Cuarenta y Dos | Jejak Pria Baik

2.6K 516 83
                                    

Soundtrack by Yiruma - Reminiscent

(*surpriseee!! Aku muncul lebih awal... a little warning!! siapkan tissu ya gaess...)









Cuarenta y Dos | Jejak Pria Baik




      Langit abu-abu tertutup awan tebal. Hujan terlihat mulai turun pelan-pelan sejak mobil hitam milik Raid keluar dari area bandara.

Gyuma menghela nafasnya, menatap gerimis tipis yang turun lewat jaca jendela mobil. Angin dingin AC mobil terasa menyapu kulit, begitu pula dengan pemandangan rumah megah putih gading milik sang Oma yang sering membawa rasa terhimpit pengap di dadanya.

Tanpa suara yang keras, hanya suara rintik hujan yang jatuh di permukaan. Mobil Raid berhenti terparkir di depan halaman luas rumah angkuh itu.

Raid menoleh melihat Gyuma yang duduk di kursi sebelahnya.

"I warned you to behave," ucap Raid begitu pria itu melepas seat belt mobilnya.

Gyuma menyandarkan kepalanya pada kursi, "lo bilang kita ke rumah Papah, bukan kesini. Lo bilang--"

"Papah sedang ada disini, ada tamu Oma yang akan datang jadi dia sarapan disini. Oma sedang tidak ada di rumah. It's Grandpa's birthday today, he must be going to the grave." Kata Raid memotong keluhan Gyuma cepat.

Raid membuka pintu mobil, beranjak keluar lebih dulu tanpa menunggu Gyuma.

Gyuma mengatupkan bibir, menarik nafasnya sejenak lalu membuka seat belt dengan gerakan lambat. Pria itu membuka pintu mobil, merasakan angin dingin yang langsung datang menyambutnya.

Gyuma mendongak menatap rumah berlantai dua yang terlihat begitu angkuh. Berdiri tegak sendirian ditengah-tengah taman luas dan rapi. Disekitarnya tampak steril, hanya bunga-bunga kecil dan beberapa pohon-pohon tinggi di bagian samping.

Rumah itu tampak tak banyak berubah, dinding tinggi dari batu di sekelilingnya masih nampak kokoh, pagar kayu berujung runcingnya masih nampak agung.

Setiap hujan turun, aroma basah rumputnya masih membawa ingatan lama.




"Gyuma!!"

Raid berteriak dari arah depan pintu, pria itu berdiri sambil berkacak sebelah pinggang menatap Gyuma dari tempatnya.

"Papah di taman samping, lo kesana dulu. I'll grab some breakfast real quick. Nanti gue langsung nyusul." Katanya sebelum menghilang dibalik pintu.

Gyuma menghela nafasnya, menutup pintu mobil dan melirik ke arah jalan rumput taman disamping rumah.

Ia masih ragu saat mendengar rencana Raid yang memintanya agar membujuk sang Ayah setelah kabar kemunduran langkah pria itu sejak kemarin.

Gyuma tak yakin bisa mengubah keputusan sang Ayah.

Pria itu lebih khawatir akan memperburuk keadaannya.


Hujan semakin deras, Gyuma memutuskan bergerak melangkah cepat dan menerobos hujan mengikuti jalan batu demi batu setapak yang menghubungkan langsung dengan taman samping dan belakang.

Beberapa belas tahun yang lalu, Gyuma merasa jarak batu satu dengan batu lainnya terasa jauh. Langkah-langkah kecilnya terasa begitu panjang. Anehnya, suasana rumah ini tak pernah terasa mencekam.

Heart, Blueprint!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang