu, seperti memiliki beban sangat berat saja sampai sering menghela nafas sejak tadi.

"Kau ada masalah?"

"Banyak." Ketus Haechan.

"Kau bertengkar dengan Dery Hyung?"

"Itu selalu, tapi kali ini bukan karena hal itu. Lagian itu hal biasa."

"Lalu apa?"

"Aku sedang malas membahasnya. Aku mengecek pasien dulu. Bye." Ucap Haechan lalu pergi meninggalkan Yangyang membuat Yangyang kesal dan mencak-mencak karena sahabatnya itu.







At. Jung corp.

Jeno masih kepikiran soal kembarannya yang sangat dia yakini tadi akan berciuman dan mengenai spekulasi kalau sebenarnya kembarannya dan dokternya saat ini memang sudah memiliki hubungan yang lebih sebelum perjodohan yang disampaikan orangtuanya.

Assisten jeno sekaligus sahabatnya dan jaemin menatap jeno yang melamun padahal dia harus segera memberikan berkas yang harus di tandatangani jeno sejak 10 menit yang lalu.

"Presdir?" Jeno masih tetap diam.

"Jeno?" Masih sama tak ada respon apapun.

"Ya! Jung Jeno!" Kesalnya membuat jno menatapnya datar seketika.

"Kita dikantor asisten Hwang, seharusnya kau konsisten bukan?"

"Bagaimana caranya aku mau konsisten, kau dari tadi melamun dan belum juga menandatangani berkas yang aku berikan sejak 10 menit yang lalu." Kesal yang dipanggil asisten Hwang itu.

"Aaa, mian." Ucap jeno lalu menandatangani nya dan memberikan berkasnya pada asistennya itu.

"Apa ada masalah?"

"Anio, pergilah antarkan." Ucqp jeno.

"Dasar." Gumamnya pelan lalu diapun membungkuk dan keluar dari ruangan jeno.

"Kenapa pula aku harus memikirkan soal jaemin, justru bagus karena jaemin memutuskan kembali percaya pada submissive. Itu bagus." monolog jeno.




































🔄🔄🔄

Nakamoto To Be Jung (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang