chapter 1

436 51 72
                                    

Pintu terbuka menampilkan sosok pria jangkung berdiri di ambang pintu sembari netranya bergerak liar memperhatikan dua insan tengah berkutat dengan komputer masing-masing.

"Kavian, Harry. "Merasa terpanggil, keduanya serempak menoleh. "Ada apa vin? "Tanya Kavian kepada pria bernama Gavin.

"Ada perkembangan tentang Vernon?"jawabnya balik bertanya.

"Ada, selain penculikan dan penyelundupan senjata, Vernon juga melakukan trafficking human di Morrigan, "jawab Kavian tidak habis pikir.

"Morrigan? "

"Morrigan nama tempat mereka melakukan trafficking human , rata rata yang mereka perdagangkan itu perempuan dan anak anak yang mereka culik, "jelas Kavian tetap fokus pada layar komputer. Jari jemarinya dengan lihai menari di atas keyboard.

" Trafficking human ini bkn kasus biasa , gue udah dapet lokasinya, nanti gue kirim. "

"Lo sendiri gimana, ada perkembangan soal Damian?"tanya Kavian acuh tak acuh, perhatiannya masih terkunci pada layar komputer dihadapannya.

"Hmm.. Ada, lo baca aja. "Tangannya terulur menyerahkan dokumen yang sedari tadi ia pegang pada Kavian .

"Lo? " Gavin beralih pada Harry yang sedari tadi hanya diam dan fokus pada komputer, tidak terganggu sedikitpun dengan kehadirannya.

"Gue dapet identitas beberapa orang dari kelompok Vernon. Selain Damian yang nyamar jadi guru di SMA NEO SCHOOL. Ada juga Sergio Reizandra dan Lingga Maheswara. Sergio merupakan dokter bedah organ selain itu, dia juga kerja di rumah sakit Beta Medika. Sedangkan Lingga, di Vernon dia yang ngurus trafficking human dan jd bartender di bar La Factoria untuk menyamarkan identisanya. Lalu Aiden Luke, tapi sekarang lagi di luar negeri."

"Hmm ... Kalo ada info terbaru kasih tau gue. "Lontarnya sebelum melenggang pergi meninggalkan ruangan.

************

Pria jangkung pemilik netra onyx masuk ke salah satu ruangan yang merupakan ruang senjata. Di dalam dapat Gavin lihat adiknya sedang sibuk dengan beberapa senjata berbahaya juga mematikan.

Memiringkan tubuhnya. Dengan gesit Gavin menangkap kunci Inggris yang tiba tiba di lemparkan sang adik ke arahnya.

"Elenna! "

Membalikkan badannya menghadap Gavin, Elenna memandang kakaknya tersebut dengan santai tanpa merasa bersalah.

"Kenapa? "Gavin menyorot Elenna tajam kala pertanyaan tersebut keluar dari celah bibir plum adiknya. Hendak berbicara, sosok pria lain dengan surai berantakannya datang dengan sebatang rokok terselip diantara bibirnya sembari menenteng sebuah sniper antik.

"Hei dude. Kapan lo dateng , gue kok ga denger. "

"Gavin kan hantu, dia kesininya bukan jalan, tapi melayang, makanya ga kedengeran langkah kakinya. " Elenna menjawab pertanyaan Bryan yang di lontarkan pada Gavin.

Ekspresi puas nampak pada wajah cantik Elenna kala melihat wajah sang kakak kini merah padam menahan amarah , hal yang paling Elenna sukai.

Bryan tertawa terbahak bahak tak kuasa menahan tawanya, "HAHAHAHAHA, anjirr pantes gue kalo deket lo hawanya ga enak vin, dingin dingin gimana ... Bikin merinding, "alis tebalnya tampak naik turun-mengejek Gavin.

Menyambar pistol. Gavin menembakkannya pada Elenna dan Bryan, dengan gesit keduanya menghindari peluru yang melesat dengan cepat, telat sedikit saja sudah di pastikan peluru tersebut akan bersarang di tubuh mereka.

"Fuck, " umpat nya dengan intonasi rendah kala Bryan justru menampilkan senyum mengejek pada dirinya.

Bryan berdehem merasakan aura gelap yang menguar dari pria dengan netra onyx yang mampu membuat siapapun ketakutan saat bersitatap dengannya.

Alicius And The Secret Agen (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang