Chapter 15 😜😜

51.3K 2.7K 169
                                    

Bocil dilarang baca. Paham.
Ini adegan agak diluar nalar? Jadi tolong sekip dari pada gumoh wkwk.




.



Bangkok, Thailand.

Agam tengah membeli ayam bakar khas Bangkok sesuai pesanan Maza juga Altan yang mana saat ini keduanya tengah istirahat didalam hotel setelah seharian berlarian di pantai.

Karna tempatnya tak jauh dari hotel, Agam hanya berjalan kaki sembari membeli sesuatu untuk dirinya juga Maza berupa hal hal berbau dewasa.

Setelah cukup lama mengantri, Agam berjalan menunggu lampu merah bersama yang lainnya, meski waktu sudah menunjukkan jam 10 malam, kota itu masih begitu ramai orang lalu lalang ditengah kota.

Agam berdiri sambil mengecek handphonenya namun suara klakson mobil berkecepatan tinggi mengganggu pendengarannya.

Ia menoleh kekanan dan

BRAAK




























































Darah kental mengalir dibawah sepatunya.

Jantungnya terpacu begitu kencang melihat dua korban yang tergletak persis di depannya.

Samar samar Agam mendengar teriakan dua remaja berwajah samar samar berlari kearahnya, namun bayangan itu semakin pudar kala seseorang menyentuh tangannya.

"Pak Agam" panik Maza kemudian menarik Agam dari banyaknya kerumunan orang orang yang melihat kejadian di TKP.

Tangan Agam bergetar kala ingatan yang sudah lama ia kubur dalam dalam, kini satu persatu puzzle itu mulai tersusun dipikirannya. Bahkan panggilan Maza berulang kali tak Agam dengarkan.

"PAK AGAM!" Bentak Maza dengan cukup keras, barulah Agam tersadar dari lamunannya kemudian melihat Maza yang menatapnya khawatir dengan air mata yang sudah keluar entah sejak kapan.

"Maza, ya Tuhan" Agam kemudian mendekap Maza. "Maaf maaf, aku hanya syok sayang.

Maza yang sudah berpikiran buruk itu, tenang setelah Agam memeluknya.

".....kita kembali kekamar" ucap Agam lalu membawa Maza kekamar hotel.



Malam itu Agam menjadi tak tenang, tidurnya selalu terjaga oleh mimpi yang sama. Dimana ia menabrak 2 orang lalu pergi begitu saja bahkan melewati dua remaja yang berlari kearah korban.

Agam sungguh tak mengingat kapan ia melakukan hal sekeji itu.

Didepan jendela berlapis kaca itu, Maza tiba tiba melingkarkan kedua tangannya keperut Agam dan menyandarkan kepalanya dipunggung lebar itu.

Agam mengusap lembut punggung tangan Maza lalu berbalik menatap wajah manis Maza.

"Kenapa bangun hm?" Tanya Agam.

"Tidak bisa tidur pak, bapak juga kenapa tidak tidur hm?" Tanyanya dengan telunjuk yang membuat pola abstrak didada Agam.

"Berhenti menggoda Za" ucap Agam dengan menarik pinggang Maza sehingga tubuh keduanya menyatu.

"Si siapa yang menggoda bapak?"

"Kalo kamu pengen, bilang aja, aku siap kapanpun kamu menginginkannya Za" ucapnya seduktif dengan jarak wajah yang begitu dekat.

Maza memalingkan wajahnya malu namun Agam langsung mencium bibirnya

"Emnhh" keduanya meluguh karna tautan tak sabar itu.

Agam Semesta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang