Chapter 11 😜

46.7K 3K 197
                                    

Jevan menatap sinis pada Agam yang mana akhir akhir ini banyak tersenyum. Dan penyebabnya adalah ia sudah menghak patenkan Maza.

Jevan pikir dirinya bakal mempunyai setitik harapan dan kesempatan. Namun ternyata nihil. Cintanya layu sebelum mekar.

"Kenapa Jev, gaji lu kurang?" Tanya Agam karna melihat wajah Jevan yang tak bersahabat itu.

"Lu jahat Gam"

Agam menautkan kedua alisnya binggung. Sejak kapan ia jahat dengan sahabatnya itu.

".....lu ngrebut Maza dari gue" imbuhnya yang man hal itu membuat Agam menggelakkan tawanya.

"Memangnya sejak kapan Maza milik lu Jev?"

"Gua gak mau tau, gua juga mau Maza. Titik"

Dugh.

Sebuah sepatu pantopel melayang mengenai kepala Jevan.

"Anjing lu Gam!" Umat Jevan.

"Itu kata buat lu, udah tau Maza punya gue, lu masih mau ngrebut. Cari noh kembarannya, siapa tau muka mereka mirip"

"Gak mau. Gua maunya Maza. Titik."

Agam melepas lagi sepatunya bersiap melemparnya pada Jevan.

"Lu bener vener ya Jev!"

"Bercanda Gam" ucapnya dengan tangan melindungi wajah tampannya namun Agam bangkit dari duduknya dan mengejar Jevan yang bersiap lari.

"Keluar gak lu" usir Agam.

Jevan lari kearah pintu namun keburu Maza yang membukanya lebih dulu disaat Agam melempar sepatunya.

Agam melebarkan Matanya begitu juga dengan Jevan karena arah sepatu itu menuju wajah Maza dan.....

Plaak.

Sepetu itu mendarat tepat diwajah manisnya. Maza memejamkan mata, menarik nafasnya dalam dalam lalu.....

"Gam, gua keluar dulu. Ayo Altan ikut Om" ucapnya dengan menggiring Altan yang tampak binggung namun menurut begitu saja.

"Pak-A-gam" geramnya yang mana Agam langsung menghampiri kekasihnya itu dan mengusap bekas telapak sepatu yang tercetak jelas diwajah Maza dengan sapu tangan mahalnya.

"Maaf Za, kalau mau nyalahin, salahin tu Jevan, dia duluan yang mulai" ucapnya panik.

"Tapi yang nglemar bapakkan?"

Agam mengangguk kemudian menggeleng. "Sudah sudah, Maza menyingkirkan tangan Agam.

Agam tau tabiat Maza jika sudah mempunyai mood yang kurang bagus. Ia akan mendiaminya dan menolak ciumannya 1 atau 2 hari.

Tidak. Agam tidak mau seperti itu lagi.

Agam mengikuti Maza kemudian duduk disamping kekasihnya itu lalu memeluk perut Maza yang mana lngsung dilepas oleh Maza.

"Marah hm?" Agam mengeluarkan jurus yang tidak mungkin ditolak oleh siapapun manusia dibumi ini.

Agam mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu berjenis platinum didepan wajah Maza. "Buat kamu"

Tak pikir panjang Maza menyautnya dengan cepat sebelum Agam berubah pikiran. "Ini saya terima karna bapak yang maksa" ucapnya yang mana ia langsung mengantongi kartu itu.

Agam hanya geleng geleng melihat kelakuan Maza, kapan dirinya memaksa. Tapi iu tidak penting. Yang penting sekarang ia bisa memeluk Maza dan menelusupkan tangannya kedalam kaos Maza nenyentuh kulit bertekstur halus itu lalu mencium tengkuk menghirup dalam dalam aroma Maza.

Agam Semesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang