27° Masih ada Harapan

51 9 4
                                    

Voment ges. Kalo ga, nanti dicatet 'pelit' sm Malaikat✌️

Dengan segala kesiapan yang dipaksa ada, sudah beberapa menit lepas Fandy melangkah dengan tempo cepat ke arah sebuah restoran, di mana Jana pernah memberitahukan bahwa wanita itu bekerja di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan segala kesiapan yang dipaksa ada, sudah beberapa menit lepas Fandy melangkah dengan tempo cepat ke arah sebuah restoran, di mana Jana pernah memberitahukan bahwa wanita itu bekerja di sana. Tak mengeluh sedikitpun untuk menunggu, pria itu akhirnya berhadapan dengan empu yang dicari. Pada jam yang menunjuk garis tengah antara angka dua dengan tiga, mereka duduk di salah satu kursi taman dekat sana.

"Mau ngomong soal apa? Penting banget kayaknya," ujar Jana disertai tawa kecil.

"Teman mbak ada yang namanya Mika, ya?" Pertanyaan itu jujur membuat Jana sedikit bingung, rasanya aneh kalau orang yang membuatnya tertarik akhir-akhir ini malah mempertanyakan wanita lain. Namun, meski perasaannya sedikit ditarik oleh kecemburuan, tak ayal ia menganggukkan kepala. "Emang kenapa, Fan?"

"Boleh saya minta nomornya?"

"Buat apa?"

Mata Fandy melirik asal ke arah lain agar tidak bersitatap dengan Jana, sedetik kemudian teringat akan ucapan Kevin. Mungkin, wanita di sampingnya sekarang telah mengetahui. "Ini soal kakak saya yang ada hubungannya sama teman mbak."

Jelas Jana tidak bodoh, dua detik sudah cukup untuk benaknya menemukan jawaban yang dimaksud. Meski sudah mengetahui Kevin adalah kakanya Fandy, ia merasa belum saatnya apalagi posisinya seperti figuran. Namun, ternyata mahasiswa tingkat akhir ini memulai pembahasan tentang dua insan yang mengikat benang merah pekat di antara mereka.

Jana pun dengan usaha melupakan keraguan memberikan nomor telepon Mika kepada Fandy. Momen di mana mereka melakukan hal tersebut tak butuh waktu lama. Wanita bersurai panjang dengan mata lebarnya itu berdeham kemudian. "Lo beda banget, ya, sama Kevin."

Tak lama kekehan mengudara, Fandy pelakunya. "Kakak dulu nggak gitu, kok. Mbak inget cerita saya waktu di mall?" Jana pun mengangguk tanpa ayal lagi. "Boleh saya lanjut ceritanya."

Karena jujur Fandy yang masih butuh sandaran tanpa perlu membebani sang Mama, akhirnya bercerita kala Jana mengangguk menyetujui untuk menjadi pendengar yang baik.

Aliran cerita itu mampu membuat empu pendengar jelas kaget bukan main. Di kala topik utama agama masuk, rasanya sanubari Jana lupa tugas awal.

___

Dan kini Fandy tengah berhadapan dengan Mika, seseorang yang dicarinya melewati perantara Jana. Jelas Mika akan dibuat bingung serta penasaran akan kedatangannya, apalagi saat dirinya mengatakan ingin bercerita perihal yang disembunyikan.

"Kakak udah sadar kalau dia salah, tapi ... ada hal yang jadi penghalang di antara kalian berdua."

"Tentang kesiapan?" potong Mika lebih dulu dengan emosi yang perlahan kembali mengguncang, nadanya cukup sinis kala pembicaraan di restoran tempo lalu kembali mengepul dalam benak. "Dia belum siap buat nikah, kan?" Kemudian ia terkekeh meski dada rasanya sedikit panas.

[SEGERA TERBIT] Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang