24 BODOH!

11.3K 1.4K 18
                                    

"Baiklah, sudah saat aku mengajukan pertanyaan pada mu," ucap Aaron dengan ekspresi serius.

"Hm." Rune mengambil kotak kecil yang berisi anting lainnya untuk Rhys. Dia menyimpan kotak tersebut di saku celananya. Lalu tatapan matanya tertuju pada kotak ketiga yang berukuran sedang.

"Bagaimana dengan ini?" tanya Rune menunjuk kotak tersebut.

"Untuk mu, bukalah."

Rune membuka kotak itu yang ternyata di dalamnya terdapat berbagai macam coklat. Tatapan mata Rune berbinar-binar melihat coklat, lalu suara Eros kembali terdengar di kepalanya.

[ Makanan itu terdapat mantra sihir di dalamnya. Kau akan kehilangan suaramu setelah lima menit memakannya. ]

'Hm? Lalu kapan suaraku akan kembali?'

[ Tiga hari, itu adalah batas waktu yang di- hei! HEI!! BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN?! ]

Eros berteriak keras di balik segel penjara, melihat Rune yang tetap memakan makanan tersebut meski sudah dia beritahu resikonya.

[ Bodoh, benar-benar bodoh, sangat bodoh, ma- ]

'Berisik.'

[ .... ]

Rune merasa lega mengetahui Eros yang langsung terdiam. 'Dia benar-benar berisik,' batin Rune.

Ada alasan mengapa Aaron memberikan coklat yang berisi mantra untuk menghilangkan suara. Dan Rune mengetahui hal itu dengan baik.

Seperti informasi yang Aaron katakan sebelumnya, Bajingan tua sialan itu akan melakukan introgasi kepadanya meski tahu akan resiko bahwa dia akan muntah darah begitu memberitahu sebuah informasi.

Silas sama sekali tidak peduli bahwa anaknya akan menderita saat melakukan introgasi, yang dia pikirkan adalah informasi. Informasi lebih berharga dari nyawa anaknya.

Meski muntah darah itu sedikit palsu, tapi trik kecil seperti pil darah dan sihir Eros tidak akan bisa bekerja melawan holy mage. Kebohongan miliknya akan terungkap.

'Sepertinya bajingan tua itu ingin mati,' pikir Rune.

Rune tersenyum di dalam hati begitu melihat wajah Aaron. Seperti yang dia duga, Aaron sangat dapat diandalkan karena dia memiliki banyak pengalaman di banding dirinya.

Rune memasukkan coklat ketiga ke dalam mulutnya, lalu menatap ke arah Aaron. "Kak Aaron, bisakah aku bertanya padamu terlebih dahulu sebelum kau?" tanya Rune.

Netra mata di balik kain hitam melihat tingkah Rune yang memakan coklat dengan santai tanpa adanya kecurigaan. 'Adik bungsu benar-benar polos,' batin Aaron.

"Kak Aaron," panggil Rune.

Aaron tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Tentu, kau bisa bertanya padaku," jawabnya.

"Apa kau menginginkan tahta kerajaan?" tanya Rune.

"Ya," jawab Aaron singkat.

"Alasannya?"

"Hanya ingin."

Rune mengangguk kecil. Jawaban yang diberikan Aaron sama sekali tidak berbobot, seperti basa basi.

"Ini pertanyaan terakhir, apa Kakak tahu alasan mengapa magis ku bisa hilang?"

Aaron terdiam sejenak, lalu menjawabnya dengan singkat. "Tidak."

"Ouh." Rune merespon dengan acuh tak acuh jawaban yang diberikan Aaron, karena dia sudah menebak hal itu. "Sekarang, giliran Kak Aaron yang bertanya," ujar Rune.

"Kau yakin?" tanya Aaron memastikan.

Rune menatap wajah Aaron. "Tentu saja, karena aku mempercayaimu," jawabnya. Aaron tidak akan memberikan anting berisi sihir perisai kalau dia tahu alasan hilangnya magis di dalam tubuhnya.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang