21° Kita Beda

74 12 1
                                    

"Bahkan, bukan prinsip yang menjadi tembok di sini." —Kevin.

Waktu kembali mempertemukan Mika dan Dina, insan yang kembali kecewa dengan sang penenang terbarunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu kembali mempertemukan Mika dan Dina, insan yang kembali kecewa dengan sang penenang terbarunya. Hampir 45 menit lamanya dihabiskan oleh Mika dari menyiapkan diri sampai bercerita tentang Kevin yang semakin membuat emosi.

Tak ayal di selang cerita raut muka Dina tidak dikontrol sangking terkejut dengan rasa tanggung jawab yang beda makna itu dan kesal dengan Kevin meskipun belum pernah berbincang secara langsung.

"Gue pikir ..." Helaan napas terdengar sesaat dari bibir ranum milik Dina. "Dia bakal tanggung jawab untuk nikahin lo."

Begitu retoris, tapi Dina sendiri bingung ingin bereaksi langsung seperti apa. Yang ia tahu hanya sekedar orang yang terpuruk butuh sandaran, rangkulan serta solusi. Namun di kala ini, solusi lebih baik ditunda, seperti waktu akan berguna untuk mencomooh nama Kevin sampai fajar tenggelam dan terbit kembali.

"Gue kira juga gitu," timpal Mika menyetujui. "Gue udah berusaha siap untuk ngambil keputusan, tapi si brengsek itu malah dengan gampangnya bilang nggak bisa nikah."

Hanya dalam hati saja Dina mengumpati Kevin, rasa empatinya tidak berani untuk menyuarakan langsung sebab masih ada Mika yang butuh sandaran serta rangkulan lebih.

"Dia pikir gue semau itu kali nikah sama dia, gue juga terpaksa." Ucapan yang entah ke berapa kini membuahkan setetes air mata pilu yang perlahan membasahi pipi Mika, terdengar napas wanita itu sedikit tertahan sangking sakit tak terlihat yang semakin dirasa. "Kalau ... kalau nggak ada nyawa di perut gue, ngapain juga gue minta dinikahi sama si brengsek itu?"

"Emang gue segila itu buat minta nikah sama orang yang udah perkosa gue?" Mutlak, dada Dina dibuat bergemuruh karena intonasi yang terdengar semakin pilu. Tak pernah ada dalam kerangka benaknya untuk menyaksikan seseorang yang dalam masa terpuruk sejauh ini, bahkan terdengar seperti mengemis pertanggung jawaban yang benar dan layak.

Penenang pada umumnya, tak ada khusus mencampuri, pundak Mika terasa semakin ringan untuk meluruh kala Dina memberi usapan penyalur tersirat. "Gue tahu ... nggak mungkin ada cewek yang begitu."

Meski tidak merasakan dan tentunya tidak akan mau, Dina paham rasanya. Bahkan wanita itu sempat berpikir situasi itu sangatlah menyudutkan, apalagi si empu yang mengalami langsung. Baru kali ini juga ia mendengar orang sebrengsek Kevin itu nyata, yang jelas-jelas salah tapi lebih mementingkan prinsip.

Bisa dibilang prinsip hidup Kevin di atas segalanya, sekalipun kehormatan pria itu sendiri.

___

Dean tahu otak Kevin sepintar—lebih jelasnya cerdas—apa perihal segala materi menjulang, serta materi tugas kantoran yang terkadang butuh waktu panjang. Dasarnya, Dean tahu Kevin gila kerja, selain uang, ada sebab lain.

[SEGERA TERBIT] Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang