20 Kucing kecil

12.2K 1.5K 16
                                    

Hembusan angin menerbangkan sehelai daun yang mendarat di samping sesosok orang berjubah hitam.

Rune duduk di kursi yang dekat dengan pohon rimbun, lalu memakan buah yang di tusuk dengan lelehan coklat.

[ Kau benar-benar menjualnya. ]

Suara Eros terdengar di pikirannya.

"Salahnya sendiri tidak membawa uang."

Rune membalas perkataan Eros dengan suara acuh tak acuh, lalu mengambil makanan berikutnya.

Eros kehilangan kata-kata. Dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran dari manusia lemah ini. Tapi, setelah di pikir-pikir bukankah harga 100 koin emas terlalu murah untuk ukuran manusia?

[ Bukankah harga 100 koin sangat murah? ]

"Memang."

[ Dan kau menyetujuinya? ]

"Ya."

[ .... ]

Rune tidak mendengar suara Eros di pikirannya, dan itu hal bagus. Ternyata baik Himne mau pun Eros, sama-sama cerewet. Dan itu menyebalkan.

Ada alasan kenapa Himne di jual dengan harga yang sangat murah, itu karena perekonomian kerajaan Scorpio sedang menurun.

Untuk menghancurkan suatu kerajaan, selain melakukan peperangan bisa juga dengan merusak stabilitas keuangan milik kerajaan tersebut. Dan itu baru salah satunya.

"Ck, menyebalkan."

Rune menghela napas panjang. Dia akan memikirkan hal itu nanti, yang perlu dia lakukan sekarang mencapai tujuannya saat ini.

Ada tujuan mengapa dia perlu keluar dari istana. Pertama, tentu saja mencari artefak kuno selanjutnya yang berada di kerajaan ini. Dan kedua, mencari kambing hitam.

Seringai kecil terlukis di wajah Rune. Dia perlu mencari orang yang layak untuk di kambing hitamkan atas insiden meledaknya perpustakaan istana.

Rune menjilat bibirnya. Tangannya membuang bungkus makanan ke tempat sampah. Sudah saatnya dia bergerak.

"Oi Eros, apa kau merasakan sesuatu yang familiar seperti kuas milikku?"

Rune mengambil langkah maju untuk menelusuri jalan. Netra matanya memperhatikan area sekitar, sambil menunggu jawaban dari Eros.

[ Hm, meski samar. Aku dapat merasakannya. ]

"Tunjukkan jalannya padaku."

[ Hm. ]

Rune melangkah ringan di jalan setapak. Melewati berbagai gang kecil, beberapa toko dan penjual makanan kecil. Hingga tatapan matanya melihat sebuah toko tua yang menjual aksesoris dan hiasan.

Cring.

Suara bel berbunyi begitu Rune melangkah masuk ke dalam toko tersebut. Ruangan yang sempit dan sedikit berdebu membuat Rune mendecakkan lidahnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"

Seorang wanita tua yang menjaga toko tersebut datang menghampiri Rune, dan bertanya dengan ramah.

"Aku bisa melakukannya sendiri."

Suara dingin dari sosok berjubah hitam membuat wanita tua itu berhenti di tempat. Perasaan tertekan dan takut menguasai dirinya.

Menelan ludah, wanita tua itu memutuskan untuk diam di tempat kasir sambil menunggu sosok berjubah hitam selesai membeli barang dari tokonya.

Rune menelisik setiap aksesoris yang ada di toko tersebut, hingga tatapan matanya tertuju pada sebuah kacamata tunggal yang terlihat usang berada di ujung.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang