XV. Soft and Caring

929 102 123
                                    

"Yeonjun seringkali salah menilai Beomgyu. Pria itu nyatanya adalah sosok lembut yang perhatian jika saja ia tak sering menunjukkan wajah jahilnya."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Beomgyu membenarkan letak kompres pada dahi Yeonjun. Pria itu masih duduk disana selama setengah jam lamanya. Yeonjun yang tengah terbaring lemah di sofa dengan selimut tebal kini sedang tertidur dengan keringat dingin.

"Beomgyu, buburnya udah jadi."

Sosok Jihyo muncul sambil membawa semangkuk bubur. Ia melihat bagaimana wajah khawatir dan serius Beomgyu yang jarang laki-laki itu perlihatkan. Adik sahabatnya memanglah tidak pernah menunjukkan sisi lain dirinya pada orang lain.

"Makasih kak."

Beomgyu menerima semangkuk bubur yang Jihyo buat. Perempuan itu datang ketika Beomgyu menelponnya dengan panik. Ia bahkan meminta Jihyo mendatangkan dokter pribadi ke kediamannya tadi.

"Yeonjun ayo makan dulu."

Yeonjun membuka matanya lemah. Bisa ia lihat Beomgyu duduk di depannya sambil meniup bubur yang masih hangat.

"Gue suapin." Yeonjun mengangguk. Ia duduk dibantu Jihyo yang sejak kapan ia tak tahu perempuan itu datang.

"Makan yang banyak. Kakak udah bikin banyak tadi. Masih ada di dapur kalau mau. Nanti panasin aja." Jihyo menepuk pundak Beomgyu yang sedang menyuapi Yeonjun.

"Kakak pergi dulu ya? Salon nggak bisa ditinggalin lama-lama."

Beomgyu mengangguk singkat, ia sungguh sangat berterimakasih pada sahabat kakaknya.

"Kak makasih."

"Sama-sama. Yeonjun, kakak duluan ya? Cepet sembuh."

Yeonjun mengangguk sambil tersenyum kecil. Ia sangat menyukai perempuan itu. Baik dan ramah. Mengingatkannya pada ibunya.

"Iya kak."

Jihyo meninggalkan keduanya. Suasana di ruang tengah terlihat hening. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar.

"Gue kenyang."

"Habisin."

Yeonjun tidak ingin menelan apapun lagi. Namun Beomgyu memaksanya makan hingga tandas. Pria itu bahkan terang-terangan tidak peduli jika Yeonjun memperlihatkan wajah kesal.

"Kalau sakit kenapa diem aja?"

"...."

Yeonjun masih menelan makanannya.

"Kenapa nggak ngabarin apa-apa?"

"Gue nggak papa." Yeonjun yang pucat kembali diam menerima suapan bubur yang Beomgyu sodorkan.

"Kalau nggak papa nggak mungkin sampai sakit gini kan?"

Bisa Yeonjun lihat sorot mata kecewa Beomgyu disana. Ia tak mengerti, kenapa Beomgyu terlihat kesal sekali?

"Gue nggak tau lu nganggep perasaan khawatir gue se-enteng apa. Tapi gue bener-bener peduli. Gue khawatir sama lu. Gue—"

'terlanjur sayang sama lu.'

Shine With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang