Veintediez | Hazardous Holiday

3.6K 476 30
                                    

Veintediez | Hazardous Holiday





      "Jujur deh, Bapak tuh sebenarnya bisa PMS kan?" Viera melipat kedua tangannya di depan. Menatap Gyuma dengan hujatan penuh saat mendarat di Bandara Internasional Lombok di pagi buta.

"Saya kalau PMS minimal BM nya mau seblak, mau martabak, mau es krim. Bapak kenapa BM-nya ngajakin karyawannya ribut?!" Omel wanita bercepol tinggi itu meledak-ledak, "Bapak sengaja kan mau bikin saya darah tinggi?! Seumur hidup saya gak pernah dibangunin jam 3 pagi buat packing dan berangkat ke Bandara!" Lanjut Vierra marah hingga bahunya naik turun sangking emosinya.

"Katanya kemarin kamu bilang mau foto sama monyet, ini saya lagi penuhin mau kamu. Kurang sempurna apa lagi saya jadi atasan?" Balas Gyuma dengan enteng, sama sekali tak terganggu pelototan bawahannya bahkan sesekali ia mengecek layar ponsel dengan alis berkerut.

"Liam, lo yakin udah nelfon si Deni? Ini kenapa anaknya belum datang-datang?!" Omel Gyuma tak tahan. Berdiri sambil berkacak sebelah pinggang dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung bangirnya.

Vierra menepuk jidat frustasi, sudah lelah karena menjadi satu-satunya orang yang sejak tadi mengomel sendirian. Wanita itu bahkan tak habis pikir dengan Liam, sang sekretaris atasannya.
Pria itu masih bisa kelihatan santai dan duduk di kursi bandara sambil bersandar pada gagang koper kelelahan.

Pria bermata sipit itu kelihatannya sudah terbiasa menghadapi ketantruman Gyuma yang datang diwaktu-waktu tertentu.

"I'm starving!" Kata Gyuma lagi mengeluh. Memegangi perutnya dengan drama.

Liam mendecak, "Lu baru keluar 10 menit yang lalu! Bisa diem gak?! Kalau lo ngomong sekali lagi, gue tinggalin lo di Lombok terus gue buat lo gak bisa balik lagi ke Jakarta!" Seru pria itu galak. Menyerah dan bersuara setelah melirik pria jangkung yang sedari tadi tak bisa diam itu sambil melotot.

Gyuma memajukan bibirnya, pria berumur 29 tahun itu memalingkan wajah sambil memberenggut persis seperti anak kecil yang habis dimarahin ibunya.

Vierra yang melihat pemandangan itu hanya bisa melengos pasrah. Meratapi diri mengapa ia bisa berakhir terdampar diantara dua orang pasangan ini.

"Itu Bang Fauzan!" Seru Vierra saat tak sengaja menangkap sosok pria berkacamata yang berlari menghampiri mereka. "Finally, akhirnya gue selamaaat!" Ucapnya dengan bahagia. Hampir saja berlari memeluk pria berumur 30 tahun itu yang kelihatan pucat kehabisan nafas karena terburu-buru.

Pria berkacamata itu meneguk ludah, bertekuk lutut sambil mengatur nafas setelah hampir sepagian ini berlari berkejaran dengan waktu. Terutama saat ia mendapat telfon dari sang atasan langsung beberapa jam lalu saat ketiganya sebelum take off.

"Lo bilang nyampenya jam 11 siang!" Tunjuk Fauzan mengomel pada Liam yang menghela nafas dengan tak minat.

Liam hanya melirik jam ditangannya, "gue emang bilangnya jam 11. Tapi boss lu minta jam setengah 7. Lu lawan dah boss lu." Kata Liam menujuk pria berkaus abu polos yang sedang melipat kedua tanga di dada.

"You're 12 minutes late, Fauzan!" Seru Gyuma mengerutkan alis.

"Saya lebih awal 5 setengah jam, Bapak. Pesawat Bapak itu harusnya datang jam 11." Kata Fauzan membela diri.

Gyuma menggeleng. "Uh-huh, pesawat saya datang jam 06.45. You late." Kata Gyuma menunjuk jam ditangannya.

Fauzan mendecak. "Lagian kalau Bapak mau cepet kenapa gak pake taksi?! Bapak gak punya duit?" Tanya pria itu menohok, membuat Gyuma langsung melotot mengacungkan telunjuknya.

Heart, Blueprint!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang