Veinticinco | Undangan Sial

3.9K 484 45
                                    

Veinticinco | Undangan Sial




       "Abah denger kamu punya laki-laki dek?"

Pertanyaan tiba-tiba dari pria berpeci putih itu membuat sendok yang bersiap masuk ke dalam mulut Ganes terhenti di udara. Suapan nasi goreng sarapannya terjeda, diganti dengan lirikan yang tertuju pada sang Abah yang duduk di hadapannya.

"Abah denger dari siapa?" Tanya Ganes heran.

Tak ada angin, tak ada juga hujan gerimis. Ganes bahkan tak ingat bahwa Aluma atau Vera yang mulutnya sudah macam orang kentut itu pun akan meniupkan gosip pada Abahnya. Mereka terlalu sibuk, belakangan ini bahkan tak mampu menelfon Ganes.

"Ya pokoknya ada..." suara sang Abah mendayu. Berdehem sambil menyesap kopi hitamnya di meja makan.

Ganes mengernyit, namun gerakan matanya perlahan beralih pada sosok jangkung yang duduk dengan sebelah kaki terangkat di samping Abahnya.

Mata Ganes menyalak tajam, melemparkan umpatan lewat tatapan matanya pada sang Abang yang justru mengunyah nasi gorengnya santai.

Ganes melengos. "No... gak ada." Balas Ganes singkat.

"Ajak kesini, dek. Nanti Abah ajakin belajar Jiu jitsu." Jawab sang Abah menghiraukan pernyataan putri tunggalnya. Pria berpeci putih itu sudah menyusun jawabannya sendiri.

"Eh seru ya Nes ternyata, kemarin Abah ngikut anak-anak SMA yang latihan di lapangan komplek, asik banget... tau gitu waktu dulu kamu belajar Jiu jitsu Abah ngikut." Cerita pria brewok tipis itu dengan semangat.

"Ya masa Ganes mau belajar bela diri bawa-bawa Abah?" Ganes melengos panjang.

"Ya emang kenapa? Abah dulu belajar karate bawa Boim sama Iki," tunjuk sang Abah pada Rifki yang duduk disebelahnya.

"Ya atuh beda Abaaaah... Lagian kok tiba-tiba ngajakin Jiu jitsu?" Ganes mengernyit.

"Loh, katanya Abangmu liat dia lagi tanding show tinju di ring. Barangkali dia tertarik, seru beneran Nes!" Guratan umur wajah di pria itu meregang terlihat begitu antusias.

Ganes menghela nafas panjang, akhirnya mendapatkan konfirmasi informan tentang bisikan gosip tak berdasar ini, "Oh... jadi ternyata Abang informannya." Kata Ganes manggut-manggut.

Mata Abah mengerjap-ngejap, garis wajah digantikan dengan ekspresi panik, "Eh enggak bukan!" Elak pria itu sambil menyikut Rifki disebelahnya yang menepuk jidat.

"Terus Abah tau gak siapa rival show tinjunya?" Tanya Ganes melirik sang Abang yang komat-kamit tanpa suara mengancam Ganes agar tutup mulut.

Abah terdiam, dahinya berkerut menunjukan pria itu sedang berpikir keras.

Telunjuk Abah kemudian bergerak menunjuk pada sosok disamping yang menyengir, "Abang mu?"

Ganes mengangguk. "100 poin! Bang Iki ikut club tinju noh Bah," tunjuk wanita itu mengadu.

Rifki yang tadinya masih mengunyah makanan jadi menghentikan gerakan mulutnya. Menelan suapan nasi goreng itu bulat-bulat lalu mengulas senyum cengirnya lebih lebar.

Sang Abah sendiri melongo, menoleh pada sang putra kedua sambil berkacak sebelah pinggang.

"Siapa menang Bang?"

Rifki menepuk dadanya dengan bangga, "Iki lah!"

"Widiiih kerenn!!" Puji Abahnya langsung mengacungkan dua jempolnya bangga.

"Pastiiii!! Anak siapa dolooo!!" Seru Rifki berseru semangat. Yang keduanya malah asik lanjut saling memuji satu sama lain.

Ganes menepuk jidat. Melengos kasar saat melihat reaksi sang Abah yang jelas diluar dugaannya. Ganes lupa, sang Abah dan dua putranya bagai pinang dibelah dua.

Heart, Blueprint!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang