27 Mungkin

11.6K 1.5K 46
                                    

"Kenapa hmm? berisik ya," ujar Aaron lembut.

Rune memberikan anggukan kecil.

Ekspresi wajah Rhys terlihat buruk melihat tangan Aaron menyentuh kepala adiknya, apalagi ucapannya yang sengaja di buat lembut.

'Aku akan meminta Noah untuk membersihkan kepala Rune sebanyak mungkin,' batin Rhys.

Aaron tersenyum tipis. "Maaf ya, aku hanya ingin mengobati luka mu." Kedua tangan Aaron memegang tangan Rune. "Aku akan memulainya dari sini, bila terasa sakit tolong tahan ya," ucap Aaron.

Netra mata di balik kain hitam menatap fokus kedua tangan Rune, dia berniat membatalkan mantra sihir pelumpuhan dari tangan adik bungsunya.

Rune melihat cahaya berkumpul di tangannya. Sensasi kehangatan terasa di kedua tangannya, lalu indra peraba miliknya secara perlahan kembali.

Rune dapat merasakan kedua tangannya yang di genggam oleh tangan Aaron. 'Akhirnya, aku bisa makan dengan tenang.' batin Rune.

[ .... ]

Eros tidak berkomentar. Lebih tepatnya tidak ingin mengomentari pemikiran Rune yang kelewat sederhana menjerumus ke bodoh.

Tapi, dia tidak mengerti satu hal. Orang itu memberikan mantra sihir pada Rune, lalu orang itu juga yang melepaskannya.

Anehnya, Rune terlihat sangat santai. 'Apa dia tahu hal ini akan terjadi?' batinnya.

Saat ini pikiran Eros sedang kacau. Dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran dari manusia aneh bernama Rune.

Rhys mengeratkan rahangnya. Tatapan matanya kian menjadi tajam melihat tangan Aaron yang menyentuh tangan adiknya.

'Aku juga akan meminta Noah untuk mencuci tangan Rune sebanyak mungkin,' batinnya.

Aaron melepaskan genggaman tangannya. "Cobalah untuk menggerakkan tangan mu," ucapnya.

Rune mengikuti arahan dari Aaron. Sedikit demi sedikit dia mencoba untuk menggerakkan tangannya dan berhasil.

Tangannya sudah bisa bergerak kembali seperti biasa. Rune bangkit dari posisinya, lalu menghadap ke arah Aaron.

Aaron tersenyum tipis. Dia menjentikkan jarinya, lalu muncul kotak berukuran sedang berada di tangannya. "Untuk mu."

Netra mata Rune berbinar. Dia meraih kotak tersebut lalu membukanya, yang terdapat coklat di dalamnya.

"Rune, kau tidak boleh memakannya. Bagaimana kalau itu beracun? Rune!"

Pupil mata Rhys bergetar melihat Rune yang memakan coklat pemberian Aaron tanpa rasa curiga sedikit pun.

"Bodoh! Mengapa kau harus memakannya?!" ucap Rhys sedikit keras.

"Ini enak."

"Huh?"

Rhys mengedipkan matanya beberapa kali. Apa dia baru saja mendengar suara Rune kembali?

"Rune, kau-"

"Buka mulutmu."

Rhys membuka mulutnya seperti yang arahkan oleh adiknya. Lalu dia merasakan sensasi manis dari cokelat yang berada di dalam mulutnya.

'Enak,' batin Rhys.

Rhys menepiskan pemikirannya. Dia menatap wajah Aaron tajam. "Biarkan aku bergerak, sialan," decak Rhys.

Aaron menghela napas. Dia menjentikkan jarinya, lalu tubuh Rhys sudah dapat kembali di gerakkan.

Rhys menaruh pedangnya agar tidak melukai adiknya. Setelah itu, dia memeluk tubuh Rune dari samping lalu menjauh sedikit.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang