17

1.9K 245 36
                                    

Sesampainya di han-gang renjunpun memarkirkan mobilnya lalu diapun keluar lebih dulu dan mengeluarkan kursi roda milik jaemin lalu membuka pintu sebelah kemudi dan membantu jaemin keluar lalu duduk di kursi rodanya tanpa mengetahui seseorang yang mengikuti mereka berdua.

"Akhirnya kita sampai, sekarang kau bisa menikmati udara segar yang sudah lama tak kau nikmati jaemin." Ucap renjun antusias.

"Lagian kau memaksa, saya tak ingin melakukannya." Datar jaemin.

"Memanh benar, tapi ini baik untuk tubuhmu juga untuk kesehatanmu. Ayo kita akan cari tempat yang bagus untuk berlatih lagi." Ucap renjun mendorong kursi roda jaemin sedangkan jaemin hanya diam saja dengan wajah datarnya bahkan dia tak memperdulikan orang-orang yang melihat mereka berdua sepanjang jalan mereka.

Setelah berjalan cukup jauh dari parkiran, renjunpun menemukan tempat yang pas dimana tempat tersebut cukup sejuk dan tak jauh dari sungai Han yang tenang dan bisa menenangkan pikiran tersebut.

"Kita disini saja, oke?" Jaemin hanya menganggukkan kepalanya dengan wajah datarnya itu.

"Sekarang, ayo kita mulai." Ucap renjun kembali lalu diapun berdiri sedikit berjarak dihadapan jaemin itu.

"Ayo lakukan." Ucap renjun dengan sangat antusias. Jaemin hanya berwajah datar dan diapun pura-pura masih mencoba untuk berdiri, padahal dia sudah bisa menggerakkan kakinya tadi malam juga berjalan.

"Ayo." Ucap renjun sangat semangat dan ntah kenapa jaemin sangat senang karena semangat dari pria mungil itu, ntah kenapa hatinya sangat berbunga-bunga. Sekuat apapun dia menahan untuk tak jatuh cinta pada sih pria mungil itu dia tetap tak bisa mengendalikan hatinya. Kalaupun harus mengungkapkan perasaan oada akhirnya dia berjanji pada hatinya kalau dia akan menjaga sih mungil itu dari apapun yang membahayakannya terutama dari kakaknya.

Renjun sangat senang melihat jaemin yang melangkah secara perlahan selangkah demi selangkah saat ini.

"Ayo kau pasti bisa jaemin. Kau sudah sangat bagus. Kau pasti akan segera sembuh jaemin." Ucap renjun penuh semangat. Jaemin semakin bersemangat tapi dia berusaha menahan rasa bahagia dihatinya juga tersenyum karena pria mungil dihadapannya itu sangat menggemaskan. Jaemin lantas pura-pura limbung hingga renjun langsung berlari mendekat dan menangkap tubuh jaemin agar tak mencium tanah.

"Apa kau baik-baik saja jaemin?" Cemas renjun. Taoi, jaemin hanya diam saja dan diapun berusaha mengontrol detak jantungnya yang semakin meningkat itu. Bahkan renjun bisa mendengar detak jantungnya membuat pria mungil yang sedang memeluknya itu langsung melonggarkan pelukannya lalu membawa jaemin duduk kembali di kursi rodanya dan mengambil stetoskop didalam tasnya lalu mendekat untuk mengecek keadaan jantung jaemin.

"Jaemin? Kenapa detak jantungmu tak beraturan seperti ini? Apa ada rasa sakit yang kau rasakan jaemin? Katakan padaku." Cemas renjun dan jaemin hanya diam saja sembari menatapnya. Membuat sang dokter itu langsung balas menatap jaemin.

"Apa kau akan diam saja seperti ini jaemin?" Kesalnya membuat jaemin berusaha mati-matian menahan rasa gemasnya.

"Apa kau tuli?" Kesalnya. Bahkan dia tak perduli jika semua orang menatap kearah mereka berdua.

"Aku baik-baik saja, itu karena aku merasa lelah saja." Datar jaemin dan jelas itu adalah kebohongan paling buruk yang jaemun yakin pria itu tak akan percaya.

"Benarkah? Baguslah, aku benar-benar sangat cemas tadi." Ucap renjun lega dan jaemin hanya bisa merasa cengo karena renjun bisa percaya begitu saja dengan perkataannya dan jaemin dapat melihat kalau renjun benar-benar sangat polos untuk dunia yang menurutnya sangat kejam sekali.

Tanpa keduanya sadari, seseorang yang berada di belakang sebuah pohon menatap kearah mereka sembari menghubungi seseorang.

"Mereka terlihat sangat serius dalam latihan berjalan Jaemin."

"...."

"Ya, tadi jaemin hampir terjatuh tapi domter itu langsung menahannya."

"..."

"Apa yang tuan ingin saya lakukan? Dan pada siapa?"

"...."

"Tuan yakin pada adik tuan? Apa tak masalah? Dia bisa tiada jika saya sengaja mendorongnya ke air sungai itu."

"..."

"Baiklah. Saya tak akan mengecewakan tuan, dan saya harap bayarannya sesuai tuan."

"..."

"Baik tuan." Lalu pria itu langsung meninggalkan pohon itu dan mencari cara untuk menjalankan tugasnya itu. Demi pundi-pundi uang yang banyak.
















































🔄🔄🔄

Nakamoto To Be Jung (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang