chapter 2

128 37 40
                                    

"Brengsek endingnya ga sesuai ekspetasi," umpat seorang gadis selesai menonton salah satu drama.

Suara perut berbunyi menghentikan Rebecca yang sedari tadi mengumpat , dia meringis ketika mengingat bahwa dari siang sampai sekarang belum makan apa pun .

Beranjak dari kasurnya menuju dapur melihat apa kah ada sesuatu yang dapat dimakan, namun ZONK,tidak apa pun di dapurnya yang dapat Rebecca makan, umpatan kembali keluar dari bibir tipisnya.

"Hah... beli aja deh." putusnya merasa tidak ada gunanya terus mengabsen nama nama hewan. Rebecca masuk kedalam kamar untuk mengambiljaket, dompet dan tentunya jangan lupakan HP.

Mengunci pintu apartemen nya, dengan santai Rebecca berjalan menuju tukang nasi goreng dekat alfamart di depan sana tanpa peduli dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam.

Setelah sampai Rebecca langsung memesan 1 porsi nasi goreng , perutnya terus berteriak minta di isi.

"Ini nasi gorengnya neng ecca, " ucap tukang nasi goreng yang memang mengenal Rebecca karena merupakan salah satu langganan nasi gorengnya.

"Oke mang Asep. " dengan semangat Rebecca melahap nasi goreng nya hingga habis

"Akhirnya...kenyang juga. "

"Mang Asep uangnya di meja ya , kembaliannya ambil aja buat amang, " teriak Rebecca kepada mang Asep.

"Siapp neng , makasih ya neng. " mang Asep ikut berteriak, Rebecca mengacungkan jempolnya dari kejauhan.

Di tengah perjalanan ke apartemen Rebecca melewati rumah kosong, pemilik rumah itu sudah pindah sejak dulu, rumahnya tidak terurus sehingga terlihat horor. Rebecca tetap berjalan tanpa merasa takut. Tiba tiba,telinganya mendengar suara dari dalam rumah , walau jarak Rebecca dengan rumah kosong itu cukup jauh , Rebecca tetap bisa mendengar nya.

"Mungkin kucing" ucapnya dalam hati,ketika hendak melangkah,suara tersebut kembali terdengar dari dalam rumah namun suaranya tidak mirip dengan suara kucing sama sekali.

Karena penasaran Rebecca berjalan mendekati rumah itu . Sampai di depan pintu, Rebecca mendengar suaranya yang semakin jelas .Bukan, bukan suara kucing yang ia dengar melainkan suara teriakan seseorang.

Rebecca mengintip kedalam rumah dari celah pintu yang sedikit terbuka,dia membelalakkan matanya saat melihat orang di siksa dengan kejam.

Mengambil ponsel dari sakunya dengan terburu-buru,Rebecca menelpon polisi untuk datang ke lokasi. Mungkin,bisa saja dia melawan mereka, namun lebih baik jika dia meminta bantuan agar tidak ada yang melarikan diri.

Rebecca kembali melihat ke dalam, mengernyitkan dahinya ketika melihat orang orang tengah berdiri di depan jasad pria yang sudah tidak bernyawa sambil berdoa di hadapan jasad itu.

"Apakah mereka sedang berdo'a?" monolognya dalam hati. Tidak mungkin seseorang yang telah membunuh mendoakan orang yang telah mereka bunuh .

Tidak lama para polisi datang , Rebecca sengaja menyuruh para polisi untuk tidak membawa mobil mereka ke sini agar tidak berisik dan diketahui oleh orang orang di dalam rumah kosong tersebut.

"Dimana mereka,Rebecca? " tanya Gilang,salah satu polisi pangkat satu pada Rebecca "ada di dalam pak" sambil menunjuk ke arah rumah .

"Ambil ini. " Gilang menyerah kan pistol,dengan sigap Rebecca mengambil pistol tersebut .

Gilang dengan anggotanya masuk ke dalam rumah tersebut nampak 5 orang tengah berdiri di hadapan jasad pria yang sudah tidak bernyawa .

"Angkat tangan,Kalian Kami tangkap, "ucap Gilang dengan tangan memegang pistol .

Raut terkejut tidak lepas dari kelimanya atas kedatangan polisi yang kini telah mengepung mereka.

"Kavian,Harry, Bryan kalian pergi dari sini,bawa Elenna dan lindungi dia , gw bakal hadang mereka, " perintah Gavin tenang kepada temannya setelah sadar dari keterkejutannya.

"Gk, kita bakal di sini bareng lo, "tolak Kavian berujar dengan tegas

"Pergi! "

"Tapi kak gw g- " belum selesai berbicara Gavin memotong ucapan Elenna"pergi Elenna, Ini perintah."

"Maksud lo apa bangsat. " Bryan berucap tidak Terima mana mungkin mereka membiarkan Gavin seorang diri di sini, dia yakin seratus persen Gavin tidak akan melawan mereka apalagi sampai membunuh.

"Pergi, " ujar Gavin dingin tak ingin dibantah.

"Sial. Kita pergi, jaga diri lo baik baik, " putus Harry dengan berat di balas anggukan singkat.

Mengambil Bom asap dari saku jaketnya, Gavin melemparkan bom tersebut ke arah para polisi. Dengan cepat asap menyebar menutupi pandangan "SEKARANG! " teriak Gavin memberi aba aba kepada temannya untuk pergi.

Gavin melihat temannya beranjak pergi ,tidak sengaja netranya bertemu dengan netra sang adik yang di tarik oleh Kavian.

Asap telah hilang menyisakan Gavin, tangannya terangkat tanda Gavin telah menyerahkan dirinya pada para polisi.

***************

Ruang interogasi , di sinilah Gavin berada duduk berhadapan dengan Gilang dan seorang perempuan.

"Kenapa kamu membunuh Hendro? " tanya Gilang kepada Gavin

"Saya membunuhnya karena kejahatannya walau cara saya dalam menghukunnya salah, saya sadar bahwa apa yang saya lakukan itu salah, dan Saya membunuh nya karena pihak hukum juga lambat dalam menangkap nya, "jawab Gavin

"Hendro pelaku pembunuhan dan pelecehan yang dilakukan pada anaknya sendiri, dia melakukannya untuk melampiaskan emosinya saat mengetahui bahwa sang istri berselingkuh. Tidak hanya membunuh dan melakukan pelecehan,Hendro juga terlibat dalam judi online dan pengguna narkoba. "

"Saya tidak membunuh untuk kesenangan, Saya hanya membunuh orang orang bersalah, Saya melakukannya Kerena hukum di negara ini sudah tercemar. Hukum bisa di beli menggunakan uang, dan hukuman yang di berikan pun tidak setimpal dengan apa yang telah mereka perbuat, " jelas nya dengan tenang .

Gilang dan Rebecca diam mendengar penuturan Gavin, memang ada benarnya , hukum di negara ini sudah tidak adil karena hukum bisa dibeli dengan uang . Mereka yang memiliki uang berkuasa atas segalanya.

Gilang menghela nafas "tapi tetap ,saya harus memberikan hukuman untuk mu Gavin. "

"Saya siap menerima hukuman apa pun bahkan jika saya diberi hukuman mati. Anda juga boleh menghukum rekan saya,tapi tidak dengn hukuman mati. "

"Jika ingin memberikan hukuman mati ,berikan pada saya saja. " Gavin berucap dengan tegas.

"Kenapa nggak,mereka juga pembunuh. " Rebecca yang sedari tadi diam kini bersuara.

Netra elangnya melirik sekilas pada Rebecca"Mereka bukan pembunuh , selama ini yang ngebunuh korban itu gw, mereka cuma nyiksa korban sebagai konsekuensi atas perbuatan mereka. Jadi, mereka ga pantes dapet hukuman mati. "

"Kenapa hanya kamu yang membunuh? " tanya Gilang dengan heran

"Agar, hanya saya saja yang menjadi iblis, " tutur Gavin membuat Gilang dan Rebecca kebingungan

"Tidak masalah jika saya menjadi iblis, tetapi tidak dengan rekan saya. Setidaknya,hanya ada satu iblis,benar bukan. " lanjut Gavin dengan tegas,tidak ada keraguan dari pancaran matanya.

Gavin siap menanggung semua resikonya, baik di masa sekarang ataupun masa yang akan datang.












...

Alicius And The Secret Agen (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang