Nakamoto To Be Jung (jaemren)

24

Disini renjun berada di cafe biasa bersama dengan Haechan dan Yangyang, tapi renjun hanya diam karena dia memikirkan apa yang terjadi padanya dan jaemin.

"Renjun? Kenapa kau diam saja? Apa kau ada masalah?" Ucap Yangyang.

"Dia sepertinya ada masalah lebih berat sama sepertiku." Ucap Haechan.

"Anio, aku hanya menunggu Haechan bercerita saja." Ucap renjun.

"Baik, Haechan. Sekarang kau kenapa sebenarnya?"

"Aku sangat takut, karena Daddy dan mommy memutuskan untuk menjodohkanku. Aku gak mau sampai dijodohkan dengan pria berperut buncit dan sangat tua." Keluh Haechan. Yangyang hanya menggelengkan kepalanya.

"Lagian aku yakin Daddy john tak akan melakukan itu padamu, kalau seperti itu pasti Dery Hyung akan membantah semuanya, biar bagaimanapun Dery pasti tak ingin adiknya mendapatkan yang seperti itu." Ucap Yangyang.

"Tapi aku rasa memang seperti itu, lagian siapa yang umur segini sudah menjadi Presdir. Pasti dia sudah lebih tua dari ayahku."

"Itu hanya prediksimu Haechan, lagian banyak yang bisa terjadi dan lagi bisa saja dia pewaris kan?"

"Itu sangat jarang."

"Bisa saja itu adalah pasien yang diurus renjun kan?" Ucap Yangyang.

"Jung Jaemin maksudmu?" Ucap Haechan dan Yangyang hanya mengangguk sedangkan renjun tak terima soal itu sama sekali sampai dia meminum beer nya begitu saja.

"Kurasa bisa saja kau di jodohkan dengan jung jaemin bukan?"

"Kurasa bukan dia."

"Kenapa kau bisa mengatakan hal itu renjun?" Bingung Yangyang.

"Karena aku tahu kalau dia memang sudah dijodohkan dengan mommy tae.' Ucap renjun begitu saja.

"Mommy tae?" Bingung keduanya membuat renjun langsung membulatkan matanya dan merutuki dirinya sendiri.

"Hahahahahahahahaha, mommy tae menyuruh aku memanggil begitu." Ucap renjun.

"Memangnya siapa Jung jaemin di jodohkan?"

"Aku tak bertanya lebih lanjut. Lagian Haechan, penerus perusahaan bisa saja terjadi pada siapapun, contohnya saja jaemin, walaupun dia tak keluar kamar selama 5 tahun dia tetap seorang ceo." Ucap renjun yang setidaknya bisa membanggakan calon suaminya itu. Walaupun dia belum siap mengatakannya sama sekali.

"Kau memang benar, tapi kalau orangnya sampai Jung jaemin, sepertinya aku akan langsung menolaknya seketika." Ucap Haechan. Dan yangyang hanya mengangguk tanda mengerti karena jaemin sangat dingin bahkan menolak semua dokter juga terapi yang datang, hanya renjun yang tak sampai di tolak.

"Aku cukup salut karena kau sanggup menghadapi Jung Jaemin."

"Itu karena dia 11 12 sama otusan. Jadi, biasa saja untukku." Ucap renjun.

"Kau benar juga." Ucap keduanya setuju.

"Apa menyenangkan merawatnya?" Ucap Yangyang penasaran.

"Apa yang bisa membuat menyenangkan memangnya? Kurasa tidak ada." Ucap renjun ketus.

"Iya juga sih " Ucap Yangyang dan Haechan hanya diam saja sembari menatap sahabatnya karena dia masih takut kalau sampai orang yang dijodohkan dengannya sangat jelek dan tua.

Disaat bersamaan seseorang mendekat pada mereka bertiga membuat mereka menatap dengan bingung begitu juga dengan renjun. Karena dia sudah separuh sadar.

"Maaf nyonya " membuat Haechan dan Yangyang menatap kaget pada orang yang bicara dengan renjun.

"Kenapa kau memanggilnya nyonya? Dia masih belum menikah ngomong-ngomong "

"Ne? Tapi, dia calon istri dari tuan Jung jaemin." Ucapnya membuat keduanya menatap kaget lalu menatap renjun untuk menuntut penjelasan dari sahabat mereka itu. Renjun seketika tersadar dari mabuknya karena tatapan sahabatnya itu. Tapi, dia langsung melihat orang itu.

"Ada apa?"

"Presdir Jung menunggu di mobil nyonya."

"Ne? Dia juga menjemput? Bukannya hanya asistennya saja katanya namanya Shin Jake."

"Itu saya, tapi tiba-tiba Presdir meminta ikut "

"Aaa, kalau begitu beri saya waktu 10 menit saya harus menjelaskan lebih dulu pada keduanya "

"Baik nyonya " ucap asisten jaemin yang satunya Shin Jake. Karena tadi yang mengantarnya bernama Jay, dan dia diantar akibat mobilnya yang tiba-tiba mogok. Lalu Jake pun langsung membungkuk dan pergi.

"Jelaskan semuanya Nakamoto." Uvap keduanya. Membuat renjun menghela nafasnya sebelum menceritakan semuanya.

🔄🔄🔄