31 Mata-mata

9.5K 1.3K 38
                                    

Sesampainya di istana Lunar, Rune menyerahkan ketiga beast people pada Noah untuk melayani mereka bertiga. Sedangkan Rune kembali ke kamarnya, lalu berbaring di atas kasur.

"Hmm."

Rune bersenandung kecil dengan berguling-guling di atas kasur. Dia menutup matanya, namun segera membukanya kembali begitu mengingat sesuatu.

Rencana awalnya gagal saat dia ingin mengkambing hitamkan seseorang atas meledaknya perpustakaan istana.

Sebenarnya, seseorang yang Rune maksud adalah mata-mata dari pihak musuh yang ingin menghancurkan kerajaan Scorpio.

"Hm." Rune merenung sejenak. Dia berpikir untuk menangkap para mata-mata itu, tapi kemana dia harus membawa mereka?

Pihak Aaron atau Silas?

Rune mengangguk kecil, setelah mengambil keputusan. Dia bangkit dari posisinya, dan mulai mengacak-acak kamar. Lalu menulis di selembar kertas.

Rune mengambil jubah hitam, kemudian memakainya. Setelah itu, memunculkan kuas kecil untuk melukis sebuah portal teleportasi.

"Mari kita bekerja sedikit lagi, setelah itu baru beristirahat," ucap Rune bermonolog.

Rune memasuki portal teleportasi, dan keluar dari sana di tempat tersudut gang kecil. Rune menghilangkan portal serta kuasnya.

Dia mulai mengaktifkan kekuatan matanya, mencari seseorang yang memiliki ciri-ciri sebagai mata-mata.

Umumnya, seorang mata-mata akan berbaur dengan masyarakat dan berperilaku seperti warga biasa.

Tapi, mata-mata yang Rune cari kali ini memiliki ciri khas sebagai tanda pengenal. Yaitu, memiliki tanda di bagian lengannya.

Rune sudah mendapatkan kekuatan dari artefak kuno Serendipity, jadi itu hal mudah baginya.

"Ketemu," seru Rune menyeringai.

Sepasang suami-isteri dan seorang anak kecil sedang berkumpul di tempat makan, layaknya keluarga kecil yang bahagia.

Rune kembali memunculkan kuas kecil, lalu melukis pil merah, serta beberapa koin perak. Sudah waktunya dia memulai drama baru, dan menciptakan timing yang pas.

Rune menutupi bagian kepalanya, dan mengambil langkah maju. Dia berjalan keluar dari gang sempit menuju sebuah toko makanan.

* * *

Di salah satu ruangan sederhana, terdapat tiga orang layaknya keluarga harmonis sedang duduk bersama menikmati waktu mereka.

Anak kecil laki-laki mengambil puding di meja lalu memakannya. "Perwakilan dari pulau Aquarius sudah sampai di kerajaan ini, haruskah kita memberitahu pada pemimpin?"

"Tentu saja," sahut seorang pria yang memegang gelas berisi anggur merah.

"Mereka tinggal di istana Lunar, apa perlu aku menyusup ke sana?" tanya seorang wanita yang memakan cake.

"Tentu, lagipula penjagaan di sana sangat longgar," jawab pria itu.

Anak kecil laki-laki merenung sejenak. "Mengapa mereka mengirim para perwakilan ke istana Lunar? Bukankah istana para pangeran yang lainnya jauh lebih aman dengan penjagaan yang ketat."

Pria itu meneguk anggur merah sejenak, lalu menjawab pertanyaan dari rekannya.

"Penjagaan yang ketat memiliki tingkat bahaya yang besar. Para pangeran dan putri selalu mengirim berbagai macam hal untuk membunuh satu sama lain, sehingga keamanan mereka tidak terjamin."

"Itulah alasan mengapa para perwakilan dari pulau Aquarius tinggal di istana Lunar, milik pangeran kembar. Karena tidak ada yang ingin membunuh mereka," ujar pria itu mengakhiri penjelasannya.

Wanita itu mengangguk. "Keselamatan para perwakilan dari pulau Aquarius adalah poin penting, untuk menjaga hubungan antara kerajaan Scorpio dengan kekaisaran Capricorn dan kekaisaran Capricorn dengan pulau Aquarius."

"Tugas kita adalah mencari informasi lalu menyerahkannya pada pemimpin," ucap pria itu meneguk habis anggur merah di gelas.

Bruukk.

Tatapan ketiga orang itu tertuju pada sosok berjubah hitam yang terjatuh di depan pintu.

"Ups, maaf kaki ku tersandung," ucap sosok berjubah hitam canggung, lalu melarikan diri dari sana.

"Sial, aku lupa memasang sihir kedap suara," seru anak kecil laki-laki.

Wanita itu mendecakkan lidahnya. "Tsk, ceroboh."

"Kalian keluarlah secara perlahan, aku yang akan mengejarnya," ucap pria itu lalu menghilang dari ruangan.

"Baik."

* * *

Rune berlari dengan cepat lalu masuk ke dalam gang sempit yang merupakan jalan buntu. Dia berhenti sejenak, lalu berbalik untuk memutar arah.

Bugh.

Tendangan kaki mengenai perut Rune yang membuatnya jatuh tersungkur. "Ugh." Rune mengeluarkan rintihan kecil saat perutnya di tendang, meskipun rasanya tidak sakit.

"Apa kau mendengar percakapan kami?" tanya pria itu yang baru saja menendang perut Rune.

"Tidak! Aku hanya menguping," sahut Rune bangkit dari posisinya.

Rahang pria itu mengeras. "Aku akan membuatmu menyesal," ucapnya, lalu mengambil langkah maju untuk menyerang sosok berjubah hitam, tapi setiap serangannya selalu melesat.

Akhirnya, pria itu menggunakan sihir dan memberikan serangan pada sosok berjubah hitam.

BRUUKK.

Tubuh Rune terdorong ke belakang hingga menubruk dinding, kemudian jatuh tersungkur. Dia menggigit pil merah hingga cairan merah keluar dari mulutnya yang terlihat seperti darah. "Uhukk."

Seorang wanita dan anak kecil menghampiri tempat mereka berdua.

"Apa kau membunuhnya?" tanya wanita itu.

Pria itu menggeleng. "Tidak, aku hanya melumpuhkannya."

Anak kecil itu berjalan mendekati sosok berjubah hitam yang tidak bergerak. "Mari kita lihat siapa pengacau ini." Tangannya terulur membuka jubah bagian atas.

"Pangeran kelima."

Mereka bertiga cukup terkejut saat mengetahui seseorang di balik sosok berjubah hitam adalah pangeran ke-lima yang telah kehilangan sihirnya.

"Kau terlalu nekat untuk seseorang yang kehilangan sihirnya," ucap anak kecil itu menginjak tangan Rune.

"Argh."

Pria itu tersenyum tipis. "Mari kita bawa dia ke ruang bawah tanah," ucapnya menyeringai. Dia berjalan mendekat, lalu mengangkat tubuh pangeran ke-lima.

Mereka melakukan teleportasi dan menghilang dari tempat itu.

* * *

Noah berjalan menuju kamar pangeran ke-lima. Pekerjaannya telah selesai sebagai pemandu bagi para tamu kerajaan yang akan menginap di istana Lunar.

"Pangeran, ini saya Noah," ucap Noah masuk ke dalam kamar pangeran ke-lima. Keningnya berkerut melihat kamar pangeran ke-lima yang terlihat berantakan.

"Pangeran," ucap Noah memanggil. Tapi tidak ada tanggapan. Noah berjalan mendekati kasur, lalu merapihkan tempat tidur yang berantakan.

Netra matanya melihat selembar kertas yang tergeletak di lantai. Dia pun mengambil kertas tersebut dan mulai membacanya.

+
Jangan beritahu siapapun, atau kami akan membunuh pangeran ke-lima.

TTD.
Penculik Cerdik.❤️❤️
+

Noah meremas selembar kertas tersebut. Aura hitam keluar dari tubuhnya, tatapan matanya menggelap dengan niat membunuh yang kuat.

"Beraninya kalian menculik pangeran ke-lima!" ujar Noah dengan suara dingin.

"Pangeran, tolong tunggu sebentar. Saya akan menyelamatkan anda."

Asap hitam berkumpul di sekitar tubuh Noah, menutupi pandangan matanya. Lalu menghilang dalam sekejap mata.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang