25 Debu?

12.1K 1.6K 91
                                    

Mengapa suaranya harus hilang di saat impiannya sebagai pengangguran kaya sedang terancam?!

'Sial,' umpat Rune dalam hati.

Aaron melihat adik bungsunya kehilangan suara. "Sudah waktunya kamu kembali," ucapnya. Netra matanya di balik kain hitam melihat ke arah Venezio, lalu bangkit dari posisinya.

Kedua tangannya terulur memegangi tangan Rune, kemudian memberikan sihir pelumpuhan yang membuat kedua tangan Rune tidak bisa di gunakan untuk sementara waktu.

"Aku akan memberi mu waktu untuk berpikir kembali mengenai pertanyaan terakhir yang ku tanyakan," ujar Aaron.

Aaron membersihkan bekas coklat yang menempel di bibir Rune. "Kita akan bertemu lagi," ucap Aaron.

Rune menatap wajah Aaron dengan ekspresi kosong. Itu karena pikirannya sendiri frustasi.

'AAA!! BAGAIMANA CARAKU MAKAN NANTI??!!' teriak pikiran Rune saat mengetahui dia tidak bisa menggunakan tangannya untuk sementara waktu.

[ BODOH!! APA HANYA ITU YANG KAU PIKIRKAN?!! ]

'Sial!! Apa kau ingin aku makan menggunakan kaki?!'

[ Bukan itu maksud ku, arrghhh terserah!! ]

Eros merasa frustasi menghadapi Rune yang terlalu berpikiran sederhana. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan manusia aneh seperti Rune.

Rune menggigit bibirnya. Dia merasakan tangan besar memeluk pinggangnya dari belakang, lalu mengangkat tubuhnya.

"Baiklah, sudah waktunya kau kembali. Aku tidak sabar bertemu dengan anjing kecil," ucap Venezio menyeringai.

Lingkaran sihir muncul di lantai, lalu mereka berdua menghilang dari ruangan tersebut.

Aaron terdiam melihat kursi kosong yang sebelumnya di tempati oleh adik bungsunya. Pikirannya mengingat jawaban yang diberikan oleh Rune atas pertanyaannya.

"Saat tanganku terluka, yang perlu aku lakukan adalah mengobati lukanya. Bukan memotong tangan ku."

Aaron merenungkan perkataan adik bungsunya, lalu menatap kedua telapak tangannya.

"Aku juga ingin mengobati lukanya-" Aaron menjeda ucapannya, dia mengepalkan tangannya dengan erat. "Tapi aku tidak punya pilihan selain memotongnya," lanjutnya.

Semua rasa sakit yang di derita adik-adiknya di sebabkan oleh ayahnya.

Aaron hanya ingin menghilangkan penyebab dari rasa sakit itu. Mungkin caranya memang salah, tapi melihat adik-adiknya menderita tanpa bisa melakukan apapun juga salah.

Ini adalah pilihan yang sulit. Tapi, dia merasa tidak pantas mendapatkan gelar mahkota saat dia gagal menghentikan penderitaan adiknya sendiri.

* * *

BRAAKK!!

Rhys menggebrak meja dengan keras. Dia mengepalkan tangannya erat, rahangnya mengeras dengan tatapan mata tajam.

"Aarrghhhh!!" teriak Rhys. Dia sudah mencari di berbagai tempat namun tetap tidak menemukan keberadaan adiknya.

Himne dan Noah menundukkan kepalanya melihat kemarahan dari pangeran ke-empat. Matahari sebentar lagi akan tenggelam, namun keberadaan pangeran ke-lima masih juga belum di temukan.

"BAJINGAN! KEMBALIKAN ADIKKU!!"

DUUUAAAARRRRRR.

Terdengar suara ledakan di halaman istana, membuat Rhys dan yang lainnya segera keluar dari ruangan.

Rhys melihat bekas ledakan di tanah, lalu mendongak ke atas yang terlihat seorang pria melayang di udara dengan sosok berjubah hitam berada di pundaknya.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang