"Gue juga benci, tapi ga bakal ngerubah apa pun pada apa yang telah terjadi"
Gavin memperhatikan kakanya, perbedaan terbesar antara dirinya dengan kakanya adalah, El lebih bijaksana ketimbang dirinya,dan perbedaan lainnya,El juga lebih memiliki sisi kemanusiaan dari pada dirinya.
Cukup beruntung Gavin memiliki El yang selalu memperingati segala perlakuan buruknya selain Lily.
"Karena itu lo ga ikut bunuh Damian"El mengangguk sebagai jawaban.
"Selain itu, gue juga udah janji ga bakal ngebunuh orang lagi" benar juga El sudah berhenti membunuh semenjak dia memiliki orang yang ia cintai.
"Gue mau tanya sesuatu sama lo" El menoleh menatap sang adik, tidak biasanya Gavin bertanya kepada dirinya.
Netra berwarna biru safir itu tidak lepas dari Gavin yang kini memindahkan foto ibunya, tangannya terlihat memasukkan sebuah sandi yang El sendiri tidak tau apa sandinya.
Dinding bergeser memperlihatkan ruangan gelap didalamnya, ruangan lain didalam ruangan?. Ternyata selama ini dia masih belum mengetahui semua tentang Gavin, masih ada banyak hal yang adiknya itu sembunyikan darinya.
"Masuk" perintah Gavin datar pada kakanya yang menatap penuh selidik padanya.
El masuk kedalam ruangan gelap, tidak ada banyak barang didalamnya. Suara pintu tertutup mengalihkan atensi El yang memperhatikan ruangan.
Matanya membulat sempurna ketika Gavin menyalakan lampu membuat ruangan yang semula nya gelap menjadi terang.
Ada banyak sekali foto Rebecca yang Gavin tempel pada sebuah papan, tidak tau pasti berapa jumlahnya, tapi pastinya lebih dari seratus foto.
Menatap tajam Gavin yang terlihat santai, El memperhatikan satu per satu foto Rebecca, untungnya tidak ada foto aneh yang Gavin ambil.
"Hal yang mau gue tanyain ke lo"
"Sebenarnya, gue itu obsesi atau cinta ke Rebecca?" El menatap serius Gavin,tidak menyangka bahwa adiknya itu akan menanyakan tentang perasaannya pada dirinya.
"Kenapa lo tanya gue" mengangkat bahunya acuh Gavin menjawab"entah"
"Sebelum gue jawab, gue mau tanya sama lo" Gavin menaikkan sebelah alisnya menunggu pertanyaan dari sang kaka.
"Semua foto ini, kapan lo ambilnya"
"Dua minggu sebelum Rebecca tinggal disini, gue tiap hari mantau dia dan ambil fotonya" jawab Gavin jujur.
"Perasaan lo liat Rebecca bareng pria lain gimana?"
"Ga suka"
"Selama ini cara lo dapetin sesuatu selalu gila, terutama kalo itu manusia. Setiap orang yang jadi buruan lo pasti menderita karena lo"
"Itu pelaku kriminal" ujar Gavin datar.
"Ya, tapi kalo Harry ga hentiin lo, lo juga pasti ngelakuin hal yang sama ke Rebecca"
"Jadi?" tanya Gavin menatap jengah kakanya, apakah El tidak bisa to the poin saja, seingatnya El tidak sebodoh itu untuk bertanya langsung dan memberikan jawaban tanpa harus bertele-tele.
"Kenapa?lo mau berubah, sedangkan sebelumnya setiap ada orang yang memperingati lo tentang sifat jelek lo itu, lo selalu nolak untuk berubah"
"Gue ga mau jadi pria brengsek kaya Damian, dan gue juga ga mau bikin Rebecca bernasib kaya ibu"
"Awalnya gue suka liat dia kesulitan, terutama kalo itu karena gue. Tapi, gue lebih suka liat dia senyum"
"I like it"bibir El terngakat membentuk sebuah senyuman, dia merasa bahagia bahwa Gavin mau merubah sifat jeleknya, meski belum sepenuhnya berubah, semua butuh proses.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alicius And The Secret Agen (Tahap Revisi)
RomanceTentang Gavin dan Rebecca. Antara pembunuh dan agen rahasia. Suatu kejadian membuat keduanya harus bekerja sama untuk menghancurkan suatu organisasi. Da n Gavin,telah jatuh dalam pesona seorang Rebecca. Tidak pernah terpikirkan oleh semua orang yang...