30° Menutup Curiga

46 7 0
                                    

Voment uyy

Ruangan apartemen milik Kevin menjadi area yang tepat untuk membicarakan perihal cukup serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ruangan apartemen milik Kevin menjadi area yang tepat untuk membicarakan perihal cukup serius. Tujuh orang yang sudah sebulan ini berhubungan karena insiden di hotel itu duduk di sofa dengan hening menyelimuti. Pikiran masing-masing insan itu menyimpan perbedaan, tak satu jalan.

Sama halnya dengan Lea yang menyimpan suatu keganjalan, meski begitu sebagai sahabat hanya bisa memberi nasehat yang menurutnya tepat tanpa harus menghakimi Mika untuk melakukan hal lain lebih baik.

"Jadi pernikahannya kapan digelar?" tanya Raka memecah keheningan yang ada, mengerahkan usaha agar semuanya perlahan menerima bahwa ini adalah bagian takdir Tuhan yang digariskan.

Bejat kedengarannya memang. Namun, tak ada yang mampu menghakimi Mika untuk mengambil jalan lain karena ini juga merupakan bentuk tanggung jawab. Dalam sanubari Jana pun hanya tersebar doa agar ini memang jalan yang terbaik. Meski terdengar mustahil, semoga ketenangan yang diharapkan memang ada.

"Minggu depan," jawab Kevin tanpa ada kegagapan sedikit pun.

"Oke." Jana menepuk tangannya sekali, membuat enam orang di sana menatapnya langsung kemudian. Sebenarnya sejenak netranya cukup tidak fokus karena Fandy yang juga menatapnya keheranan. "Ini emang dadakan, kita di sini pasti saling bantu untuk urus semuanya, kan? Tapi nyokap lo berdua sama Vika nggak akan curiga karena terlalu cepat?"

Mendengarnya, Dean dibuat teringat momen tak mengenakan beberapa waktu lalu yang disaksikan sendiri olehnya dengan Vika. "Vika emang belum tahu?" Ucapannya yang belum selesai itu pun hanya dibalas sebuah gelengan dari Mika, yang setelahnya membuat dirinya menghela napas. "Lo semua tahu? Waktu Mika marah-marah ke Kevin di restoran dekat lalu lintas, gue sama Vika ngelihatin."

Ucapan tersebut cukup jelas untuk Mika melebarkan mata, ada perasaan bingung bilamana Vika menagih sebuah penjelasan.

"Kok, lo bisa sama Vika?" Cukup bodoh, niat hati ingin memberitahu perihal yang harus diperhatikan, tak sadar Dean sekaligus membeberkan bahwa dirinya pernah satu atap mobil dengan Vika. Pertanyaan dari Jana barusan mampu membuat satu ruangan menoleh ke arah Dean, pun dengan Mika yang mengubah raut mukanya.

Enggan menjelaskan hal yang bukan menjadi topik utama, kepala Dean menggeleng dua kali dengan tempo kencang. "Itu nanti gue jawab. Sekarang gue tanya, Vika emang nggak nanya lo sesuatu soal Kevin?"

Jika ditanya seperti itu, benak Mika pun dibawa kembali dalam waktu kemarin, di mana Kevin meminta restu sesuai skenario. "Kemarin waktu gue sama Kevin ngehadap Bunda buat minta restu, Vika kebetulan lagi ngampus. Cuma waktu Vika pulang sore-sore ..." Kernyitan di dahi menjadi tanda bahwa ingatan wanita itu kali ini tak melesat, meski ada tanda tanya yang terkurung karena belum menemukan keanehan yang dimaksud. "Bunda langsung cerita, Vika ikutan senang dan ngasih gue ucapan selamat."

"Gue nggak bakal bahas gimana Vika bisa ketemu sama lo, Yan." Bariton berat nan lembut diciptakan oleh Raka, si empu ikut menajamkan kedua alis sangking ikut tenggelam dalam tanya. "Kalau lo emang bener, berarti Vika pura-pura nggak tahu?"

[SEGERA TERBIT] Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang