V. He and His Mental Health

681 103 6
                                    


"Yeonjun tidak merasa memiliki gangguan jiwa. Justru ia merasa Beomgyu, si mahasiswa psikologi itulah yang terganggu jiwanya."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Stop liatin gue."

Yeonjun memasang wajah seram agar lelaki di depannya berhenti melihatnya makan.

"Nggak bisa. Gue lagi meneliti tentang lu soalnya."

Yeonjun meletakkan sumpitnya kasar. Ia bersumpah jika bukan karena makanan gratis ia tak ingin datang ke kantin di siang yang ramai ini.

"Gue bukan objek penelitian."

"Bukannya bukan, tapi belum."

Meja panjang di tengah kantin ini hanya terisi mereka berdua. Yeonjun mencegah orang-orang duduk disana dengan tatapan ngeri dan aura membunuhnya.

"Jangan galak gitu. Orang-orang mana mau ngedeket."

"Bodo amat sih." Yeonjun kembali makan sambil melirik Beomgyu yang malah tersenyum seperti orang gila.

"Sadar nggak sih? Lu sebenernya nggak sepenuhnya waras?" Ucapan Beomgyu membuat Yeonjun menatapnya penuh tanya. Tapi Yeonjun tahu, ia memang tak waras sebab mau makan di sini bersama makhluk menyebalkan macam Beomgyu.

"Iya gue gila. Jangan deket-deket."

Beomgyu menggeleng. Menarik sekali calon partisipannya ini. Membuatnya terus-menerus ingin mendekat.

"Inferiority Complex."

Yeonjun diam. Ia tak mengerti apa yang Beomgyu katakan.

"Itu lu Yeonjun. Tapi sayangnya lu nggak sadar."

Merasa ucapan Beomgyu memusingkan, ia memilih tak peduli. Namun Beomgyu mendekat secepat kilat sambil membersihkan sisa makanan di bibirnya.

"Kondisi psikis yang timbul karena rasa ketidakcukupan dan insecure yang berasal dari kekurangan fisik atau psikologis aktual maupun yang dibayangkan."

Yeonjun membeku. Ia merasa semua orang di tempat ini melihat mereka berdua dengan tatapan tidak percaya. Dan ia pada akhirnya kembali tidak peduli dengan yang Beomgyu katakan.

"Daripada gue, lu lebih gila lagi! Gue duluan."

Yeonjun mencoba mencerna maksud dan tujuan dari tingkah Beomgyu akhir-akhir ini yang sulit diterka.

------------

Yeonjun menghindari Beomgyu. Selama dua hari ini ia berusaha tidak bertemu dengan makhluk itu. Kini bukan taman belakang tempat nya berdiam. Melainkan perpustakaan kampus.

Yeonjun membalas beberapa pesan singkat Felix yang mencarinya. Ia menjadi sedikit bingung dengan beberapa orang di sekitanya. Seakan mereka terus-terusan berusaha menemuinya.

Ia berdiam hingga seseorang terlihat tak asing duduk di sebelahnya. Rambut hitam gagak dan wajah tampannya tak berubah. Yeonjun sempat kehilangan akal sejenak.

Shine With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang