46 Mimpi Buruk

8.2K 987 134
                                    

"Saya minta maaf, dengan berat hati saya mengatakan. Pangeran kelima mengalami koma," ucap Lucian menundukkan kepalanya.

Pupil mata Rhys bergetar. Noah menutup matanya. Sedangkan Himne memiliki ekspresi syok di wajahnya.

"Ti-tidak, tidak mungkin." Rhys menggelengkan kepalanya.

"Maaf Pangeran, saya telah melakukan yang terbaik untuk pasien," ujar Lucian menjelaskan.

Rhys meraih kerah pakaian milik Lucian, lalu melemparkannya ke lantai. "Aku tahu kau memang tidak berguna! PERGI DARI SINI!!"

"Pangeran, tenangkan diri anda," ucap Noah memeluk tubuh Rhys. "Himne, antarkan Dewan ketujuh keluar dari sini."

"Baik," sahut Himne, setelah menghapus air matanya.

"Tidak perlu." Lucian bangkit dari posisinya. "Saya bisa melakukannya sendiri," ujar Lucian berjalan mengambil barang miliknya lalu keluar dari ruangan tersebut.

Hening.

Ekspresi wajah Rhys berubah menjadi sendu begitu melihat kepergian Lucian. "Noah ... apa Rune akan bangun?"

"Tentu saja." Noah mengelus kepala Rhys. "Saya yakin pangeran kelima akan bangun, dan beraktivitas seperti biasanya," ujar Noah memberikan kalimat untuk menenangkan pangeran keempat serta meyakinkan dirinya sendiri.

"Hm." Rhys melepaskan pelukan Noah. Dia duduk di samping adiknya, lalu meraih tangannya. "Rune, aku akan menunggumu."

"Sebanyak atau selama apapun, aku akan tetap di sini menunggu mu bangun," ucap Rhys sendu.

Terbesit dalam benaknya tentang kejadian sebelumnya, dimana para kakaknya yang pergi meninggalkan mereka tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

"Rune." Genggaman tangan Rhys semakin erat. "Aku berjanji tidak akan meninggalkan mu. Kita akan melakukannya bersama, dan aku akan melindungi mu."

"Untuk itu, jangan tinggalkan aku." Air mata mengalir membasahi pipi Rhys. "Jangan tinggalkan aku sendirian."

"Aku akan menunggumu."

Noah menghapus air matanya yang terus mengalir. 'Pangeran kelima, saya juga akan menunggu anda. Kali ini saya akan melindungi anda. Saya mohon, segeralah bangun,' batin Noah.

Himne menggigit bibirnya, dengan mata yang berlinang air mata. 'Pangeran kelima, segeralah bangun. Kami semua menunggu anda di sini,' batin Himne.

Penantian panjang yang tidak pasti membuat mereka gelisah. Namun, setitik keyakinan telah memberikan sebuah harapan akan hasil dari penantian panjang tersebut.

Kabar tentang pangeran kelima yang mengalami koma tersebut luas di seluruh kerajaan Scorpio. Banyak respon yang berbeda dari setiap kalangan yang mendengar informasi tersebut.

Namun hal ini adalah sebuah momen yang mereka tunggu sejak lama. Penantian panjang dan kesabaran mereka akhirnya membuah hasil yang manis.

"Bawa tubuh pangeran kelima, kita akan langsung melakukannya," ucap Silas pada pria yang memakai jubah hitam.

"Baik, Yang mulia," sahutnya. Lalu menghilang.

Silas menyeringai kecil. Sudah waktunya dia memberikan pelajaran kecil pada putra bungsunya, karena sudah menghancurkan lingkaran sihir miliknya.

Kali ini Silas akan menghancurkan semua lingkaran sihir milik putra bungsunya. Dia tidak peduli putranya mati atau tidak. Lagipula, Silas masih memiliki banyak anak.

Hembusan angin malam terasa lebih dingin dari malam sebelumnya. Noah menatap bulan purnama dengan tatapan sendu. Dia sudah menunggu sangat lama di bawah sinar rembulan, namun sosok wanita yang dicintainya tetap saja tidak muncul.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang