"Vin" suara bariton mengalun ketika Gavin masuk, disusul Rebecca yang juga ikut masuk ke dalam mansion dengan wajah gelap. Tanpa mengucapkan apa pun Rebecca melenggang pergi ke kamarnya di lantai atas meninggalkan Gavin dan yang lainnya di bawah.
"Emily sekarang lagi sama Aiden, sesuai rencana Emily, Aiden bawa dia ke Morrigan" Kavian menunjuk nama Emily dan Aiden yang ada pada layar laptop setelah Gavin duduk bergabung bersama mereka .
Gavin memperhatikan nama Emily dan Aiden pada layar laptop sejenak ,kemudian menyerahkannya kembali pada Kavian. Sebatang cerutu terapit diantara kedua belah bibirnya, kepulan asap nampak ketika Gavin menghembuskan nafas.
"Widihh gesit amat tuh cwe"
"Dia kan buaya darat versi cewe"ujar Navero menanggapi perkataan Bryan. Navero meneguk segelas wine merek Chateau Lafite seharga 1,8 miliar dengan nikmat.
"Bryan,Navero,lo berdua awasin Emily dan Aiden, kl ada hal penting kabarin gw"
"Siapp" seru keduanya kompak
"Dari mana? "
"Gavin bantuin Rebecca ngerjain misi rank S" jawab Kavian mendahului Gavin.
"Hee~~ada apa ini"goda Bryan sambil menaik turunkan alisnya.
"Do you like it?"Gavin melirik Harry sekilas, tangannya memainkan gelas berisi wine, menatap dirinya dari cairan merah dalam gelas, Gavin menyeringai lebar.
"Yes i like it"
"Untuk Rebecca,semoga kuat"
"Why? "
"Soalnya lo ngejar vin" ujar Bryan mengundang gelak tawa dari Navero dan Kavian ,Harry yang biasanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi tertawa kecil menanggapi perkataan Bryan .
Sedangkan orang yang menjadi bahan tawaan hanya mendengus, menghambiskan wine dalam gelas dengan sekali teguk ,Jakunnya naik turun ketika cairan merah membasahi kerongkongan nya.
"But I don't think you like it" ujar Harry menarik perhatian
"Why not? "
"You don't like her, but you love her, and I'm sure you realized that before I did because you felt it"
Keheningan melanda, Gavin terdiam memikirkan perkataan Harry. Dia tidak akan membohongi dirinya sendiri, memang benar apa yang dikatakan Harry dia tidak menyukainya tapi mencintanya.
Perasaan tidak suka ketika melihat Rebecca bersama Damian sudah cukup membuktikan bahwa dia mencintainya, menginginkan Rebecca untuk menjadi miliknya, meskipun Rebecca dekat dengan Damian karena sebuah misi, bahkan dialah yang memerintahkan Rebecca untuk mendekati Damian.
Namun,Gavin tidak suka apabila melihat Rebecca bersama Damian, bercanda dengan Damian walaupun hanya sebuah kebohongan belaka. Gavin telah jatuh dalam pesona seorang Rebecca.
"Do you really love her?" tanya Kavian menatap Gavin serius
"Yes, i love her"
Jujur saja Harry tidak begitu mengerti tentang percintaan,cinta adalah hal yang rumit baginya. Tapi,dia harus menyadarkan Gavin dari perbuatannya sebelum terlambat.
"Kalo lo cinta sama dia, dapetin dia dengan cara sewajarnya" Gavin mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan perkataan Harry "maksud? "
Kavian yang sudah mengerti kemana jalan pembicaraan pun bersuara "kita semua tau gimana gilanya lo ketika tertarik terhadap sesuatu dan menginginkannya"
"Lo juga punya maksud lain bukan, dalam rencana baru yang lo ubah ini? "
"Tentunya supaya Rebecca dapat bagian menjalankan misi" jawab Gavin datar. Harry menggelengkan kepalanya membuat yang lain termasuk Gavin kebingungan.
"Lo ngasih Rebecca tugas buat menghadapi Damian karena lo pengen ngeliat Rebecca kesusahan dalam menghadapi Damian. Lo yang paling tau gimana sifat Damian,dia punya fetis melihat orang kesakitan"
"Lo ga punya fetis kaya Damian, tapi lo suka ketika ngeliat orang yang menarik bagi lo kesulitan karena lo, dan ketika dia dalam keadaan paling sulit lo baru datang buat bantuin dia-" Harry diam sejenak, meminum segelas wine untuk membasahi kerongkongan nya. "-Atau membunuhnya"
Sisi gelap seorang Gavin yang hanya diketahui orang terdekatnya saja. Gavin menyugar wajahnya kasar karena niatnya sudah diketahui oleh Harry.
"So? "
"If you want her to be yours, then get her the right way" Gavin menatap telak mata Harry, keheningan kembali melanda, Gavin menghembuskan nafasnya berat .
"Why do you care? "
"I just don't want you to regret it"
"Gw setuju sama Harry vin, lo harus dapetin Rebecca dengan cara yang wajar, dan menghilangkan sifat jelek lo" ujar Kavian disetujui Bryan dan Navero.
"Elenna jg g bakal suka dengan cara lo dapetin Rebecca" Navero memainkan belati, entah sejak kapan belati itu berada dalam genggamannya.
"Gw jg ga bakal biarin lo buat dapetin Rebecca dengan cara kaya gitu, lo sendiri selalu bilang untuk meratukan wanita vin, jangan sampai lo mengingkari ucapan lo sendiri-"
"-Gw ga akan segan segan ngelawan lo"Gavin memegang tepat pada bilah belati yang dilemparkan Navero. Darah segar mengalir ketika Gavin semakin erat menggenggam belati, tatapan tajam bak elang siap memburu mangsanya menatap telak mata Navero yang tidak kalah tajam menatap Gavin.
Gavin diam tidak menanggapi perkataan Navero. Menyugar rambutnya kasar,pekatnya warna darah menyatu dengan rambut hitam kelam Gavin,Dia sudah di buat gila oleh Rebecca hingga melupakan hal tersebut.
"Of course, do it if I hurt her"
"And I'll get her like everyone else does, she's mine" ujar Gavin menekan kata 'mine'.
"I take your word for it, Alicius"
Harry memperhatikan Gavin yang kini mengobrol santai dengan Navero dan Bryan. Pengendalian emosi dan ekspresi yang sempurna membuat Gavin sulit dibaca dan berbahaya. Dia selalu memiliki niat tersembunyi dalam setiap rencana, Harry bahkan membutuhkan waktu untuk mengetahui niat terselubung Gavin mengenai Rebecca.
**************
Gavin menghempaskan tubuhnya kasar di kasur king size miliknya, perkataan Harry beberapa waktu lalu berputar dalam benaknya, kali ini dia akan mendengarkan perkataan Harry, dia tidak ingin menyesal dan tidak ingin membuat Elenna kecewa.
Rebecca, Gavin akan mendapatkannya dengan cara seharusnya, tidak dengan caranya, dia tidak ingin menjadi lelaki brengsek seperti ayahnya.
"My lady, my life, my world, my angel, I want you to be mine, my beloved"
*************
Bayang bayang saat Gavin tertawa berputar dalam Pikiran Rebecca,"gw suka liat dia ketawa lepas kaya gitu "gumam Rebecca lirih.
"Sial, kenapa gw mikir kaya gitu" memukul bantal kesal,Rebecca menenggelamkan wajahnya pada bantal.
"Gavin sialan. Sial,sial, sial"
"Fuck Alicius" gerutu Rebecca kesal. Rebecca menghembuskan nafasnya berat, memikirkan kembali segala perlakuan Gavin padanya.
Dia sungguh tidak bisa membaca ekspresi dan segala perlakuan Gavin, dia menyukai sifat lembut Gavin , tapi terkadang sifatnya berubah menjadi sangat menyebalkan. Benar benar seperti bunglon.
Ah...sudahlah dari pada dia terus memikirkan Gavin yang membuat kepalanya pusing,lebih baik dia tidur, besok dia harus pergi menemui Gilang untuk menyerahkan dokumen padanya.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alicius And The Secret Agen (Tahap Revisi)
RomanceTentang Gavin dan Rebecca. Antara pembunuh dan agen rahasia. Suatu kejadian membuat keduanya harus bekerja sama untuk menghancurkan suatu organisasi. Da n Gavin,telah jatuh dalam pesona seorang Rebecca. Tidak pernah terpikirkan oleh semua orang yang...