chapter 14

94 38 115
                                    

Rebecca bangun dari tidurnya saat rasa haus menyerang, suara menggema ketika Rebecca menuruni tangga. Mengambil sebotol air dari kulkas,Rebecca memandang langit malam yang terlihat cerah.

Ribuan bintang membentang menemani sang rembulan,seutas senyum terpatri di wajah cantiknya. Dibukanya jendela membuat angin berhembus masuk menerbangkan helaian surai pendeknya.

"Kenapa belum tidur? "

Rebecca terlonjak kaget mendengar suara serak dari belakang tubuhnya. Membalikkan tubuhnya menghadap lawan bicara, Rebecca menatap datar Gavin yang masih memakai kemeja hitam dan segelas wine di genggamannya.

"Haus" ujarnya singkat,Rebecca kembali memandang penuh kagum langit malam, mengabaikan Gavin yang masih berada di dekatnya.

"Kamar lo punya kamar mandi kan? " Rebecca mengerutkan dahinya, mengapa Gavin menanyakan hal tidak sepenting itu.

"Ada, kenapa? "

"Minum aja air dari kamar mandi"perempatan imajiner telihat di dahi Rebecca. Sialan,ingin rasanya mendorong Gavin dari jurang.

"Cih"

Gavin tertawa kecil melihat ekspresi lucu yang ditampilkan Rebecca. Keduanya diam menikmati keheningan ditemani pemandangan indah yang ditampilkan alam.

"Vin" Gavin berdehem menyauti panggilan Rebecca

"Bagi lo perempuan itu kaya gimana? " Gavin menatap Rebecca mendengar pertanyaan tersebut.

Bukan tanpa alasan dia bertanya seperti itu, hanya saja.....dia merasa bahwa perempuan sering dipandang sebelah mata dan dianggap sepele oleh pria.

"Perempuan itu.. Bagi gw kaya berlian"

"Kuat dan indah"

Rebecca memandangi Gavin, kemudian melihat ke arah langit dengan ribuan bintang seperti yang di lakukan Gavin saat ini. Alam tidak pernah lelah menampilkan keindahannya yang begitu memukau

"Bunda gw pernah bilang waktu gw msh kecil" Rebecca menyiapkan pendengaran nya dengan baik untuk apa yang akan Gavin ucapkan.

"Wanita itu diumpamakan seperti berlian"

"Harus dijaga sebaik mungkin,tidak boleh dilukai, sekalinya dilukai maka dirinya akan hancur. Fisiknya mungkin kuat, tapi tidak dengan hatinya. Hati wanita itu harus dijaga sebaik mungkin karena bagaikan kaca yang mudah pecah. "

"Seperti halnya berlian jika kamu memiliki berlian, kamu pasti akan menjaganya sebaik mungkin. Karena, apabila berlian itu jatuh berlian itu pasti hancur, tidak hancur pun pasti terdapat retakan pada berlian tersebut"

"Jadi.. Jagalah wanita seperti kamu sedang menjaga sebuah berlian, ratukan mereka. Fisik wanita itu lbh kuat daripada hatinya. Tapi bukan berarti kamu dapat melukai fisiknya"

"Makanya gw sama yang lain ga berani ngelukai kaum wanita, kecuali Elenna,mungkin karena satu kaum"

Rebecca terdiam , entah mengapa dia merasa beruntung bisa bertemu dengan mereka. Ternyata benar,orang jahat itu berawal dari orang baik, mereka aslinya tidak jahat, tapi karena keadaan yang memaksa mereka melakukan hal jahat yang sama sekali tidak ingin mereka lakukan.

"Udh malem, mending lo tidur,hawanya juga makin dingin" tutur Gavin lembut menyadarkan Rebecca dari lamunan. Suara lembut Gavin candu untuk didengar.

Menyadari Rebecca tidak beranjak dan malah menatap kearahnya, dengan jail Gavin menyentil dahi Rebecca pelan"Kenapa malah liatin gw, sana ke kamar"

"Geer lo"Rebecca melenggang pergi dari hadapan Gavin, Pipinya memanas ketika dirinya kepergok menatap Gavin.

"Sial sial sial gw malu banget sialan" gerutunya dalam hati, Gavin yang menyaksikannya terkekeh pelan.

Alicius And The Secret Agen (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang