Veinteocho | Amukan dan Permintaan Maaf

4.5K 631 49
                                    

Veinteocho | Amukan dan Permintaan Maaf





     Raid berlari lebih cepat, berlari dalam kepanikan hingga menghiraukan suara-suara teriakan yang membuatnya hanya semakin takut.

Tubuhnya terlihat dalam gerakan cepat dan tak teratur, kakinya melangkah tanpa henti, pria itu lupa kapan terakhir kali ia begitu dilanda ketakutan sedalam ini.

"RAIID!!"

Suara teriakan Radit yang menggema tak mampu menghentikkan langkah pria itu.

Raid mendorong pintu keras, mendobrak pintu kayu yang tak dikunci itu hingga matanya menemukan sosok yang dicarinya.

Tubuh Raid tegang dan kaku, otot-ototnya menarik kencang saat melihat sosok wanita yang duduk tenang diantara bangku-bangku yang tersusun pada meja panjang disana. Duduk dengan anggun dan tenang sambil diobati oleh seseorang disana.

Raid mengepalkan jemarinya kuat, lengannya yang tiba-tiba ditarik mundur itu membuat emosinya semakin memuncak. Mata Raid terpancar kemarahan yang membara, pria itu menghentak tangannya keras. Melangkah dengan cepat menuju tempat wanita itu.

"Raid, berhenti!" Teriak Radit mencoba menahan putra sulungnya namun sia-sia.

Liam meneguk ludah, cemas melihat wajah berang dari Kakak temannya, pria itu melangkah berinisiatif maju. Mencoba menahan Raid yang kelihatan siap jika harus membelah batu besar itu namun gagal, tubuhnya lebih dulu didorong hingga punggungnya menabrak dinding dan terpental.

Raid menendang kursi meeting di sebelah wanita itu, menendang dengan keras hingga roda kursi itu patah dan terpental jauh hingga membuat seluruh orang diruangan itu terkejut tak terkecuali.

Raid mengeraskan rahanganya, menarik kursi wanita itu lantas mengurungnya dengan kedua tangan.

"Saya sudah peringatkan anda untuk yang terakhir kali." Katanya dengan suara merendah berat hingga membuat semua orang disana yang mendengar ikut merinding. "Kamu benar-benar meremehkan saya, bukan? Kamu pikir saya orang bodoh seperti semua lelaki yang pernah kamu temui? Kamu mau lihat apa yang bisa saya lakukan untuk menghancurkan kamu?"

"Raid, cukup!!" Tegur Radit melangkah lebar-lebar dan menarik pria itu mencoba menghentikannya.

"Kamu pikir saya sama dengan Gyuma atau Papah?!" Raid berteriak kasar, suara dan kata-katanya terdengar penuh kebencian. Pria itu berada dalam kemarahannya yang mengambil alih penuh.

"Saya bahkan bisa saja mengacungkan pisau tepat di wajahmu. Kamu pikir sejak awal kalimat saya hanya sekedar candaan? Sebuah gurauan?" Ancam pria itu serius.

Wanita itu mengepalkan jemarinya dalam menyembunyikan rasa gemetar, ia mengangkat sebelah sudut bibirnya ke atas lalu menatap pria itu lurus. "Kamu pikir aku takut, kamu mengancam untuk menghancurkan hidupku? Hidupku sudah hancur 18 tahun yang lalu setelah bahkan kalian berdua lahir! Kamu pikir aku takut?!"

Raid tertawa. Tertawa keras hingga kedua bahunya berguncang.

"Jadi kamu tidak takut?" Raid mengangkat sebelah alisnya, menantang dengan senyum miring dendam, "Saya bisa menghancurkan semua mimpimu dalam sekali telfon. Mau bertaruh?" Tantangnya merogoh saku, mengambil benda tipis disana lalu menelfon seseorang. Mengatur suara load speaker membuat semua orang disana mengernyit.

"Hola señor Raid!!" Sapa seseorang dengan suara berat disana, persis saat nada sambungan telfonnya tersambung, Celia berdiri cepat dan melempar telfon Raid hingga benda itu terpelanting keras ke atas lantai.

Semua orang disana terkesiap, terkejut bukan main.

"Jangan berani-berani kamu membawa-bawa masalahku dengan Robert disini!" Peringat Celia mengancam.

Heart, Blueprint!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang