43 Mati

5.9K 959 76
                                    

Rune memiliki ekspresi wajah tertekuk melihat yang lainnya sedang asik meminum segelas anggur, sedangkan minuman yang ada di dalam gelasnya adalah susu hangat.

'Katidakadilan macam apa ini?' batin Rune menggerutu.

Padahal Rune ingin mencoba merasakan rasa dari anggur merah yang ada di dunia ini. Mungkin lebih tepatnya ingin tahu bagaimana rasa anggur merah itu, karena dia belum pernah merasakannya.

Rune menghela napas, lalu meminum susu hangat di gelasnya. 'Ini enak,' pikir Rune. Tatapan mata Rune sedikit bersinar. Dia segera melupakan niat awalnya yang ingin meminum anggur, dan meminum susu hangat dengan tenang.

"Oh, apakah ini produk terbaru dari toko D'Amore?" tanya Amber menatap segelas anggur di tangannya. Wajahnya sudah memerah, namun tatapan matanya tetap jernih setelah meminum anggur beberapa teguk.

"Tentu saja, dan produk ini sangat terbatas." Islan menyisir rambutnya ke belakang dengan senyuman menawan di wajahnya.

"Aku sudah beberapa kali ingin membelinya, tapi selalu kehabisan." Amber mengedipkan matanya beberapa kali, lalu tersenyum cerah. "Hahaha, tanpa di sangka saya bisa meminumnya secara gratis di sini."

Islan mengerutkan keningnya. "Tsk." Dia mendecakkan lidahnya, lalu mengalihkan pandangan. Dia sama sekali tidak mengerti, mengapa wanita selalu suka barang gratisan.

Islan melirik ke arah Kaivan dan Aaron yang sedang berbicara terkait pembuatan pedang. Dia menyeringai kecil. "Pangeran Kaivan, kapan anda akan menikah?"

Kaivan memberikan lirikan tajam.

"Umur anda sudah mencapai kepala tiga, saya yakin yang mulia raja sudah meminta anda untuk mencari pasangan." Islan tersenyum tipis.

Aaron terdiam. Itu karena dia juga belum memiliki pasangan. Dirinya di sibukkan mencari cara untuk memberikan bantuan pada adik-adiknya, memperbaiki kestabilan kondisi kerajaan, dan rencana pemberontakan.

'Haruskah aku mulai mencari pasangan?' batin Aaron bertanya-tanya.

Namun Aaron segera menepisnya. Adik-adiknya dan kerajaan Scorpio lebih penting dari apapun.

Netra mata di balik kain hitam melirik ke arah Rhys yang sedang mengobrol dengan Dane dan Keith, beast people ras rubah dan ras kucing. Sedangkan Rune mencicipi setiap makanan yang berada di atas meja.

'Imut,' batin Aaron.

"Kalau begitu, bagaimana kalau saya menikah dengan tunangan anda, Pangeran Islan?" tanya Kaivan menatap dengan dingin.

Ekspresi wajah Islan langsung berubah menjadi serius. "Ho, apa anda ingin bersaing dengan saya, Pangeran Kaivan?" ujar Islan dingin.

"Aku tidak tertarik," balas Kaivan acuh. Dia meneguk anggur merah dengan tenang.

Islan mengerutkan keningnya.

"Pangeran Islan, saya mendengar Lady Madeleine sedang dekat dengan adik anda," sahut Amber menyeringai kecil.

Dia merasa kesal bila mendengar pertanyaan terkait pernikahan, karena itu yang selalu di tanyakan oleh keluarganya.

Menurut Amber, mencari uang lebih membuatnya bahagia daripada mencari pasangan. Untuk itu Amber menolak semua pria yang ingin bertunangan dengannya.

"Rumor, itu hanya rumor." Islan tersenyum kecil. "Tidak mungkin Lady Madeleine mengkhianati pria tampan seperti saya," ucap Islan penuh percaya diri.

"Saya harap itu benar." Amber mengangkat kedua bahunya.

"Pangeran Rune, saya dengar anda di culik," ucap Sora mengungkit topik pembicaraan.

"Huh?" Rune mengedipkan matanya beberapa kali, terlihat mulutnya yang terisi penuh dengan kue kering.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang