34 Maaf

9.2K 1.2K 37
                                    

Rhys membersihkan tangannya yang berlumuran darah. Dia baru saja selesai mengintrogasi dua orang mata-mata di ruang bawah tanah istana Lunar.

"Hah."

Rhys menghela napas. Ini adalah permasalahan antar kerajaan yang tidak ada hubungan dengan dirinya, tapi akan berbeda lagi bila menggunakan adiknya sebagai alat.

"Pangeran, ini kain kering untuk anda," ucap Noah.

Rhys mengambil kain tersebut lalu mengelap kedua tangannya. "Noah, simpan mereka kembali di ruang milikmu dan pastikan mereka masih hidup."

"Saya mengerti, Pangeran," ujar Noah menundukkan kepalanya. Dia menyelimuti kedua mata-mata itu dengan bayangan hitam lalu menyimpannya kembali.

"Noah, aku memiliki pertanyaan untuk mu," ucap Rhys.

"Silahkan, Pangeran," sahut Noah.

"Mengapa bajingan itu memanggil Rune ke ruangannya?" tanya Rhys datar.

Noah terdiam. "Saya minta maaf Pangeran, saya tidak mengetahuinya," jawab Noah menundukkan kepalanya.

"Tapi, saya melihat ekspresi wajah pangeran ke-lima terlihat buruk begitu keluar dari ruangan penguasa. Dan terdapat tiga orang berjubah berada di belakangnya, yang merupakan tamu kerajaan," ucap Noah menjelaskan.

Rhys merenung sejenak. Bila hanya menerima tamu di istana Lunar, seharusnya Rune tidak mungkin memiliki ekspresi buruk.

Apa Rune mengetahui akan di culik?

Rhys menggelengkan kepalanya, dia menepis pemikirannya. Tidak mungkin Rune mengetahui bahwa dirinya akan di culik, lebih tidak mungkin lagi kalau Rune menyerahkan dirinya pada penculik.

Rhys menghela napas. Kepalanya terasa pusing, terlalu banyak hal yang tidak dia ketahui. Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan adalah bertanya pada Rune.

"Noah, kita keluar dari sini," ucap Rhys.

"Baik, Pangeran," jawab Noah hormat.

Rhys keluar dari ruangan bawah tanah dengan Noah yang mengikuti di belakangnya. Begitu berada di pertengahan tangga, suara panggil Himne menghentikan langkah mereka.

"Pangeran ke-empat!"

Rhys menoleh. "Ada apa?"

Himne membungkuk hormat, lalu mulai berbicara. "Pangeran, para tamu telah berada di meja makan bersiap untuk makan malam. Mereka sedang menunggu kedatangan anda dan pangeran ke-lima," ucap Himne memberitahu.

"Himne, beritahu pada mereka untuk memulai makan malam lebih dulu. Aku dan Rune tidak akan datang, jadi layani mereka dengan baik," ucap Rhys memberikan perintah.

Himne menundukkan kepalanya. "Sesuai keinginan anda, Pangeran," ucap Himne, kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

"Noah, siapkan makan malam lalu kirim ke kamar Rune. Kami akan makan di sana," ujar Rhys berjalan melewati Noah menuju kamar adiknya.

"Baik, Pangeran," ucap Noah.

*

Rhys masuk ke dalam kamar adiknya yang tidak terlihat seorang pun di dalamnya. "Rune!!"

"Mengapa kau memanggilku dengan berteriak seperti itu?"

Rhys mengambil langkah maju menuju balkon kamar, dimana suara Rune terdengar. Dia melihat Rune yang sedang memakan kue kering dengan pakaian tidur di kursi panjang.

"Mengapa kau berada di sini? Cepat masuk ke dalam." Rhys meraih tangan adiknya lalu menuntunnya ke arah kasur dan membantunya berbaring di sana.

"Ada apa dengan mu? Aku hanya duduk di sana untuk menikmati angin malam," ucap Rune memberengut kesal karena waktu santainya di ganggu.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang