Diecidiez | Datangnya Calon Mamah Tiri

5.5K 627 45
                                    

Diecidiez | Datangnya Calon Mamah Tiri



        "A big warn, aku gak mau ada kebohongan terutama ngaku-ngaku jadi istri Abang!" Peringat Ganes tepat begitu mobil hitam milik Rifki terparkir rapih di depan restaurant tepi pantai malam itu.

Terpaksa menemani Rifki yang akan mengancamnya dengan segala cara, Ganes akhirnya mengalah dan memilih untuk tidak ambil ribut dan ikut dengan Abangnya yang sore ini kelihatan sangat rapih.

Ganes bahkan sampai curiga Abangnya ini ada kelainan.

"Iya bawel. Btw lu jangan jauh-jauh dari gua, anak-anak semua ngomongnya kotor. Jangan kaget." Kata Rifki memperingati. Sambil melepas seatbelt dan melirik ke arah halaman parkir yang lumayan penuh.

Ganes mendelik. "Dih, menormalisasi. Abang tuh udah tua cari tongkrongan yang bener. Seneng amat mainnya ke tempat gituan. Jangan tunggu ubanan banyak dulu baru inget Tuhan." Tegur Ganes galak.

Rifki menoyor dahi Ganes. "Eh anak kecil, lu kalau ngomong hati-hati. Masalah manusia sama Tuhan itu personal. Gini-gini gue inget kewajiban ye. 5 rukun islam gue kerjain semua. Lagian ini club tinju. Tempat orang olahraga. Temen gue semua yang lu kenal disini, lu mikir apaan?"
Todong Rifki sama nyablaknya.

Dua orang Kakak beradik ini memang sebelas dua belas jika soal watak. Jauh berbeda dengan Ibrahim, sang Kakak pertama yang lebih adem dan kalem.

Sejak dulu, musuh sekaligus partner Ganes itu Rifki. Sang abang yang berjarak 18 bulan itu sangat ektrovert dan punya hobi macam-macam.

"Ya Abang mikirnya gitu, gimana kalau ada temen tapi nafsu? Sekarang kan banyak laki-laki belok." Tunjuk Ganes.

"Ih amit-amit, naudzubillah. Temen gua udah nikah semua ya! Normal dan laki-laki tulen. Info aja nih, cita-cita gue masuk surga. Open minded boleh, tapi prinsip agama itu 3 K. Baru laki, bener!" Balas Rifki ikut emosi.

Ganes mengernyit. "Apaan tuh 3 K?"

Rifki tersenyum miring. "Kokoh, kuat, konsisten." Jawabnya sudah merasa paling ganteng.

Ganes merapatkan bibir. Wanita manis itu sambil tersenyum tipis menatap Rifki miris. "Dasar tengil. Ah iya... Ganes baru inget. Temen Abang kan emang normal dan udah nikah semua. Yang gak normal cuma satu, Abang doang." Tunjuk Ganes langsung melengos. Keluar dari mobil dan meninggalkan Rifki yang mengumpat.

"Heh cumi, sini!" Rifki berteriak setelah mengunci mobilnya. Pria jangkung yang sore itu mengenakkan kaus polos pendek putih dan celana mocha berkacak sebelah pinggang.

"Apaan?!" Balas Ganes sama galaknya. Menghentikan langkah dan berbalik melihat sang Abang.

Rifki mendengus. "Katanya lo gak mau bohong, sini gandengan!" Perintah pria itu sambil mengulurkan tangannya.

Ganes mendelik. "Dih? Ogah! Emang mau nyebrang pake gandeng-gandengan!"

Rifki menarik nafasnya pendek. Lupa jika kesabarannya menghadapi sang adik harus di porsi lebih lebar.

Pria jangkung itu melangkah lebar-lebar. Menghampiri Ganes kemudian mengalungkan sebelah tangannya melingkar di leher Ganes.

"Ih apaan ini. Lepas gak, jangan deket-deket!" Usir Ganes galak. Mendorong Rifki menjauh namun pria itu malah mempererat rangkulannya. Membuat Ganes kesulitan bergerak.

"Ck, diem! Kalau lo gak mau bohong, lu yang nurut. Minimal deket biar anak-anak gak banyak nanya. Kalau mereka tanya lu siapa, lu kan tinggal senyum." Kata Rifki mengajari.

Ganes mendengus, tak tau kalau si Abang sampai membawanya dan menyuruhnya berpura-pura hingga sejauh ini.

"Abang yang punya urusan kenapa aku yang repot!" Omel Ganes menunjuk-nujuk Rifki yang kini mengulas senyum khasnya. Senyuman usil dan mengolok-olok.

Heart, Blueprint!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang