chapter 7

87 37 50
                                    

Rebecca turun ke bawah dengan tas hitam bertengger di pundaknya, kakinya ia bawa ke ruang makan untuk memberi makan cacing cacing yang menumpang dalam perutnya.

Di sana semua nya sudah berkumpul Elenna yang sudah rapi dengan pakaian khas seorang dokter menyapa Rebecca hangat "Good morning"

"Morning, Elenna"balas Rebecca yang dihadiahi senyuman lebar
"Lo bisa masak? "Tanya Bryan tiba tiba

"Bisa, kenapa? "

"Selama disini lo dapet jatah buat masak" ucapnya, Rebecca mengerutkan kening nya"disini ga ada maid? "Tidak mungkin bukan mansion sebesar ini tidak memiliki maid.

"Ada dua orang,tapi lagi pulkam"jawab Elenna memberitahu "kasih tau kalo bagian gw"

Kini semua nya makan dengan tenang "ini punya gw " ujar Bryan mengambil udang crispy terakhir dari piring

"Gk ini punya gw" ujar Rebecca yang juga mengambil udang crispy tersebut. Suasana yang tadinya hening menjadi ricuh oleh pertengkaran yg disebabkan Bryan dan Rebecca.

"Gk, pokoknya ini punya gw ya sat"

"Dihh lo cwo ngalah dong sama cwe"

"Bodo amat mau lo cwe,cwo, waria kek"keduanya beradu pandang sengit, tidak ada yang mau mengalah baik Rebecca ataupun Bryan.

"Punya gw" final Gavin mengambil udang crispy dari piring kemudian memakannya. Rebecca dan Bryan yang melihatnya menatap Gavin dengan kesal. Sang empu yang ditatap pun mengangkat sebelah alisnya.

"Apa? "

"Gak" ucap Bryan dan Rebecca bersamaan. Bryan kembali duduk di bangkunya keningnya mengerut mendapati semua makanan telah habis

"BANGSAT KENAPA DI HABISIN " Bryan berucap marah, Elenna terkekeh melihat raut Bryan"lagian suruh siapa malah berantem"Elenna mengelus perutnya memanasi Bryan

"Fuck"umpat nya , kemudian menyadarkan tubunya pada kursi dengan kesal.

Ketukan pada meja mengalihkan atensi semua orang, " Harry hari ini lo di mansion awasin Lingga dan Zeora. Jangan lupa kasih mereka makan"Gavin mengambil beberapa alat penyadap suara berukuran kecil dari sakunya , kemudian meletakkannya di atas meja

"Alat penyadap. Buat apa? " Elenna menatap alat penyadap tersebut dengan seksama begitu pula dengan yang lainnya.

"Bryan pergi ke lokasi yang gw kirim ke HP lo trs simpan beberapa alat penyadap suara"

"Elenna, Rebecca mulai deketin Sergio dan Damian. Kalo ada kesempatan tempelin alat penyadap juga ke tubuh mereka yang kira kira ga bakal ketahuan"

"Dan buat lo Kavian hari ini gantiin gw sama Harry di perusahaan, nanti siang ada meeting dengan orang dari barat. Bryan kalo lo udh selesai bantuin Kavian"

Semuanya menganggukkan kepalanya "lo sendiri mau apa"meletakkan tangannya pada meja Gavin memangku kepalanya mengetukkan jari jarinya pada dagu dia menjawab pertanyaan Harry "gw ada janji sama Navero"

"Last play to game" ujarnya dengan nada rendah senyum sinis terpampang di wajahnya mereka yang menyaksikan nya pun ikut tersenyum sinis,Saat nya memulai pertunjukan.

*************

Rebecca berjalan dengan santai setelah turun dari motornya, mengabaikan tatapan para murid yang terang terangan menatap kearahnya. Netranya menangkap Damian tengah berjalan di Koridor sekolah.

"Good morning pakk" sapa Rebecca ceria kepada Damian yang kini tersenyum "good morning Rebecca"

"Pak jangan kelewatan dong ,masih pagi tau pak"Damian menatap bingung Rebecca, dia tidak mengerti maksud ucapan gadis itu.

" kelewatan apanya? "

"Kelewatan gantengnya, hehe" jawab Rebecca dengan cengiran di wajahnya. Damian tertawa pelan mendengarnya , astaga kenapa gadis di hadapannya ini begitu lucu dengan tingkah random nya.

"Bisa aja kamu, tidak bersama dengan pacarmu Rebecca? " tadi Damian melihat Rebecca yang membawa motor sendiri, tidak bersama Gavin seperti kemarin.

"Ini, saya lagi bareng pacar saya"

"Siapa? "

"Orang yang lagi jalan bareng saya sekarang". Orang yang sedang berjalan dengan Rebecca adalah dirinya " kayaknya kamu buaya versi cwenya ya"ungkap Damian yang membuat Rebecca tertawa renyah.

"Maksud saya itu Gavin bukan saya, kemarin saya melihat mu berangkat bersama Gavin. " mendengar ujaran Damian Rebecca mengangguk pelan, ternyata yang di maksud Damian adalah Gavin

"Gavin bukan pacar saya pak, tapi sepupu saya"

"Ohh ternyata Gavin sepupu kamu ya, saya kira pacar kamu karena kalian terlihat cukup akrab" Rebecca tersenyum menanggapi Damian "hahaha saya emang akrab sama Gavin soalnya sering main dari kecil di tambah rumah saya juga berhadapan dengan rumahnya" jelas Rebecca yang tentunya hanya sebuah bualan.

"Kalo begitu kenapa kalian berdua pindah dari sekolah sebelumnya? " tanya Damian penasaran

"Kalo Gavin alasannya karena di D.O dari sekolah sebelumnya, kalo saya pindah ngikut Gavin . Lagian saya juga ga betah di sekolah sebelumnya"

Damian baru mengetahui bahwa Gavin pindah akibat di DO "kenapa tidak betah? "

"Soalnya gaada guru yang ganteng kaya bapak " balas Rebecca sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Damian

Lagi lagi Damian terkekeh, Rebecca benar benar unik. "Menarik"monolog Damian dalam hati, senyum miring terukir , Rebecca yang menyadari akan hal itu diam diam tersenyum sinis. Tidak ingin dicurigai dengan cepat Rebecca mengubah kembali raut wajahnya.

"Yasudah Rebecca saya duluan ya" ujar Damian dengan senyuman, Rebecca membalas senyuman tersebut lalu menganggukkan kepalanya.

Rebecca melanjutkan langkahnya menuju kelas . Bisik-bisik terdengar dari para murid yang melihat interaksi nya dengan Damian

"REBECCA" teriak Leona sambil berlari kecil menghampiri dirinya . Kini Rebecca berjalan beriringan dengan Leona menuju kelas , keduanya berbincang ringan selama berjalan diiringi dengan canda tawa.

********************

"Wahh kamu cepat beradaptasi dengan anak-anak ya Elenna" puji Sergio,Elenna  yang mendengarnya pun tersenyum manis
"Makasihh kak, kebetulan aku suka sama anak anak juga. Mereka lucu"

"Iya seperti kamu"ceplos Sergio. Pipi Elenna memanas , wajahnya ia tutupi menggunakan tangan mungilnya yang lentik Sergio tersenyum melihat reaksi perempuan dihadapannya yang begitu menggemaskan.

Tangannya terangkat mengelus surai lembut Elenna yang beraroma vanila, wajahnya semakin memanas saat mendapatkan perlakuan tersebut. " so cute "

"Bangsat rambut gw jadi kotor,kayaknya gw harus mandi tujuh kali buat ilangin kotoran dari ni curut"ujar Elenna kesal dalam hati. Ahh dia pandai sekali berakting, cocok menjadi bintang film.

Sergio meraup wajahnya kasar ketika melihat mata bulat Elenna yang menatapnya polos . Mengigit pipi bagian dalamnya menahan diri agar tidak menerkam gadis ini.

"Kaka kenapa? " tanya Elenna dengan nada yang di imut imut kan.

"Nggak kok Elenna, kaka gapapa" jawabnya sambil tersenyum. Menganggukkan kepalanya pelan Elenna membalas senyuman  Sergio lebar hingga kedua matanya menyipit."fuck, gw pengen nerkam"

Elenna memperhatikan Sergio dalam diam, sepertinya Sergio sudah mulai tertarik pada dirinya.

"Oh iya kak, ini kemarin aku bikin gelang bareng ka Kavian, di pake ya supaya kita bisa makin akrab" Sergio mengambil gelang yang disodorkan oleh Elenna, melihat hiasan setengah hati pada gelang tersebut, kemudian melihat ke arah tangan Elenna yang juga mengenakan gelang yang sama.

Tanpa merasa curiga Sergio mengenakan gelang pemberian Elenna "terimakasih ya Elenna"

"Okee"










...

Alicius And The Secret Agen (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang