"Yeonjun kira ia akan baik-baik saja."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yeonjun mempercepat langkah kakinya. Berharap orang-orang tak melihat ke arahnya yang nampak berantakan karena terlambat. Bukan pertama kalinya ia terlambat pagi ini. Ia seringkali kedapatan mendapat omelan dosen akhir-akhir ini.
Ia sedikit berlari. Beberapa kali menabrak pundak mahasiswa lain yang berjalan lawan arah. Hingga ia tiba di pintu, ia dibuat bingung dengan kelas yang kosong.
Seingatnya seharusnya dosen telah mulai dan ia telah terlambat 20 menit dari jadwal.
"Yeonjun?"
Yeonjun terkejut mendapati teman satu jurusannya, sebut saja dia Felix. Yeonjun tak terlalu mengenal nya meski kini telah berada di semester 5.
"Lu ngapain? Lu nggak cek grup ya?"
Ia yang sadar segera mengecek ponselnya. Dan sesuatu membuatnya menghela napas. Kelas ditiadakan.
"Lu sampe berantakan gitu. Udah makan belom? Mau ke kantin nggak sama gue?"
Yeonjun menggeleng pelan. Memilih berbalik arah dan meninggalkan Felix yang terdiam menatapnya sedikit iba.
"Lu berharap apa sih? Ngajakin anak anti sosial kayak dia." Changbin, teman satu jurusan yang lain muncul dan menepuk pundak Felix. "Ya kasian aja gitu, sejak udah nggak sama Soobin makin suram aja dia."
Changbin merangkul temannya lalu mengajaknya ke kantin. "Udah biarin aja. Dia sendiri yang nggak mau bergaul."
------------
Yeonjun terduduk sendirian di taman. Menatap danau kecil di belakang kampus. Beberapa kali nampak melamun lalu menulis sesuatu di buku kecilnya. Sebuah buku harian. Mungkin sedikit kuno, tapi ia bukanlah tipe orang yang suka bercerita atau istilahnya curhat pada teman dekat. Terlebih Yeonjun tak punya teman dekat.
Dulu ia punya seseorang. Lebih dekat dari sahabat. Lebih dekat dari saudara. Seseorang yang Yeonjun cintai.
Ingatan membawanya pada beberapa bulan lalu sebelum mereka berpisah. Semua bukan salah kekasihnya dulu. Semua kesalahannya....
Flashback
Yeonjun menatap sedih pada kekasihnya di ujung kafe. Ia berniat menjemput Soobin yang katanya terjebak hujan ketika berkumpul dengan teman-temannya. Yeonjun tak masalah. Lagipula ia takut kekasihnya itu akan sakit jika nekat menembus hujan dengan motornya. Maka Yeonjun, yang menyewa kos di dekat kafe berinisiatif membawakannya jas hujan.
Namun disana Yeonjun tidak bisa menghampirinya. Langkahnya berat dan ia mulai merasakan sesuatu yang nyata. Ia dan Soobin hidup di dunia yang berbeda.
Soobin terlalu bersinar. Dia terang dan cerah. Ramah dan orang-orang akan tersenyum melihatnya. Yeonjun suka, namun ketika ia melihat dirinya. Ia tersenyum miris.
Ia merasa tak sebanding dengan Soobin. Ia merasa jauh berada di belakang. Beberapa orang pernah bilang, kenapa Soobin mau dengannya? Padahal Soobin bisa dapat yang lebih baik. Dahulu Yeonjun abai. Mencoba tidak memikirkannya. Namun sekarang....
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You
FanfictionBukan salah Soobin kalau hubungan mereka putus. Bukan salah Soobin kalau dia terlalu bersinar. Yeonjun memilih mundur agar Soobin nya tidak terjebak bersama dirinya yang suram. Tapi nyatanya, setelah Yeonjun menyerah, hidupnya lebih gelap dari sebel...