Putih tidak selalu suci, hitam pun tidak selalu kotor. Dalam kalimat sederhana itu, terdapat rahasia besar dalam dua dimensi. Dimana selama ini kau melihatnya hanya satu.
Membingungkan.
Jimin sendiri tidak bisa lekas mendapat titik terangnya.
Gadis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— Aku muak berada disini. Dan semakin muak saat melihat wajahmu! ..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Obsesi.
Dulu, Ia tidak mengenal nama itu. Semua normal, sampai hari terkutuk itu tiba. Tanpa memiliki kesempatan tuk bertukar kata, tidak bahkan hanya sekedar beradu tatap ..Ia terlambat, menemukannya dalam kondisi mengenaskan. Ia melihat dirinya yang lain, jiwanya yang lain, tubuhnya yang lain, hati dan pikirannya yang lain, egonya yang lain ..tidak lagi bisa balas melihat dirinya.
Hancur akan kehilangan, dan sakit hati tidak mendapat keadilan ..perlahan kata itu menggerogoti kewarasannya. Jalan labirin nan gelap memaksanya tuk menerobos segala batasan. Mengumpulkan banyak nyawa tuk dibuang ke neraka tanpa alasan, menyimbahkan lautan darah disela pencarian ..semu. Ia berubah menjadi monster, malaikat maut atau apa itu? Psychopat? Itu sebab obsesi sudah berhasil menyatu dalam darahnya.
Bukan perihal nyawa, bukan pula tentang darah apalagi uang. Laki-laki bajingan itu.. ia terobsesi untuk bisa menemukannya, dan mengakhiri hidupnya tentunya. Membalaskan dendam dengan seadil-adilnya.
Obsesi, satu kata yang membuat hidupnya —sedikit— rusak. Pikirnya, sudah cukup. Ia hanya akan berhubungan dengan obsesi di dalam jalan itu saja.
Tapi ternyata tidak.
Obsesi di dalam cinta. Ia sungguh tidak berharap tentang itu. Sialnya lagi, disini Ia bukan pelaku, melainkan korban.
Obsesi dalam cinta itu sedikit tidak normal, benar. Kau akan nyaman karena cinta, tetapi obsesi membuatmu jengah. Terkadang kau bahagia, namun terkadang kau akan sangat tersiksa. Sesaat hatimu akan berbunga, lalu akan merana. Oh sial. Hidup dalam dilema terus-menerus, pada akhirnya menjadi memuakkan.
Sekali lagi Ia benci, atas fakta bahwa obsesi tidak cukup melukai hidup serta perjalanan cintanya.
Ia bisa bertahan dalam cinta penuh obsesi, tapi Ia tidak bisa mentolerir seorang penghianat!