2° Penenang Semata

129 13 13
                                    

Manusia terlalu sibuk mencari penenang yang bersifat semata, lantas melupakan Tuhan dengan ketenangan-Nya yang abadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manusia terlalu sibuk mencari penenang yang bersifat semata, lantas melupakan Tuhan dengan ketenangan-Nya yang abadi

🐨HAPPY READING🐨

"Kerjaan dia berat banget emangnya? Sampai mabuk terus." Raka menatap pasrah keadaan Kevin yang kini tengah tertidur pulas, seakan puas setelah berbuat onar beberapa waktu lepas. Dirinya berpaling menatap pria dengan daya tarik sorot mata tajam yang khas, lantas memanggil, "Yan."

Dean yang juga khawatir mulai membuang napas kasar, lalu menatap kedua netra mata Raka dengan intens. "Gue akuin kinerja Kevin emang bagus, tapi dia terlalu menuntut diri buat beresin semua kerjaan dengan cepat."

Raka mengangguk setuju, sedari dulu memang tabiat Kevin seperti ini. Ia dan Dean tidak kaget dan sudah biasa, tapi sejujurnya lelah dan khawatir sekali akan kegilaan Kevin dalam bekerja. "Dia mikir, kerjaan selesai dan refreshing dengan minum yang banyak, keadaan bakal membaik."

"Nyatanya nggak, kan?" Dapat Dean lihat Raka mulai mengubah posisinya menyandar ke dinding, ingin mendengar perkataannya lebih jelas dengan posisi yang nyaman dan mata yang sengaja dipejamkan. "Bukan cuma dia yang minum, gue juga. Tapi lo sendiri tahu kan selama ini gue nggak pernah sampai separah dia?"

Langkah kaki Dean ambil menuju samping kasur, menatap lamat beberapa berkas yang bertumpuk, tidak rapi sama sekali. "Semua orang yang kerja juga capek, Rak. Kalau lo nanya soal seberapa beratnya kerjaan dia, terus lo nggak nanya juga ke gue?"

Masih dengan mata yang memejam, kekehan keluar dari mulut Raka. "Lo masih bisa jaga kesehatan dan kewarasan, makanya gue nggak peduli." Dean hanya bisa mendelik, bisa-bisanya Raka berucap barusan.

Merasa ada yang lebih penting dan harus segera ia urus di luar apartemen, Dean pun mengambil jas yang tersampir di sofa, kemudian berlalu pergi melewati Raka tanpa sepatah kata pun.

Sebelum akhirnya membuka pintu kamar, sempat-sempatnya Raka kembali meledek, "Ngambek lo nggak gue peduliin?"

___

"Pulang juga, Kak." Mika yang lelah akan pekerjaan tetap menerbitkan senyum tipis guna merespons sapaan dari sang Adik, Vika.

Dapat Mika lihat adiknya itu segera membereskan tumpukan buku, sudah pasti sedang menyibukkan diri dengan materi kuliah. Tak lama dari itu bunda mereka—Ratih—keluar dengan kedua tangan yang terbuka lebar menyambut kedatangannya, dengan cepat ia pun menyambut hangat pelukan itu.

Hal sederhana, namun tidak semua orang dapat merasakannya, bukan?

"Langsung aja gih makan," titah Ratih sembari menunjuk area dapur dengan dagunya.

[SEGERA TERBIT] Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang