16° Terpaksa Mempersiapkan

79 11 1
                                    

Janlup vote dan komen biar semangat up nya

🐨HAPPY READING🐨

Angan-angan akan anak yang tengah dikandungnya semakin berkeliaran hebat, pertanyaan berlabuh, apa janin di dalam tubuhnya lebih baik dirawat atau dihilangkan tanpa jejak?

Mika pribadi masih sehat untuk mengetahui konsekuensi menggugurkan kandungan baik secara agama maupun hukum, tapi untuk mempertahankan janin itu sampai menjadi bayi banyak yang harus dikorbankan dan dipersiapkan. Ia masih menganggap tegas bahwa dirinya masih belum sebesar itu untuk merawat seorang anak, terlebih seorang diri tanpa pendamping hidup.

Laptop Mika kembali menyala setelah beberapa menit lalu mati karena tidak disentuh, jarinya menggerakkan anak panah dengan asal tanpa tujuan. Laman pemberitahuan tentang kiat-kiat pada seorang wanita yang sedang mengandung belum sepenuhnya usai ia baca. Inti yang bisa ia tangkap saat ini adalah, bahwa anak harus dibekali berbagai ilmu dan juga materi. Serta orang tua dari anak itu harus siap secara mental dan materi agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan.

Perihal parenting anak, ternyata sebanyak itu hal yang harus diberikan secara hati-hati kepada sang anak nantinya. Seperti ilmu agama dan dunia, Mika akui dirinya masih terlalu jauh untuk menjadi ibu yang dapat membekali ilmu dalam agama. Belum lagi ilmu itu harus disampaikan dengan kondisi mental yang baik, sangat sulit.

Tangan Mika terulur ke bawah, memegang, mengelus serta menekan pelan perutnya yang masih rata itu. Gelengan kepala spontan digerakkan, matanya memejam kembali lemah. "Enggak bisa ..." Lirihan barusan terdengar putus asa, sekelebat rasa takut kembali menggerayangi, hatinya seakan bertekad mengatakan bahwa dirinya pasti tidak bisa.

"Kak, udah mendingan?"

Mika langsung menjauhkan tangan dari perutnya, menoleh ke belakang di mana Vika berdiri. "Udah, kok."

Vika mengangguk paham, batinnya bersyukur karena sakit yang diderita kakaknya itu cukup ringan. "Jalan yuk ke mall."

"Mall?" beo Mika spontan. "Hari ini Kakak ambil cuti, loh. Kalau ada yang lihat gimana?"

Decakan malas terdengar mengudara dari bibir Vika. "Bilang aja udah sembuh, masa sakit harus seharian."

___

Mall yang tidak begitu ramai karena bukan waktu weekend dengan senang hati menyuguhkan pemandangan terbaik mereka, memperlihatkan berbagai stand dengan harga promo dan tampilan yang menggiurkan serta banyak hal lainnya. Mall merupakan tempat yang biasa saja bagi Mika, hanya saja waktu yang menyita kesibukan membuatnya cukup jarang ke sini, apalagi bersama keluarga.

"Kapan lagi jalan keluar bareng. Iya kan, Bun?" tanya Vika sembari cengengesan, tangannya bergelayut manja di lengan kanan Ratih, sedangkan Mika menggenggam erat tangan sang Bunda yang satunya.

Ratih mendengus pelan kala Vika berucap demikian. "Jadi kamu senang kalau Kakak sakit?" Yang ditanya hanya menjawab dengan cengiran kudanya, sedangkan Mika berjalan dengan pikiran entah ke mana.

Mata Vika seketika berbinar cerah saat melihat deretan timezone di depan sana, terlihat tidak begitu ramai dengan anak kecil, jadi kenapa tidak untuk dimainkan batinnya. "Bun, main timezone, yuk!" ajaknya riang bak anak kecil yang masih duduk di sekolah dasar.

Kekehan Ratih terdengar pelan, lantas wanita paruh baya itu menggelengkan kepala, merasa anaknya kembali ke setelan ukuran mini. "Ya udah, ayo. Mika mau?"

Tak menjawab, diamnya Mika mampu mengundang atensi Vika dan Ratih sejenak dengan tanda tanya. "Masih sakit, Kak?" tanya Vika terheran.

"Mik ...?"

[SEGERA TERBIT] Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang