Diez | Crazy and B*tch

6.3K 577 23
                                    

Diez | Crazy and B*tch




     "Elo gak kerja?" Suara berat yang datang dari sosok tinggi dengan baju putih dan sarung itu membuat Ganes menoleh.

Ganes menghela nafas panjang, lupa kalau sang Abang keduanya baru akan berangkat siang hari ini. Rifki panggilannnya, pria itu duduk bersebelahan dengan Ganes yang kini menonton TV pagi di hari libur.

"Iiihh Abang itu tempat gedee! Jangan deket-deket sana pergi!" Usir Ganes mendorong pria berumur 31 tahun itu. Walau percuma, tenaga Ganes tidak ada seujung kuku sang Abang yang sudah pw alias pasang posisi enak.

"Lo sakit? Atau cuti? Kenapa gak kerja?" Tanya sang Abang melirik Ganes yang beranjak bangkit pindah di sofa seberang.

Ganes mendengus. "Cuti. Mulai kemarin sampai bulan depan. Gak usah tanya lagi, Abah aja gak kepo." Katanya menyebutkan panggilan sang Ayah yang sebelumnya sudah lebih dulu diberitahu jika Ganes akan berada di rumah selama sebulan.

Walau alasan utama wanita itu memberitahu tidak lain agar sang ibu tidak perlu meneriakinya setiap pagi untuk sarapan setelah subuh.

Ganes mau liburannya tenang, damai dan tentram.

"Abah gak kepo, tapi gue kepo. Kenapa lo cuti?" Tanya sang Abang sambil membuka toples makanan di meja.

Ganes mendesah pendek. "Emang perlu banget Abang tau? Aku aja gak kepo Abang mau berangkat kerja atau enggak."

"Ya salah lu gak kepo." Tunjuk Rifki dengan kerupuk pisang ditangannya. "Kenapa? Ada yang bully lo? Mau gue samper anaknya?" Tanya pria itu dengan enteng.

Ganes mendengus. "Abang buset aku bukan anak SMP! Lagian siapa juga yang mau bully aku." Geram Ganes.

Rifki terdiam. Tak lama mengangguk-angguk baru menyadari. "Iya sih.... bentukan macam bebek begini siapa yang mau bully. Yang ada dia yang disosor." Kata pria itu berdialog sendiri. Rifki kemudian menoleh pada Ganes yang setengah mati menahan diri agar tak menendang kaki Abangnya sendiri.

"Terus kenapa lo libur?" Tanya Rifki masih belum menyerah.

Ganes melengos. Kesal mengalihkan wajahnya menonton layar TV.

"Jawab aja, apa perlu gue ke sekolah?" Jawab sang Abang mengancam.

Ganes menoleh dengan delikan. "Astagfirullah... mau istirahat Bang! Bulan depan aku ganti posisi jabatan. Jadi sambil nyiapin tim sama projek baru aku ambil cuti." Ungkap wanita itu gemas.

Rifki mengangkat sebelah alisnya. "Udah gitu doang?"

"Iya!" Sahut Ganes kesal.

Rifki mengangguk. "Oke." Angguk pria itu kemudian beranjak bangkit.  "Berarti lo bisa bantu gue jaga toko. Mulai besok ikut gue ke Bengkel sama Carwash." Lanjutnya membuat Ganes melotot.

"Ogaaah!" Tolak wanita itu mentah-mentah. "Aku tuh mau liburan, bukan mau volunteer jadi kacungnya Abang!"

Rifki mendelik. "Diiih bukan kacung. Gua bayar! Itung-itung kerja part time." Bujuk sang Abang.

"Gak mau!" Tolak Ganes keras. "Aku juga ada kerjaan, kan aku bilang aku lagi siapin projek. Aku juga punya jadwal." Ungkap Ganes menjelaskan.

"Bohong. Paling lu mau kumpul-kumpul lagi kan sama Aluma Arka." Tuduh Rifki menunjuk Ganes yang melotot tak terima.

"Enggak ih, aku ada janji ya sama klien." Katanya membuat Rifki justru berseru.

"Widiiiih... klien bahasanya!" Rifki mengerling. "Klien lu suruh ketemuan di carwash aja."

Heart, Blueprint!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang