35 Aneh

8.4K 1.2K 29
                                    

"Rune," panggil Rhys.

"Hm."

"Mengapa orang itu memanggil mu ke istana utama?" tanya Rhys penasaran.

Rune melirik sekilas. Dia menelan makanannya, lalu menjawab. "Yang mulia memberiku hukuman," jawab Rune acuh.

Noah yang berdiri tak jauh dari mereka berdua mengerutkan keningnya.

Pergerakan tangan Rhys terhenti. Tatapan matanya sedikit meredup. Ini pasti terjadi karena pangeran ke-dua melaporkan pada orang itu kalau Rune telah keluar dari istana.

"Hukuman apa?" tanya Rhys datar.

"Aku di minta untuk menghadiri undangan dari kekaisaran bersama kak Aaron," jawab Rune.

Rhys mengerutkan keningnya. Entah kenapa informasi itu mengganggu dirinya. "Aku juga mau ikut kalau begitu."

Rune menatap wajah Rhys sejenak, lalu mengangguk. "Kau bisa menggunakan mata-mata yang di tangkap Noah sebagai alat tawar-menawar dari bentuk permintaan mu."

Rhys menyeringai kecil. "Aku mengerti." Dia mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Rune. "Tetaplah di kamar selama aku pergi ke istana utama," ucap Rhys.

"Tentu." Rune mengangguk patuh. Dia memang berniat untuk tiduran sepanjang hari besok, dengan beberapa cemilan untuk bersantai.

Rhys mengangguk puas. Adik kembarnya memang masih polos, dia mungkin tidak tahu tapi Rhys sedikit tahu. Rhys menduga, kalau bajingan itu merencanakan sesuatu untuk Rune.

'Aku tidak akan membiarkan bajingan seperti mu menyakiti adikku,' batin Rhys bertekad.

* * *

Keesokan paginya. Rhys dan Noah pergi ke istana utama. Sedangkan Rune tetap di dalam kamar agar menghindari pertemuan dengan para beast people.

Dan ketiga beast people sedang duduk santai di kursi ruang tamu.

"Ini benar-benar aneh," ucap Sora memulai pembicaraan.

"Aneh bagaimana?" sahut Dane. Dia mengambil buah-buahan lalu memakannya.

"Baik makan malam atau bahkan sarapan pagi, hanya pelayan saja yang melayani kita," ucap Sora memberikan pendapatnya. "Pangeran Rune atau pangeran Rhys, tidak ada dari mereka yang menghampiri kita."

Sora menyentuh dagunya. "Terakhir kali kita bertemu dengan pangeran Rune saat di istana dan berdebat di kereta, setelah itu aku tidak melihatnya lagi."

Keith mengerutkan keningnya. Itu benar. Bahkan saat mereka di ajak keliling istana dengan pelayan pun, dia tidak melihatnya lagi.

Dane mengangkat bahu acuh. "Mungkin saja mereka sedang sibuk, jadi tidak bisa bertemu dengan kita," ucap Dane acuh. Dia kembali memakan buah.

Sora mengangkat satu alisnya. "Mereka belum menerima tugas untuk mengurus kerajaan, kesibukan apa yang mereka miliki hingga tidak bisa menemui kita?"

"Mungkin mereka sedang menyusun rencana buruk untuk kita," celetuk Keith. "Sikapnya yang berani berdebat denganku terlihat mencurigakan," lanjut Keith memberikan pemikirannya.

Dane memutar matanya jengah. "Mereka hanyalah remaja dalam masa pertumbuhan. Kalian terlalu menilai buruk mereka, hanya karena berani berargumen."

Sora menutup mulutnya. Apa yang dikatakan Dane ada benarnya. Karena dia juga pernah beradu argumen dengan seseorang yang lebih tua darinya.

"Kau sangat naif," cibir Keith. "Apa kau lupa apa yang dikatakan pangeran Rune di kereta? Dia berkata bahwa aku bisa saja kehilangan berkah milikku yang memiliki sembilan nyawa."

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang