XII. His Beautiful Feature

787 97 36
                                    

"Beomgyu hanya tak bisa terlalu lama menahan diri. Maka ia mencoba satu langkah lebih dekat lagi."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Beomgyu merasa sesuatu tengah membakarnya dari dalam. Melihat bagaimana mata Yeonjun berbinar ketika ia menerima panggilan dari Soobin membuatnya sulit mengatur emosi. Terlebih ketika laki-laki berambut oranye itu sampai saat ini masih saja tidak peka terhadap perasaannya yang sudah jelas ia tunjukkan.

Haruskah ia bersikap lebih jelas lagi? Ia merasa Soobin bisa saja kembali membawa Yeonjun pergi. Insting laki-lakinya mengatakan bahwa ia harus mempertahankan sesuatu yang ia dapat dengan susah payah.

-----------------

Suara apartemen terbuka terdengar. Beomgyu memasuki unitnya tanpa bicara. Duduk menuju ruang tengah yang telah dipenuhi berbagai macam kertas yang penuh tanda silang dari dosen dan bertumpuk buku yang menjulang tinggi. Belum lagi laptopnya masih berada disana sejak 4 jam terakhir.

Yeonjun yang melihatnya tertegun. Apa Beomgyu memiliki mood yang buruk sebab tugas akhirnya? Rasanya laki-laki yang biasanya berwajah cerah itu terlihat seram ketika ia dalam suasana hati yang buruk. Dan Yeonjun sedikit takut jujur saja.

"Lu udah makan?"

Tiga kata yang Yeonjun ucapkan nyatanya hanya dibalas anggukan singkat. Beomgyu kembali duduk di depan laptopnya sambil menyesap secangkir kopi hitam.

Yeonjun menggigit bibirnya gusar. Ia bersumpah lebih memilih menghadapi ketengilan Beomgyu daripada sikap serius dan menyeramkan milik Beomgyu.

"Kenapa? Masih laper?" Beomgyu berucap dengan nada biasa namun Yeonjun menangkap hal berbeda. Beomgyu tidak sepenuhnya melihatnya ketika bicara. Membuat Yeonjun sedikit kesal lantaran laki-laki itu tidak pernah seperti ini.

"Nggak."

Yeonjun memilih berlalu dan masuk ke kamarnya. Meninggalkan Beomgyu yang mengusak rambutnya dengan helaan napas.

'Cemburu nggak enak!'

--------------

Pukul 11 malam dan Yeonjun baru selesai bertukar pesan dengan Kai. Ia mengakhiri pesannya dengan berucap terima kasih karena lelaki itu mau meluangkan waktu istirahatnya untuk Yeonjun.

Yeonjun meregangkan tubuhnya. Sejujurnya ia mengantuk, namun sesuatu membuatnya enggan untuk tidur. Ia masih teringat percakapan terakhirnya dengan Beomgyu. Tidak menyenangkan!

Dan ia jujur saja khawatir pada laki-laki itu. Apakah ia masih di ruang tengah? Yeonjun berusaha abai. Namun sayangnya ia justru menegakkan tubuh dan meraih kenop pintu dengan cepat.

Kini bisa ia lihat Beomgyu masih terjaga. Tapi pria itu tidak berada di depan laptopnya. Melainkan sedang di dapur mengaduk kopi ke-3 nya. Wajahnya nampak terkejut mendapati Yeonjun berjalan ke arahnya.

"Lu nggak tidur?" Beomgyu mengetuk jidatnya dengan jari telunjuk. Yeonjun yang biasanya akan marah hanya diam sambil merebut kembali kopi yang barusan dibuat.

"Kopi keberapa?"

Beomgyu tersenyum mendengar pertanyaan Yeonjun, "Tiga kayaknya."

Shine With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang