Putih tidak selalu suci, hitam pun tidak selalu kotor. Dalam kalimat sederhana itu, terdapat rahasia besar dalam dua dimensi. Dimana selama ini kau melihatnya hanya satu.
Membingungkan.
Jimin sendiri tidak bisa lekas mendapat titik terangnya.
Gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— Aku tidak akan pernah berhenti sebelum mendapatkan tujuanku ..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"HAN JIMIN!"
Brakh!*
Bukan lagi hancur, tuas pintu total lepas dari tempatnya usai dihantam berkali-kali oleh linggis. Emosi terlanjur memuncak, tiada segan bagaimana ia menendang pintu hingga terpental menghantam dinding kamar.
"Yaak.. Kau ingin mati, atau bagaimana? Huh?"
Prang!*
Sekali lagi, denting keras yang dihasilkan hantaman benda besi itu terhadap lantai ..menyulut pemuda itu terlonjak di tempat. Berdiri dengan gestur waspada di sisi tepi tempat tidur, sepasang mata almond-nya membola, getar kentara di netranya sarat akan gelisah, cemas dan ..takut.
Lihat semua kekacauan ini! Bersumpah.. Sejeong meradang setengah mati.
Malam itu —setelah memergoki aksinya ketika bekerja, Jimin berlari tunggang langgang meninggalkan Sejeong. Mulanya Sejeong tidak cukup memperdulikan, mengejar dalam langkah santai, mengikuti dengan perasaan tenang. Pun tidak cemas sekalipun kehilangan jejak kendara motor si pemuda Han.
Sebab tahu, tujuannya hanyalah rumah. Dan memang benar.
Tetapi Sejeong tidak bisa memasuki kamar sebab terkunci. Panggilan hanya menjadi angin lalu, gedoran keras terhadap pintu tetap diabaikan. Hingga berujung menyerah, Sejeong harus berpisah kamar lagi dengan si pemuda Han.
Sejeong pikir hanya sampai disana, tetapi ini telak sudah dua hari berlalu.
Jimin mengurung diri, sama sekali tidak keluar dari kamar. Makanan yang Ia siapkan di meja makan setiap pagi, bahkan siang —Ia rela mencari waktu luang dari kampus, untuk pulang sementara, hanya demi membujuk Jimin keluar untuk makan— pun makan malam. Semuanya berujung tak tersentuh dan terbuang sia-sia.
Perihal absensi Jimin di kelas, sekali lagi Ia terpaksa membuat keterangan palsu —beralasan bahwa Jimin sakit. Yeah, sedikitnya itu tidak sepenuhnya salah.