Doce | Memento

5.1K 592 32
                                    

Doce | Memento





       "Gue butuh bantuan lo." Bisik Ganes begitu wanita itu mendapat kesempatan menarik Aluma menjauh dari keramaian.

Aluma menyernyit. Melihat gelagat sahabatnya sampai harus berbisik dan menghampiri wanita itu tiba-tiba membuat Aluma bertanya-tanya.

"Apaan dah? Jangan bikin parno lo." Tunjuk Aluma tanpa sadar ikut merendahkan suaranya.

Ganes melirik teman-temannya yang ramai saling bersorak setelah Vera yang mendapat giliran memenangkan arisan.

"Dimana anak Pak Radit kalau nongkrong disini?"

"Hah?" Aluma melongo. Setengah tak bernyawa mendengar pertanyaan aneh yang keluar dari mulut Ganes.

Ganes mendecak. "Gyuma, Om nya si Jaiz. Dia kalau nangkring di rumah neneknya biasa dimana?" Tanya Ganes mengulang pertanyaannya lebih jelas.

Mata Aluma mengerjap-ngerjap. "e--EEEEHH?!"



==



Gyuma menghela nafasnya panjang. Menarik dasinya dari kerah dengan paksa dan membuka ujung kancing baju kemeja mahalnya yang terasa begitu menyesakkan.

Pria itu menghela nafas panjang, berkali-kali menahan gemuruh di dadanya sambil mengatur pernafasan. Ingatannya terus berputar-putar pada memori yang sama. Semua kalimat, garis wajah, sampai bagaimana nada suara yang menusuk hati itu sampai pada garis pintu gerbang pertahanan Gyuma. Ia masih ingat jelas kalimat sakti yang membuat Gyuma berpaling dan menginjakkan kakinya pertama kali berdiri di tengah hujan rumah ini.

Gyuma memejamkan matanya sekali lagi. Menarik asupan udara disekitarnya dengan susah payah. Menenangkan diri seperti biasanya.

Semuanya baik-baik saja. Sudah 18 tahun berlalu.

Gyuma akan baik-baik saja.

Namun detik kemudian pria itu membuka matanya, Gyuma mendapati memori lain yang menampar luka lamanya.

Bagaimana Gyuma harus terpaksa mengantar Clara setelah kesalahan bodohnya yang membiarkan wanita itu berakhir di rumah sakit.

Gyuma masih bisa merasakan pelukan erat wanita itu di bandara.




"Forgive me." Clara mengetatkan pelukannya. Pelukan tak terbalas dari Gyuma yang hanya bisa membatu terdiam.

"No. I'm the only one doing something wrong here. Forgive me." Gyuma menggeleng. Menyesali keputusannya untuk membawa Clara ke dalam rencananya.

Clara tersenyum. "You are not wrong. you're just like me."

Gyuma mengepalkan jemarinya kuat. Tak kuasa merengkuh tubuh kurus itu dan balas memeluknya erat.

"I'm sorry for getting you in trouble." Ungkap Gyuma berbisik ditelinga wanita itu. Meresapi semua kehangatan di waktu-waktu terakhir pelukan mereka.

Clara tertawa. "My pleasure." Ucapnya dengan bangga. Tak ada penyesalan atau bahkan kebencian setelah kecelakaan yang Gyuma perbuat.

"I think she'll find out. I know how hateful she is for your family." Lanjutnya masih sempat-sempatnya mengkhawatirkan hal lain. "But I think I also know why she was the only one who was thrown away and not loved by your family." Clara tertawa kecil. Pelukan keduanya terlepas, sepasang mata Gyuma menatap wajah Clara bertanya-tanya. "Your family is too good for her." Katanya membuat Gyuma memutar bola matanya.

"You know nothing, Clara." Gyuma menghela nafas panjang. Meraih topi dari dalam tas wanita itu kemudian mengenakannya menutupi kepala Clara.

"Really? Then tell me, after all this time. Do you ever hate your family for turning their backs on her?" Tanya Clara membuat Gyuma hilang kata. Menghindari pasang mata wanita itu yang menatapnya lurus.

Heart, Blueprint!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang