8° Sedikit Terlambat

78 11 0
                                    

⚠️18+
(Bijak dalam membaca)

Vote comment janlup biar semangat up nyaa

🐨HAPPY READING🐨

Jam malam yang semakin larut membuat Lea membulatkan tekadnya untuk menuju ke kamar '276', kamar yang dihuni oleh Kevin. Entah hatinya yang terlanjur berpikir buruk pada Kevin atau bagaimana, saat ini ia akan menyalahkan Kevin apa pun yang terjadi pada Mika, sebab kamar itulah yang menjadi tugas akhir dari sahabatnya itu. Terdengar gegabah dan asal tuduh memang.

Lift kini terbuka, tanpa ba-bi-bu Lea kembali melangkahkan kaki dengan cepat, sembari menekan tombol telepon pada nomor Mika untuk yang kesembilan kalinya. Penjelasan telepon tertera memanggil saja. Sampai sudah di depan pintu bertuliskan angka yang dimaksud, langsung saja ia menekan bel.

Dua kali bel ditekan, tetapi tak ada reaksi, pintu '276' ini tak kunjung membuka juga.

"T-tolong ... tolong." Di dalam sana Mika yang mendengar suara bel mulai berteriak meminta tolong, jelas sudah suaranya tak akan sampai ke luar sana. Dengan isakan yang semakin deras keluar, ia masih berusaha sekuat tenaga untuk mendorong Kevin yang kini menguasai tubuhnya dalam ranjang. Ponselnya yang seharusnya mengeluarkan bunyi nada dering diam seribu bahasa karena kebetulan habis baterai.

Bel yang kembali berbunyi membuat Mika menoleh ke kanan, tangannya lantas meraih sebotol vodka yang sudah kosong, lalu dengan gemetar mengarahkannya ke kepala Kevin dari belakang.

"Sialan!" Umpatan berserta erangan keluar dengan kasar dari mulut Kevin. Semula tangannya yang sudah melucuti sebagian pakaian Mika teralihkan untuk memegang kepala yang terasa pening seketika akibat benturan barusan.

Merasa memiliki kesempatan, tak mau buang waktu lagi Mika langsung bangkit berdiri dengan susah payah, lalu berjalan dengan langkah yang diusahakan cepat serta tangannya yang berusaha kembali merapikan kancing yang terlewat berantakan. Aksi kabur yang ia jalankan dipenuhi erangan Kevin, degup jantung kembali memompa kencang serasa ingin lepas tatkala suara itu semakin kencang disertai bayangan yang mendekat.

Isakan tangis semakin deras meluruh melengkapi suasana tegang bagi Mika tatkala tangannya yang sudah memegang daun pintu semakin bergetar hebat berkat tangan kekar yang kembali melingkar di pinggangnya. Dapat ia rasakan dengan jelas, lagi dan lagi lehernya menerpa mancungnya hidung milik Kevin disertai hembusan yang mengerikan.

Tangan Mika yang terkepal kuat mulai menggedor pintu hotel, berharap orang di luar mendengarnya. Gedoran pintu tak membuat Kevin yang mabuk menghentikan aksi, justru pria itu semakin gencar memberikan tanda di ceruk lehernya.

Usaha yang dilakukan Mika hingga buku tangannya memerah tampak gagal, sebab di luar kamar sudah tak ada orang, lenggang menyisakan angin yang berdesis pelan. Sudah setengah menit lalu Lea kembali memijak kaki di lift, netra matanya kembali sibuk ke layar ponsel lantas tangannya menempelkan benda pipih itu ke telinga.

Lea menghela napas gusar. "Tadi tuh dia ke kamar cowok yang namanya Kevin, Jan."

Dari seberang sana terdengar juga helaan napas yang sama lelah. Meski tahu Lea tak dapat melihatnya, Jana menggeleng tak habis pikir. "Mika tuh udah gede. Siapa tahu dia udah pulang duluan atau ada urusan lain yang nggak harus kita tahu."

"Ya, tapi—"

Ucapan Lea terpotong begitu saja karena Jana yang kembali meyakinkan bahwa tak ada hal buruk yang terjadi pada Mika, melainkan hanya Lea saja yang terlalu khawatir. "Percaya sama gue, Mika nggak apa-apa."

Lea tak membalas, bungkam dengan kalimat dari Jana, apa benar dirinya terlalu berlebihan karena temannya itu tak muncul dalam beberapa jam. Memang benar Mika sudah besar dan memiliki hal lain yang tak seharusnya ia ketahui, tapi ini seperti bukan Mika pada hari biasanya yang akan selalu meminta pulang bersama dengannya. Hanya ... aneh saja.

[SEGERA TERBIT] Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang