"Nyatanya, Yeonjun memang hanyalah seorang manusia biasa.".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yeonjun menatap koper dan beberapa barang miliknya di depan kamar sewa nya. Ia bingung sekali kenapa mendadak barangnya dipindahkan. Dengan cepat ia menghubungi si pemilik bangunan kamar sewa.
"Maaf tapi barang saya kenapa ada di luar ya pak?"
"Ya kamu pikir aja! Kamu nunggak satu Minggu!"
Yeonjun menjauhkan ponselnya. Suara si pemilik benar-benar keras dan terdengar garang. Yah memang Yeonjun akui ia telat membayar sewa karena uangnya justru digunakan untuk membayar perbaikan laptop satu Minggu yang lalu.
"Tapi tolong dikasih keringanan pak. Lagian saya baru telat sekali kan? Saya janji nanti bakal bayar bulan depan."
"Nggak! Kalau dibiarin nanti kebiasaan. Lagian kamarnya juga udah ada yang mau make."
Yeonjun mendesah kecewa. Belum sempat ia meminta keringanan lagi, si pemilik bangunan langsung mematikan sambungan telpon. Membuatnya mendadak sakit kepala!
Dia harus tinggal dimana malam ini?!
-----------
Yeonjun menatap nanar pada ponselnya. Langit malam nampak mendung dan ia sedang di tepi halte bus berharap Felix membalas pesannya.
Namun ia berujung kecewa. Felix dan Changbin masing-masing sedang pulang ke rumah mereka di luar kota. Yeonjun tak mengatakan apapun. Hanya menanyakan apa mereka ada di apartemen mereka.
Ia menatap malam yang makin dingin. Beberapa kali menolak supir bus yang berhenti. Ia tak punya arah dan tujuan.
Satu-satunya nomor yang ada hanya Soobin. Yeonjun nampak ragu. Mana mungkin saat begini ia meminta tolong pada mantan!?!
Ia makin sedih. Siapa di bumi ini, orang gila yang mau menolongnya?!
'Beomgyu!'
Ia tiba-tiba mengingat kertas yang Beomgyu beri. Yeonjun meski dulu sempat kesal, ia nyatanya tak membuang kertas itu. Segera ia keluarkan kertas kecil berisi nomor telepon Beomgyu dari dalam dompetnya.
Yeonjun menghela napas. Haruskah ia meminta tolong? Namun rasanya ia ragu. Ia tak mengenal dengan baik orang itu. Tapi melihat langit mulai gerimis dan jalanan semakin sepi, Yeonjun tak punya pilihan lain lagi.
Untuk pertama kalinya, Yeonjun membutuhkan Beomgyu malam itu.
"Halo?"
----------
Yeonjun memeluk tasnya gusar. Hujan makin deras dan dirinya kelaparan. Hingga mobil yang ia kenali milik Beomgyu berhenti tepat di depannya. Laki-laki itu segera keluar dengan payung dan memeluk Yeonjun tiba-tiba.
"Lu gapapa?"
Yeonjun hanya diam. Semua terlalu mendadak dan otak lambatnya tidak dapat memproses dengan cepat.
"Kenapa baru nelpon gue? Lu udah makan belom? Ah anjir! Mana lu cuma pake sweater kayak gini!"
Beomgyu terus mengomel dan menanyai dirinya yang masih diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine With You
FanfictionBukan salah Soobin kalau hubungan mereka putus. Bukan salah Soobin kalau dia terlalu bersinar. Yeonjun memilih mundur agar Soobin nya tidak terjebak bersama dirinya yang suram. Tapi nyatanya, setelah Yeonjun menyerah, hidupnya lebih gelap dari sebel...